tiga

7.4K 397 13
                                    

Tekan jempol sebelum membaca, siapin juga jari kalian untuk komen paragraf dibawah. KholilatulAis


happy reading❤


Kini lukannya telah terbalut pereban sempurna. Laki- laki gagah itu menggendong tubuh bergetar Ivana. Gadis itu menangis dama diam, tak ada suara isak tangis keluar dari bibir mungilnya. Kini hanya air mata yang terus mengalir tanpa henti.

Sosok itu mengangkat kaki gadis nya keatas pahanya. Ivana yang mendapat perlakukan seperti itu dengan sigap segera menarik kakinya kembali.

"ivana diam!" Bukannya diam Ivana malah gencar melepas lilitan tangan Alfred.

" Lepas !!"

Tangan Alfred yang hanya diam kini mulai merapatkan tubuh mereka dengan cara memeluk pinggang Ivana erat.

Tubuh ivana menegang. Selama ini tidak ada yang berani memeluknya kecuali revan, kekasihnya.

" Ka-- kamu mau apa ? " Suara ivana terdengan bergetar ketakutan.

" Diam! " Sentak Alfred tegas.

Bibir Alfred tiba tiba mencium pipi kanan dan kiri kekasihnya. Mata ivana malotot dengan wajah yang memerah. Sedangkan Alfred tersenyum geli melihat raut wajah Ivana yang memerah.

" Terima kenyataan bahwa kamu sekarang milik ku. Terima aku jika tidak ingin batin dan raga mu terluka. " Katanya beranjak meletakkan kotak obat kembali ketempatnya.

Sedangkan Ivana diam dengan tatapan menyorot sosok di depannya sendu. Menit berikutnya Alfred kembali kekamar dengan tatapan yang langsung bertemu dengan mata sendu Ivana.

" Istirahat, " Ivana menggeser tubuhnya saat Alfred duduk disamping nya.

" Kamu siapa ? Aku salah apa ? Bahkan aku tidak mengenalmu. " Ivana meremas jari jari yang basar karna keringat.

" Aku Alfred, milikmu, pemilikmu, dan sahabat hidup mu. " Terangnya tegas.

Ivana menggeleng sepat. " Aku bukan milik mu, " Nada suara gadis itu terdengar lirih.

" Terima kenyataan itu Ivana. Kamu memang terlahir untuk ku. Sejauh apa-pun kamu pergi, dan sebaik apa-pun kamu sembunyi maka aku lah sosok pertama yang menemukan mu. " Sosok pria itu menatap tajam Ivana.

" Kenyataan apa? Kenyataan bahwa kamu pemilik ku, Iya?! "

" Iya kamu milikku. Kamu ingin apa ? Ingin kabur dan pergi meninggalkanku. Cih! Jangan mimpi. " Ejek Alfred tajam.

" Aku memiliki hidup sendiri. Apa hak kamu ngurung aku disini. Bahkan kamu memperlakukan aku layaknya seorang tahanan."

" Sampai matipun aku tidak akan pernah melepakanmu. Selama ini aku hanya menunggu dan ngawasin dari jauh. Bahkan aku menyurunkan anak buahku untuk menjagamu. Iya aku menjagamu dari musuh Revan yang ingin membunuhmu! " Tatap tajam berubah meneduh.

" Revan orang baik. Dia nggak mungkin punya musuh dan nggak akan pernah ada yang mau memebunuhku. "

Alfred terkekeh. " Kamu masih membela dia ? Dia seekor rubah yang licik. Dia sangat pintar memanipulasi keadaan seolah olah dia pria baik hati yang ramah."

Ivana menggeram saat Revan selalu dituduh sebagai pembunuh. " Kamu yang jahat. Bukan Revan!" Bentak Ivana memalingkan wajahnya.

" Ya, aku memang jahat. Aku memang pembunuh. tapi aku tidak berusaha menutupi jati diriku."

" Pembunuh kamu bilang jati diri? Cih Menggelikan! Bahkan kamu tidak pantas untuk hidup kalau hanya ingin membunuh. "

Deg

Sakit, sesak. Itulah yang Alfred rasakan. Sungguh perkataan itu menusuk bagaikan belati. Dia hanya ingin merasakan cinta. Selama ini tidak ada yang peduli padanya. Alfred hanya ingin Ivana menerimanya. Itu saja tidak lebih.

Alfred tersenyum memandangi wajah Ivana. " Kamu tidak tau kenapa aku berubah menjadi seperti ini. Aku hanya ingin dicintai. Hanya itu, aku hanya ingin orang yang aku sayang membalas perasaanku. Apa itu salah? Apa itu salah Ivana?!! " Alfred berteriak emosi.

Ivana bergetar ketakutan. Tenggorokannya terasa tercekal hanya untuk mengambil nafas. Atmosfer sekitar seketika menjadi mencekam.

" Aku hanya ingin kamu Ivana. Hanya kamu! Tapi kamu malah ingin pergi. Jika kamu pergi maka Revan akan mati. " Desisnya sinis. Tangan Alfred mengepal erat hingga memutih.

Nafasnya Ivana memburu dengan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

" Kamu iblis! " Balas Ivana sengit.

Sedangkan Alfred terkekeh sinis. Tidak mudah menaklukkan hati yng masih diisi orang lain. Bagi Alfred memiliki jiwa dan raga Ivana adalah keharusan baginya. Jika dia tidak bisa maka orang lain juga tidak bisa.Dan jika dia bisa maka orang lain tidak pantas merebut miliknya.

"Revan," Lirih gadis tersebut dalam hati.

Sedangkan disebrang sana revan tengah membabi buta memukuli, memaki, bahkan tak segan membunuh para anak buah yang masih tak bisa menemukan gadisnya.

Revan yakin bahwa orang yang menculik kekasihnya telah merencanakan ini semua. Bahkan anak buah nya-pun tak bisa menemukan petunjuk sedikitpun.

"CEPAT KALIAN CARI GADISKU!! TEMUKAN DIA. JIKA TIDAK. MAKA TUBUH KALIAN AKANKU BAKAR HIDUP HIDUP!!!."

Revan berteriak emosi pada seluruh anak buah yang kini berada didepannya. Mereka hanya bisa pasrah dan menunduk saat tuan nya itu meluapkan emosinya pada mereka. Bahkan salah satu dari mereka pingsan karna pukulan.

"Sayang kamu dimana? Kamu baik baik aja kan? Pasti disana kamu sedih. Tunggu aku, tunggu aku menjemputmu dan melenyapkan orang yang berani memisahkan kita. " Gumamnya dengan mata yang berkilat tajam.

Kini hanya tinggal da sendiri, matanya menatap sendu gelang tangan yang sudah melekat ditangannya selama 2 tahun ini.

Revan masih mengingat apa yang gadis itu katakan saat memberikan dan memasangkan gelang berwarna hitam itu. Tak lupa gelang itu terdapat inisial nama gadis nya.

"Revan, Kamu jangan lepas gelang ini ya? Walaupun gelang ini enggak seberapa, tapi aku beli dari uang aku sendiri kok." Gadis itu tersenyum manis.

" Aku pasti pakai terus. kamu tau? Aku mencintai apapun yang menyangkut kamu." Saat itu Ivana menampakkan pipinya yang bersemu malu.

Revan tersenyum geli saat mengingat kenangan manis itu. Memang terdengar hal biasa namun sedetik- pun saat bersama gadis itu revan menjadi seorang yang paling beruntung dan diinginkan.

nilakamelia32

comments sebanyak banyaknya jika ingin lanjut !!!!!!!😙

Psychopath Love Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang