Lima

6K 333 32
                                    

Pria muda dengan topi dan jaket, sedang menyeret sebuah kapak. Kapak yang sudah berlumuran dengan bau anyir darah. Pemuda itu membunuh begitu banyak nyawa dalam semalam. Bahkan beberapa mayat dari mereka telah dipotong dan dibakar.

Tidak peduli perasaannya, Pemuda itu hanya ingin melampiaskan kesepian dan kerinduannya dengan membunuh. tetapi tetap saja Revan masih merasa kosong dan sepi.

Revan menyusuri gang gang yang gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, namun Revan masih tetap memburu. Dia bukan memburu hewan, melainkan manusia.

Segala cara telah ia lakukan untuk mencari dimana gadisnya berada. Bahkan untuk bernafaspun rasanya sulit saat mengingat bahwa gadis kecilnya diculik dan dibawa entah kemana.

"Mangsa," tiba tiba Revan bergumam dengan senyum iblisnya. Tidak akan ada yang bisa lolos malam ini jika bertemu dengannya.

Revan bersembunyi, didalam kegelapan Revan bisa melihat wajah ketakutan buruannya. Dia sudah tak sabar menguliti wajah gadis yang terlihat cantik.

Seakan Revan tak terima adanya gadis cantik yang melebihi kekasihnya. Hanya Ivanalah yang cantik. Jika mereka cantik, maka mereka mati!

Revan menjatuhkan kapaknya secara perlahan. Dapat dilihat jika gadis itu membawa penerangan yang cukup melihat keberadaannya disana. Dengan langkah santai Revan berjalan mendekati sosok gadis itu.

"Nona, kenapa Anda berada disini malam- malam? Bukankah tidak baik seorang gadis berjalan sendirian di gang yang sepi?"

Revan tersenyum manis, gadis itu tersipu malu saat menyadari bahwa pemuda yang sedang berbicara dengannya sangat tampan. Pencahayaan yang minim membuat mata elang Revan mengkilat terang.

"Mobilku disana macet. Jadi aku memutuskan untuk berjalan. Dan kamu mengapa juga ada digang yang sepi ini?"

Bahkan gadis ini sama sekali tidak merasa takut. Revan tanpa sengaja melihat bercak merah dileher gadis itu. Dan cih! Mungkin dia bukan lagi gadis, melainkan wanita jalang.

Revan sudah tidak sabar menguliti dan mencabik semua organ dalam tubuh wanita itu.

"Apakah kau butuh tumpangan? Atau kau ingin bermain dulu denganku? Sudah sangat lama aku tidak bermain dengan wanita. Apa kau sangat handal?" Tanya Revan penuh rayuan manisnya.

Senyum gadis itu mengembang. Hatinya bersorak gembira sebab telah mendapat mangsa untuk ditidurinya lagi untuk malam ini. Pacarnya sama sekali tidak bisa membuatnya benar- benar puas. Mungkin ia sudah bosan.

"Mari kita lakukan digang yang lebih sepi. Aku takut jeritanmu terdengar dan aktifitasku akan terganggu." Perkataan itu terdengar ambigu, namun gadis itu hanya mengangguk dan menyamai langkahnya agar sejajar dengan Revan.

"Apa boleh aku mengikat tanganmu?" Sesampainya ditempat yang menurut Revan cocok. Dia segera mengambil tali yang dia simpan disaku celananya.

"Kenapa harus diikat? Aku sangat handal dalam melayani. Jadi aku tidak akan memberontak." Revan jijik mendengarnya.

"Aku akan bermain kasar, sangat kasar. Aku hanya tidak ingin kamu berhenti sebelum pemainan ini berakhir. Bagaimana? Kamu setuju?"

Wanita itu mengangguk dengan pipi yang bersemu. Revan mengikat tali itu dengan tak sabar. wanita itu menjerit saat tali yang Revan pasang melukai kaki dan tangannya.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu mengikatnya dengan sangat erat?" Wanita itu meringis kesakitan. Revan menyeringai.

"Karna aku ingin bermain," Revan berjalan meninggalkan wanita yang diikatnya dengan tatapan bingun.

Psychopath Love Devil Where stories live. Discover now