Enam

5.2K 347 24
                                    


Ivana berjalan dengan keempat penjaga wanita kedalam rumah megah yang ditinggalinya. Tidak ada yang tau jika dibalik wajah dingin dan datarnya tersimpan beribu- ribu duka yang terasa menyayat.

Jika boleh jujur, dia ingin pergi, jika perlu selamanya. dunia ini terlalu keras dan kejam untuk gadis lemah seperti dirinya.

Kini tinggallah dia sendiri di dunia hitam penuh kabut ini. Dengan tangan yang mulai bergetar Ivana memasuki sebuah ruangan yang indah dipandang, namun menyeramkan untuk ditinggali.

"Nona, tuan bilang nona harus menunggunya disini." Ivana mengangguk. Kepalanya ia miringkan hanya untuk melihat sekitar. Dadanya berdebar kencang saat mengingat bahwa ini kamar pria mengerikan yang telah merenggut segalanya darinya.

"Kalau Anda membutuhkan sesuatu, silahkan hubungi saya Nona."

Tidak ada jawaban, hanya ada anggukan kepala yang membuat wanita itu mengangguk dan berlalu pergi.

Pintu dikunci, dan kini hanya menyisahkan Ivana yang menunduk dengan mata yang berkaca- kaca. Ivana benci dirinya yang lemah. Dia benci jika selalu disamakan dengan hewan yang harus menuruti majikannya.

Dia manusia yang juga memiliki hati, hati yang juga memiliki hak untuk berlabu kepada siapa. Ivana tidak ingin jika hatinya diisi oleh sosok menakutkan itu, dan kini dipikiran dan hatinya sudah melebur dengan rasa benci yang menyatu dengan darah.

Didalam keheningan Ivana bisa mendengar langkah kaki yang menggema, menusuk indra pendengarannya. Detak jantungnya yang sudah berdebar kencang sedari tadi, kini bertambah kencang.

Ivana menelan ludah saat sosok itu masuk dan berdiri dengan aura mengerikan. Mata Ivana tanpa sengaja bertemu dengan manik mata gelap yang sedang menyorotnya dingin.

"Bagaimana hari pertama sekolah?"

Langkah sosok itu membuat kaki Ivana melemas. Tenggorokannya terasa tercekal hanya untuk menjawab.

"Bagaimana?" Alfred kembali bertanya dan menggenggam tangan sang gadis agar tidak selalu melangkah mundur jika dia ajak bicara.

Tubuh Ivana menegang saat tangan asing menyentuh permukaan kulit lengannya.

"A--a ku----"

Tidak tau kenapa, Ivana kehilangan kata- kata hanya untuk menjawab pertanyaan basa basi dari Alfred.

"Kenapa?" Suara serak dan berat itu membuat kulit Ivana merinding. Tidak tau sejak kapan Kini kepala Alfred sudah berada tepat dibelakang lehernya. Alfred mencium dan sesekali menggigit kulit leher bagaikan kue manis yang menggiurkan hanya untuk dicicipi.

"Kenapa aku tidak boleh berteman?" Ivana menggeliat saat Alfred mengeratkan pelukan ditubuh mungilnya.

Ivana menjerit dalam diam, dadanya terasa sesak dan pedih. Dia ingin berteriak dan mengatakan bahwa dia bukanlah wanita murahan yang bisa disentuh sana sini oleh seorang pria.

Dikamar yang hening, hanya terdengar isak puli Ivana yang membuat orang yang mendengar memandangnya iba.

"Aku hanya bertanya, kenapa kamu malah menangis?" Alfred mengubah posisi mereka menjadi berhadapan.

Psychopath Love Devil Where stories live. Discover now