Chapter: Three

135K 11.3K 174
                                    

Untuk kamu, hatiku:

"Hati-hati menjaga hati jika tidak ingin patah hati."

***

"Kamu sahabat dari...?"

"Mempelai perempuan," jawab Saras seadanya. "Kalau kamu?"

Ben menyesap minumannya sebelum menghapus bekas cairan kemerahan di bibir dengan sapu tangan yang telah dikembalikan Saras. Tindakan tersebut tentu saja membuat jantung Saras berdebar. Bukankah itu artinya mereka telah bersentuhan secara tidak langsung?

Saras menggeleng samar. Ia enggan memikirkan hal yang tidak-tidak. Ingat, Ben itu lelaki asing!

"Saya nggak kenal siapa pun." Ben tersenyum membalas tatapan bertanya-tanya yang dilemparkan Saras. "Saya cuma numpang makan di sini," guraunya membuat Saras tertawa dan refleks meninju pelan lengan kokohnya.

"Eh, maaf. Kebiasaan," ringis Saras, tidak enak hati karena telah melayangkan pukulan pada orang yang baru dikenal.

"Nggak apa-apa. Udah biasa," ucap Ben. "Perempuan kalau lagi senang kayaknya suka nyakitin laki-laki, ya? Saya udah terbiasa, bahkan sering biru-biru."

Entah mengapa logika Saras semakin kencang meneriaki bahwa dirinya tidak seharusnya mengenal Ben. Lelaki itu sudah pasti playboy. Kalaupun tidak, hidupnya pasti dipenuhi oleh berbagai spesies betina.

Tapi bagaimana caranya? Meskipun wajah Saras terlihat jutek dan tatapan setajam elang, ditambah riasan bold yang mempertegas garis wajahnya semakin terlihat dewasa, Saras adalah orang yang paling "tidak enakan"!

Seolah takdir mengerti keadaannya, ponsel Saras berdering. Memberikan Saras alasan pamit pada Ben secara baik-baik untuk mengangkat telepon di tempat yang tidak terlalu bising.

"Halo, Fin?" sapa Saras begitu dirinya telah sampai di toilet perempuan. Saras bahkan tidak berani menoleh pada Ben saat dirinya terburu-buru berlalu. Ia takut merasa bersalah dan pada akhirnya memilih kembali menemui lelaki berbahaya itu.

"Eh, lo di mana sih? Ini udah pada mau foto-foto tahu!"

"Oh?" Saras melirik arloji di pergelangan. Kedua matanya pun nyaris mencuat keluar saking terkejutnya. Jarum pendek telah bertengger di angka 10. Seriously? Ia melewatkan acara bahagia sahabatnya hanya untuk lelaki asing! "Duh, sori banget, Fin. Gue nggak nyadar udah jam segini."

"Udah nggak apa-apa. Gue juga yakin, lo pasti bete kalau sendirian. Jadi, gue biarin aja lo berduaan sama tuh prigan."

"Prigan?" Saras tidak mengerti.

"Pria ganteng." Finna tertawa puas di seberang. "Yaudah buru sini. Lo nggak mau upload di Instagram apa foto kita?"

***

Ben melirik jam di ponselnya. Sudah lima belas menit berlalu, Saras tidak kunjung kembali. Apakah Saras sengaja menghindarinya? Tapi apa salahnya? Mungkinkah ada ucapannya yang menyinggung perempuan itu?

Ben mengembuskan napas. Baru saja dirinya senang karena terbebas dari penat sementara. Namun, sepertinya takdir tidak mengizinkan ia bersenang-senang terlalu lama.

Baru Ben akan berbalik badan dan berlalu, suara seseorang menghentikan langkahnya.

"SARAS, CEPETAN!"

"Iya, sabar!"

Dari balik bahunya, Ben mengamati Saras yang kesulitan berlari karena heels 7 senti yang menghiasi sepasang kakinya. Dengan sangat hati-hati perempuan itu naik ke atas pelaminan, bergabung dengan teman-temannya dan asyik mengabadikan gambar.

Beauty and the BossWhere stories live. Discover now