Chapter: Thirteen

92.2K 9.2K 266
                                    

Untuk kamu, hatiku:

"Cinta itu ibarat foundation. Semakin banyak lapisannya, semakin menutupi ketidaksempurnaan. Tapi ingat, risikonya mudah crack dan creasing!"

***

Kata orang, cinta berlebihan itu tidak baik. Saras sudah membuktikannya. Bukan dari diri sendiri, melainkan seseorang yang begitu mirip dengannya.

Saras hanya bisa termenung menatap kepergian mobil Ben yang berlalu dari depan rumahnya. Tidak ada hal menyinggung yang dilakukan oleh Benara Wijaya selama dinner keduanya berlangsung. Justru lelaki itu sangat baik, menghargai Saras, dan berperilaku sangat sopan.

Namun, itulah yang dipermasalahkan Saras. Perempuan itu terlalu takut memulai sesuatu yang tidak pernah dilakukannya sekalipun telah menemui kandidat yang sesuai, yaitu: pria 3 PAN.

Tampan. Mapan. Sopan.

Ben memang telah memenuhi kriteria pria idaman Saras dari luar, tapi belum mampu meyakinkan perempuan itu tentang hal-hal mengerikan yang bisa saja terjadi dalam sebuah "hubungan" tidak akan dialaminya.

Saras tahu, ia bukan lagi anak kecil yang hanya mengetahui happily ever after layaknya kisah dalam dongeng. Setiap hubungan pasti di dalamnya memiliki kerikil, tikungan tajam, bahkan lubang yang berkamuflase menjadi jalan baru. Saras tahu, ia kekanakan jika menuntut kisah cinta yang mulus. Saras hanya tidak ingin hidup dalam kepura-puraan, keterpaksaan, dan kesedihan tiap saat. Saras tidak ingin mengulang peristiwa-peristiwa kelam pada masa depannya.

"Diantarin siapa tuh?"

Saras terlonjak karena tiba-tiba saja kepala mamanya menyembul dari balik pagar. "Teman," jawabnya singkat.

"Siapa?" Sang Mama mengangkat alis, curiga. "Finna sama yang satu lagi, siapa tuh namanya..."

"Mela. Pamela."

"Nah iya. Kan, mereka udah pada nikah. Teman-teman kuliah kamu juga. Masa dibolehin suaminya pulang malam-malam?"

Saras menarik napas dalam dengan mata terpejam sejenak. "Mereka menikah, Mah. Bukan dipenjara," balasnya tenang. Berusaha tetap tenang.

Sesungguhnya Saras juga tidak tahu jika ucapan mamanya tersebut benar atau tidak. Pasalnya, ia enggan untuk membuktikannya. Jangankan mengajak mereka keluar, meminta bantuan tentang hal kecil lewat pesan singkat saja rasanya Saras tidak enak hati. Tapi kali ini Saras hanya mengikuti permainan sang mama. Membenarkan dugaan wanita yang telah melahirkannya tersebut bahwa anaknya masih belum ada yang melirik.

Sebelum sang mama sempat membalas, Saras terlebih dulu mencium tangannya dengan sopan dan berlalu melewatinya begitu saja. Malam ini cukup dirinya dipusingkan oleh kehadiran Ben. Jangan lagi ocehan mamanya memperkeruh suasana hati Saras.

***

Kata orang "jatuh cinta itu berjuta rasanya". Jujur, Ben belum dapat memastikan alasan senyum di wajahnya saat ini adalah karena perasaan tersebut atau hanya karena ia terhibur dengan sosok bernama Saras.

Yang bisa Ben amati dari Saras selama makan malam berlangsung adalah:

1. Good listener

2. Attitude yang baik

3. Cukup open minded

4. But... insecure

Beberapa kali Ben mendapati gestur tidak nyaman seorang Saras saat Ben dengan tulus memujinya. Saras malam itu sangat cantik. Aroma musky yang menguar dari perempuan itu juga sangat harum dan menguatkan karakter Saras yang feminin. Rambut panjang nan kelamnya bergelombang indah sampai langit malam pun sepertinya minder akan kilaunya. Ditambah, riasan bold yang mempertegas bentuk wajahnya.

Beauty and the BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang