2. Demigod, Georacle, dan Penyihir.

84 26 9
                                    

INI sudah gulingan ke-144 yang aku lakukan di atas karpet merah. Aku sangat pusing mendengar televisi di dipan itu terus menyiarkan berita hilangnya seorang penjaga toko bunga, yang ke-1000.

Lagi pula, siapa juga orang waras yang tidak bosan mendengar berita yang trending sejak 3 tahun lalu? Kau, ha?

"Errrrr ...." Aku bergumam sendiri sambil terus berguling ke kanan dan ke kiri.

Ting!

Awalnya aku tidak mau mengambil benda pipih itu di sofa belakang. Namun, bunyinya sangat mengganggu. Akhirnya aku melihat, siapa yang mengganggu malam-malam begini. Apa tidak tahu ini jam istirahat? Apa perlu aku kirimkan jam air padanya? Atau jam yang terbuat dari awan?

Ada banyak notifikasi yang masuk. Mulai dari whatsapp yang selalu ramai dengan pria-pria yang mendekatiku, tweet giveaway, new story update di wattpad, dan juga pengingat mandi untuk pou-ku.

Begini-begini aku masih bermain game.

Ah, jangan lupakan situs berita terkenal di Paris. Situs itu ikut mendaratkan notifikasi juga di ponselku.

Jangan terkejut, aku memang tinggal di Paris. Jika kau tidak percaya, besok aku bawakan eifel untukmu.

Kembali di situs itu. Aku membaca judul singkat, yang lagi-lagi ... sangat ... membuatku ... BOSAN.

Oh, ayolah! Bisakah sehari saja redaksi-redaksi itu tidak mengabarkan hilangnya orang-orang?!

[Breaking News] 1000 Florists Had Gone!

"Shit," umpatku tertahankan. Pahamilah aku yang sedang menahan emosi untuk tidak mengobrak-abrik rumahku sendiri.

Aku melempar ponselku lagi ke sofa. Kukira tidur akan menjadi pilihanku untuk ke-1000 kali pula. Baru saja aku akan membaringkan tubuhku, hampir saja punggungku menyentuh karpet, ada suara bel yang menyebalkan.

Ding dong!

Ding dong ding dong!

Ding dong ding dong ding dong ding dong!

Orang sinting! Jam bahkan sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dan dia bertamu tanpa sopan santun.

"Kalau sampai tidak penting, aku kirim dia ke Everest!" dumalku sebelum membuka pintu. Dan ketika pintu itu kubuka, malah tidak ada siapapun. Kulihat sekeliling, juga nihil.

Seingatku, aku tidak pernah mencari masalah dengan bangsa hantu, jadi harusnya mereka tidak mencari masalah juga denganku.

Aku menemukan sesuatu di dekat kakiku. Ada sebuah lontar dan cincin.

demigod, georacle, antara poseidon dan anemoi, di atas mariana.

[]

"Aku tidak bisa." Orang yang baru datang itu berbicara membelakangiku. Dia bahkan sangat terlambat untuk ukuran manusia sepertinya.

"Kenapa tidak bisa? Ayolah, bantu aku, Zas!" mohonku padanya. Masalahnya, selain dia, aku harus meminta tolong pada siapa lagi?

Pria itu berbalik badan dan melihatku. Sebenarnya aku cukup rindu dengan Arzas. Semenjak hilangnya sahabatku, aku memilih untuk tidak masuk sekolah sampai saat ini. Kira-kira sudah satu bulan.

"Ya karena aku memang tidak bisa, Teratai," tegasnya dengan singkat. Aku sangat tidak percaya jika manusia seajaib dia tidak bisa membantuku.

"Aku hanya ingin bertemu ibuku. Dari kemarin aku tidak bisa mengirim whatsapp, direct message juga tidak dibalas, bahkan ibu juga tidak bisa ditelepon," keluhku dengan penuh penekanan, serta nada memelas khas.

Nymphaea (1) ✔Where stories live. Discover now