5. Berdiri di atas Mariana Trench.

32 14 5
                                    

HARI kembali berganti. Siang ini aku sengaja tidak mengisi perut karena akan makan siang di kafe. Namun, sejak aku datang kemari, rice-bowl pesananku tidak kunjung diantar. Apa mereka tidak tahu, demi makan di sini aku juga melewatkan bubur ayam yang lewat di depan rumah?

"Antara Poseidon dan Anemoi," gumam seseorang di sampingku. Pria jangkung ini dari tadi hanya mengulang-ulang kalimat itu. Berusaha menemukan maksud dari petunjuk selanjutnya.

Padahal, jelas sekali aku sudah menemukannya. "Hey, Pintar. Kenapa kau tidak percaya padaku?" Perlu aku tanyakan, mengapa dia tidak memecahkan clue setelah itu saja. Pasalnya, kalimat yang ia wirid itu berarti, aku harus mengajak antara putra Poseidon, atau putra Anemoi. Dan aku, sudah membawa dirinya. See? Nyatanya aku lebih jenius dari Andre.

"Bukan! Bukan itu artinya. Jika georacle adalah Arzas, demigod adalah aku, maka kalimat ini punya arti sendiri," sergahnya dengan notasi tinggi, lalu rendah. Bahaya sekali dia mengatakan hal-hal seperti itu di sini. Walaupun kami duduk di bangku outdoor, tetap saja ada orang.

"Permukaan air."

Ah, iya. Aku lupa jika aku tidak hanya berdua dengan Andre. Arzas juga datang. Pria yang mati-matian menghindari tawaranku dari kemarin ini ternyata ikut juga, pada akhirnya.

"Bagaimana bisa?" Andre menyahutinya.

Lalu datang seorang pelayan membawa tiga minuman dan satu rice-bowl. Aku tidak tahu pasti mengapa mereka tidak pesan makanan, mungkin sedang diet.

Daripada aku pusing berpikir, lebih baik aku menikmati rice-bowl ini saja. Toh, kalau perutku kosong otakku akan sedikit bergeser.

"Thank you," ucapku pada pelayan yang mengantar makanan ini.

Aku menangkap gerakan Arzas dari ekor mataku. Ia menunjuk-nunjuk lontar, menjelaskan teori konspirasi yang ia temukan.

"Poseidon, air. Dan Anemoi, angin. Di antara mereka itu, tidak ada. Tapi berada di antara mereka, kurasa bisa. Sama seperti saat kau berdiri di dalam kolam, ada badanmu yang terkena air, ada yang tidak."

Setelah itu, aku turut bergabung. Berganti Arzas yang menikmati kopi siangnya. Aku melihat lontar, padahal tulisannya tidak berubah sama sekali. Kemudian, mengangguk setuju. Kurasa itu masuk akal.

"Kau benar!" seru Andre.

Bersamaan dengan itu, Arzas menjeda tegukannya. Ia kembali berpikir dengan kami-- maksudku, dengan Andre. "Apa lagi?"

"Di atas Mariana," bacaku dan Andre serentak. Lantas kami bertiga saling berpandangan.

Oh, shit. Apa iya Mariana yang itu?

"Aku hanya memikirkan satu tempat," tukas Andre sambil melihat ke arah Arzas, yang mana, dia juga bergeming memikirkan ini.

Laki-laki bernama Arzas itu berdiri mengejutkan sambil menggebrak meja. Ia menatapku dan Andre dengan tajam. "Aku sudah tahu ini misi yang menyulitkan! Ini gila! Aku tidak ikut!" kesalnya, dan berlalu begitu saja. Ia menjauh meninggalkan meja.

Tentu aku tak ingin ini terjadi. Dia harus ikut. Aku ingin-- bertemu ibu dan kakakku! Hey, aku ini keluarga mereka!

"Hey, Arzaaasss!!" panggilku sedikit berteriak. Dari sini, aku melihat punggung itu berhenti, dan kepalanya sedikit bergerak. Aku mengira, Arzas menghela napas dengan ekspresi yang 'hadeh' di sana.

Tanpa membuang waktu, aku, Andre, dan Arzas menuju pantai terdekat. Arzas ini memang tsundere. Dua kali menolak, dua kali dia tetap ikut bersama kami.

Lihat dirinya yang berdiri di sampingku ini. Kaos pendek berwarna kuning gelap berjaket, dengan celana uniqlo. Bersanding dengan aku, yang mengenakan atasan ungu berlengan sesiku, dan jeans hitam, lengkap dengan gaya rambut ikat satu.

Nymphaea (1) ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن