3. Sahabatku Di Perkemahan Demigod.

56 18 17
                                    

SESUAI perkataan Brenda kemarin, dia akan membawaku ke perkemahan demigod. Sebenarnya aku ragu, karena ini perjalanan pertamaku ke alam lain.

Ah tapi tidak, harusnya masih di alam manusia. Setahuku para dewa tinggal di Olympus, dan itu bukan alam lain alias daerah pegunungan yang bisa dijangkau manusia-- sebenarnya. Jadi, pasti perkemahan itu ada di alam manusia juga.

Jujur, aku tidak tahu tujuan aku ke sana untuk apa. Kurasa tidak begitu penting. Brenda bilang, itu adalah syarat jika aku ingin ke flowerville. Tapi ... hey! Aku tidak ingin ke sana. Dan, aku tidak begitu percaya dengan tafsiran jika ibu mengharap aku ke sana.

Bumi ini sudah cukup untukku. Walaupun sedikit kesepian, tapi aku masih punya Arzas. Toh, selama ini kemampuanku tidak kusalahgunakan.

Aku duduk di kursi teras. Menanti si Brenda datang. Kalau tidak salah, ia memintaku keluar rumah sejak 10 menit yang lalu, tapi dia belum kelihatan saja. Untung aku masih punya pekerjaan menghubungi kepala-kepala restoran kakakku, yang sudah menjadi tanggung jawabku.

Aku juga masih punya camilan yang setia menemaniku.

Jangan bilang aku jones!

Kalian belum tahu saja ada berapa orang yang mengejarku. Tapi aku masih memilih untuk sendiri. Aku masih nyaman sekali dengan sahabatku yang hilang itu, Andrian Vin. Dan juga Arzas.

Merasa ada yang datang, aku melihat ke halaman depan. Sudah ada Brenda di sana. Ia berjalan menghampiriku. Ow-ow, sejak kapan ia ada di sini?

"Sampai kapan mau memakan cimol pedas itu, huh?"

Rasanya aku ingin mrngumpat. Dia yang memintaku untuk ke depan, dan membuatku menunggu. Lalu dia juga yang menggerutu?

Ashiap santuy.

Aku pun berdiri dan mengikutinya berjalan ke halaman depan.

"Maaf aku membuatmu menunggu. Sapuku tadi kehabisan bensin," ocehnya saat aku ada di sampingnya. "Kau mau naik apa?" Sekarang ia menawariku. Memangnya dia ini punya berapa kendaraan, ha?

"Naik burung telegram saja bagaimana?" candaku, tapi aku mengatakannya dengan nada biasa.

Duk!

Kurasakan tongkat di tangannya menyentuh kepalaku. Aku meringis. "Karpet atau piring?"

"Ufo,"

"ria ...."

Pletak!

Kini batu kecil yang menimpuk kepala encerku. "Hey, tolong jangan kepala einstein-ku!"

Tring ....

"Ayo naik!"

Kulihat Brenda sedang mendaratkan bokongnya di atas karpet yang tidak terlalu besar. Aku pun ikut duduk di sana. Dan kami mulai terbang.

Di atas sini, aku melihat Brenda heran padaku. Matanya menyisirku dari kepala sampai kaki. "Kenapa kau ...."

Aku tebak, dia pasti heran melihat tidak ada dariku yang bergerak terkena angin.

"Ah iya, kau itu bunga ya, aku lupa."

Brenda berbicara banyak selama dalam perjalanan. Ia menunjukkan letak-letak sekaligus gerbang dunia-dunia yang lain, termasuk flowerville.

Hingga kurasakan karpet ini terbang merendah. Aku memperhatikan di bawah sana adalah hutan belantara. Apa perkemahannya ada di sana?

Ngeri anjinc.

"Oh iya, aku ingin memberitahumu sesuatu. Tentang hilangnya manusia di bumi, itu memang ada kaitannya dengan kami, penduduk lain bumi. Itu sudah berjalan sangat lama dan beberapa waktu lalu ada rapat besar. Rapat itu memang rutin dilakukan dan dihadiri oleh semua perwakilan dunia, termasuk dunia manusia."

Nymphaea (1) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang