"is lu suka kan sama Aera?" Sembur Zard tiba-tiba bak lava yang mendadak memasuki level waspada. Bahaya ini.
Rais dengan sigap menatap wajah Zard, yang agak pendek darinya "hah? Maksudnya?" Ya kali aku ngasih tau langsung. Batin Rais.
"Iya kan? Ah, lu ga bakal pandai boong sama aku, ngaku deh, eh lagian sebelum si Aera direbut sama cowok lain, mending kamu pegang dia, biar ga diambil orang." goda zard.
"Beneran tuh, lagian aku kan masih muda, ya ga bakal deh nembak perempuan, masih anak-anak, jangan-jangan ini cinta monyet yak?"
Hingga tanpa memutuskan berteleport, mereka berdua tetap berjalan, berbincang-bincang dengan ria.
"Ga lah, secara umum kamu kan cowok yang kek orang seriusan gitu."
Rais mengernyit "ah- gak deh, masa aku kek gitu, hii, geram sendiri deh."
"Yah Rais salting nih, eh hati-hati, kalo kamu kehilangan. Baru tahu rasa." Emn kayak pernah aja deh si Zard.
"Ga lah, kamu ih Jan gitu dong."
Zard memutar bola matanya, untuk kali ini saja Rais berubah kek perempuan hanya soal Aera!
"aku serius is, sebelum semuanya terlambat, kamu ga akan dapet bagiannya,"
Mendengar apa yang diucapkan Zard, Rais tertegun, ia masih kecil, masih remaja labil, untuk memiliki seorang perempuan belum usianya, bahkan kakaknya sendiri, sella, sudah dua puluh tahun saja belum memiliki cowok. Kan aneh. -eh kakaknya? Jadi inget lagi!
Hanya berbeda jalur tikungan, Rais belok kanan, dan Zard belok kiri, "ya udah is, malam." diangguki Rais.
✨✨✨
Asrama sudah lenggang nan sepi, Navy yang tadinya bertemu para penyelidik juga sudah tertidur didepan televisi dengan televisi yang menonton acara tidurnya. Kebiasaan Navy memang seperti itu.
Rais dengan perlahan menuju balkon kamarnya, disana bertepatan dengan pemandangan asrama perempuan, yang dibelakangnya merupakan pegunungan yang berbaur hutan, dengan bulan purnama menghiasi alam raya diatasnya itu.
Rais menghembuskan nafas berat. Pikirannya terfokus pada perkataan Zard, lebih tepatnya tentang Aera. Dasar! Masih kecil! Belum umur! Author aja gak paham begituan.
Memang betul jika ia sendiri menyukai Aera, namun sahabat-sahabatnya saja belum mengetahui hal itu, belum lagi jika ia mendadak bercerita tentang itu, bisa dibilang cinta monyet deh. "Aakh..."
"Sebenarnya, aku ini suka atau cuman lebih dari suka?, Aku kan masih kecil! Ga boleh mikirin gitu, Memang sih kalo ketemu jadi deg-degan gitu."---
"Udahlah is, kamu masih kecil, bau kencur urusan gituan, besok udah gede baru, fokusin tujuan kamu diacademy! Buat belajar, bukan itu itu!" Saran Phoon yang mendadak muncuk, Rais satu pendapat dengan Phoon, sejatinya ia tak harus memikirkan hal itu.
Mengingat tentang Academy, ia selalu dibayang-bayang betapa dulu kegelapan menyerang, keluarganya, istananya, penduduknya. Rais terdiam, menunduk.
"Tidurlah is, sudah malam!" Ucap Phoon, Rais mengangguk segera menutup pintu balkon, dan membuka jendelanya, supaya bisa melihat bulan purnama, satu hal yang ia ingat lagi "Lisa----- dan kakak------"
Dalam sekejap ia sudah tertidur.
✨✨✨
"Terdiam bukan berarti tidak tahu apa-apa, bahkan sejatinya seseorang yang terdiam itu, lebih tahu dari kata apa."
Paham gak tuh terdiam?
Paham ya?
✨✨✨
Annyeong, kembali lagi dg author
Hiya hiya, apa kabar?
Gimana yg sdg menjlnkn puasanya, lancarkah?
Gimana stay at home ya, bermanfaat gak?
Tinggalkan jejak, vote dan komen yak'
See u next Chap.
Salam, Author.
ВЫ ЧИТАЕТЕ
ELEMENTER CLUSTERS
Фэнтези[ Status : On-going ] [ Belum direvisi ] Deskripsi... Awal baru dari peperangan yang sebelumnya sangat tragis, menghilangkan klan yang memiliki posisi tertinggi. Menjadikan kehidupan baru seseorang di sekolah academy klan angin, magical wind. Tempat...
