Episode 18

846 89 11
                                    

" Joy-ssi. "

" Eoh ? "

Namja itu tersenyum sambil membukakan pintu mobilnya di seberang sana. Aku melangkahkan kaki ku mendekat ke arahnya dan masuk ke mobilnya.

" Bagaimana hari ini ? "

" Ada kabar baik untuk Wendy. Pihak rumah sakit bilang kornea mata untuknya sudah siap. "

" Jinjja ? "

" Ne. Besok Wendy akan kembali ke rumah sakit untuk persiapan operasi. "

" Hmm. "

" Bagaimana dengan rencana pernikahan itu ? "

" Aku sudah meminta seseorang untuk mengacaukan persiapannya. Tapi aku tidak tahu apakah itu bisa mengulur waktu, aku dengar dari rapat tadi pagi, tuan Kang sangat antusias membicarakan rencana pernikahan yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. "

" Aku khawatir Wendy tidak bisa pulih sebelum acara itu. "

" Kau sudah berusaha semaksimal mungkin, masalah waktu biarkan semua berjalan semestinya. Selama kita memiliki sisa waktu, kita bisa mengusahakan segalanya. "

" . . . . "

" Jangan terlalu memikirkan hal itu, aku yakin jika Irene juga sedang berusaha untuk mengulur rencana ini. Pikirkan saja kesehatan kau dan bayi ini, itu jauh lebih penting. "

Aku melihatnya tersenyum dan aku pun ikut tersenyum kecil.

" Kajja, kita makan malam dulu sebelum pulang. "

" Ne. "

Semenjak pertemuan malam itu, dia selalu menungguku pulang di seberang jalan rumah keluarga Son. Rasanya aneh bahkan mustahil, seorang pengusaha yang memiliki kesibukan mau menunggu seorang yeoja seperti ku selesai bekerja dan jam menunggunya tidak pernah terlambat, selalu tepat, bahkan terkadang lebih awal. Terlebih, dia sudah tahu apa yang ku alami, kehidupanku dan bayi yang ada di dalam kandunganku. Raut wajahnya tak sedikit pun melukiskan jika dia keberatan dengan hal itu, dia memperhatikan setiap detail kehidupanku bahkan dia sensitif jika aku seolah tak memikirkan kondisi bayi ini. Mungkin itu semua karena usianya yang sudah matang dan pengalamannya memiliki keluarga.

" Joy ? "

" Oh ? Ne. "

" Gwenchana ? "

" Ne, gwenchana. "

Dia memberikanku beberapa hidangan dan kami menyantapnya sambil bercerita tentang hari itu. Selalu senang mendengarnya bercerita, entah mengapa aku merasa dia mencoba untuk membuatku lupa dengan segala hal buruk yang terjadi di masa lalu. Bohong rasanya jika tidak ada yeoja yang ingin berkencan dengannya.

Selesai makan, aku berjalan di depannya dan saat dia membukakan pintu mobil untukku, sebuah mobil berhenti tepat di depan mobilnya. Seorang namja keluar dari mobil dan menatap ke arah kami. Aku langsung membuang pandanganku dan masuk ke mobil. Pintu mobil tertutup, aku melihat namja itu terus memandang ke arah ku. Mobil melaju dan kami meninggalkan namja itu tanpa sekata pun.

Setibanya di rumah, dia ikut keluar dari mobil dan mengantarku sampai ke depan pintu.

" Gomawo, Taeyeon-ssi. "

" Ne. "

" . . . . "

" Aku harap kau bisa melupakan namja itu. "

" Ne, aku sudah melupakan semua tentangnya. "

Dia tersenyum dan membungkukan sedikit tubuhnya lalu pergi.

Who Wants To Be My HusbandWhere stories live. Discover now