Awal Petualangan

446 201 629
                                    

"Emangnya suka sama kamu itu sakral, ya? Sampai-sampai semua perempuan kamu acuhin bahkan Ibu guru sekalipun?"

***

"Hutan yang kemarin dilewati oleh Aron dan teman-temannya itu dinamai hutan Trevas oleh Mbah Utap, karena isinya pepohonan yang besar dengan batang yang berliuk-liuk serta daun yang rindang membuat terhalangnya sinar matahari masuk disertai kabut dingin yang tebal, yaitu Hutan Kegelapan.

Disana ada tempat para penyihir berada dan letaknya disisi bagian timur hutan Trevas. Para penyihir melakukan eksperimennya menggunakan bahan-bahan yang ada di hutan Trevas dan dicampurkannya dengan bunga-bunga yang ada dipekarangan milik Mbah Utap. Tentu saja mencuri adalah cara yang diajukan oleh pemimpinnya, Tituba.

Hari menjelang sore dan seorang gadis yang mengikuti Aron sejauh ini tak bisa kembali pulang karena ia lupa lika-liku jalan hutan Trevas. Ia merutuki dirinya yang pelupa ditambah lagi tersesat di hutan Trevas yang sangat gelap. Penerangan yang dia pakai hanya lampu dari sportbike nya dan itu tidak cukup untuk meihat keadaan sekelilingnya akibat kabut dingin yang sangat tebal. Usahanya untuk keluar dari hutan Trevas tak berhasil, ia selalu kembali lagi ke tempat awal ia tersesat. Padahal ia yakin telah melewati jalan yang berbeda.

"Apa yang sedang dia lakukan?" tanya Tituba pada Morai saat melihat seorang gadis di sebuah guci berisi air sedang mondar-mandir di hutan.

"Kekekekekek, sepertinya ia tersesat tuanku."

"Bebaskan saja dia kali ini, jika suatu saat dia tersesat lagi, kita cuci otaknya dan jadikan dia penyihir jahat untuk menghancurkan anak lelaki itu."

"Baiklah tuan. Kali ini akan bertambah satu mangsa, tunggu kau gadis manis. Kekekekekekekek."

Morai mengucapkan mantra yang membuat kabut asap dingin itu berkurang hingga hampir menghilang. Karena penyebab dari manusia tidak pernah keluar dari hutan ini yaitu adanya kabut tebal itu. Kabut itu dimantrai supaya menyesatkan orang-orang yang hendak keluar dari hutan Trevas. Tapi itu tidak berlaku bagi Aron dan teman-temannya karena mereka lebih kuat dari manusia lain.

Kabut asap dingin yang menutupi pandangan Azra perlahan berkurang dan dapat dilihat sekelilingnya mengunakan cahaya dari sportbike nya. Azra tidak ingin melewatkan kesempatan ini dan memutar arah menuju jalan keluar dari hutan Trevas. Baru beberpa menit kabut itu berkurang, kini kabut itu datang lagi seperti mengejar Azra agar tidak bisa keluar dari hutan. Satu detik saja ia terlambat maka akan tersesat lagi entah sampai kapan.

***

Pagi ini Aron berangkat dengan tenang, karena Seira masih tidur. Sesampainya di sekolah Aron berusaha tetap tenang dan tidak panik saat melihat para makhluk halus bergentayangan. 'bagaimana bisa Surya biasa saja melihat ini semua?' pikirnya. Batinnya sedang berteriak hebat saat ini. Karena Aron benar-benar tak sanggup melihat 'mereka' dengan kondisi 'berantakan'.

Suasana kelas sangat menegangkan saat ini karena ulangan mendadak pelajaran mekanik. Ini memanglah mudah bagi Aron, tapi tidak dengan Surya dan Bagas. Inilah alasan mengapa mereka duduk dibelakang. Untuk kerjasama mencapai tujuan yang sama.

"Ssstt ... sssttt ... Sur, maneh udah ngisi?" Bagas melirik jawaban Surya sekilas. Tak sempat terlihat karena sedetik kemudian Pak Yana berdehem melihat Bagas menyontek. (maneh = kamu)

"Acan, ih. Aron tulungan!" Surya berbisik setengah teriak saat melihat Aron sudah mematikan komputernya. (acan = belum, tulungan = bantuin)

Aron melihat Surya dan Bagas bergantian lau melihat kedepan, mengangkat tangannya yang kemudian disimpan ke belakang kepala dengan menggoyang-goyangkan kaki kanan diatas kaki kiri lalu memperlihatkan senyum remehnya. Menandakan Surya dan Bagas harus mengucapkan sandi ulangan. 'si najis sombong banget!' pikir kedua sejoli itu.

NEW WORLD ON THE EARTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang