Mencari Markas Utama

201 82 468
                                    

SEBELUM MEMBACA, HARAP BACA PETUNJUK DIBAWAH INI, TERIMAKASIH:D

kalo ini sedikit ga nyambung pas awal-awalnya ... kalian liat part "HARI PERTAMA" di beberapa paragraf akhir ... soalnya waktu kemarin ada kesalahan beberapa pararagraf di part itu hilang jadi kaya yang gajelas.. maap yaaaa updatenya bakal pindah jadwal jadi hari selasa:) maap juga jarang update soalnya tugas sekolah banyak bgt ditambah lagi aku baru bisa masuk ke akun ini lagi setelah sekian lama:"

happy reading^^

***

"WEYYY!!! BARU JUGA SAMPE! MASA LANGSUNG DAPET MISI PERTAMA? GA DIKASI AIR ATAU MAKAN GITU?! OYYY!!! CAPE TAU! JAUH NIH!!!" Bagas berteriak dengan amat sangat kesal. Padahal ia lelah karena salahnya sendiri. Berlari-lari ke sana ke mari hanya karena takut dengan beberapa sosok hantu yang cukup menyeramkan.

Tak!

Satu jitakan yang cukup keras melayang ke dahi Bagas. Ia meringis, seketika dahinya berdenyut dan memperlihatkan benjolan berwarna merah muda.

"Ah!! Nyud-nyudan ih, ai sia Aron!! Sakittt!!!" ( ai=tidak ada artinya (kata tambahan dalam bahasa sunda), sia = kamu)

"Bodo da! Ngapain teriak kek gitu?! Dah jelas dapet misi pertama. Harusnya teh dilaksanain biar bisa ke sekolah lagi dengan tenang," ucap Aron geram. (da = kata tambahan)

"Atuh cape!" teriak Bagas.

"Ya itu mah salah sendiri! Kamu lulumpatan ga jelas, cape kan? Dahlah tinggalin aja," ucap Azra. (lulumpatan = berlarian)

"Iya tinggalin yuk," sahut Surya memanas-manasi Bagas.

"Udah-udah ... Kalo gini terus kapan kita nemu markas utamanya," ucap Aron. Ia menatap Bagas, "Maneh ngilu teu?" sambungnya. (kamu ikut ga?)

"Duh, yaudahlah ikut."

Wilayah dibalik gerbang besi yang sangat besar itu cukup asri. Pepohonannya lebih ke tanaman berbuah. Bahkan terlihat seekor rusa yang berlari saat gerbang itu terbuka. Setidaknya mereka bisa berteduh dan mencari makanan cadangan walaupun matahari kini sudah berada di atas kepala. Suhunya pun bahkan mencapai 40 derajat Celcius. Maka dari itu usulan dari Azra agar mereka beristirahat sejenak pun disetujui oleh semua.

***

"Tuan Utap, tuan Aron telah sampai di wilayah markas Intel. Wah hebat ya bisa nemuin tempat tersembunyi seperti itu di tengah hutan," ujar Popi.

"Sttt ... kamu jangan banyak bicara dulu." Mbah Utap bergerak mengendap-ngendap mendekati semak yang ada di halaman belakang rumahnya. Semak-semak itu terhubung dengan hutan Trevas.

"Ada apa tuan?" bisik popi. Ia menirukan Mbah Utap mengendap-ngendap mendekati semak-semak tersebut.

"Ada yang memata-matai kita barusan. Kau kembalilah ke rumah dan bersikap wajar saja agar tak ketahuan olehnya. Sementara itu aku diam-diam mencari tau apa tujuan dia memata-matai kita." Popi mengangguk paham. Kemudian ia menjalankan rencana yang diutarakan oleh Mbah Utap.

Popi masuk ke dalam rumah dengan teknik sihirnya. Ia menjentikkan jarinya kemudian dalam sedetik ia sudah berada di dalam rumah tanpa harus berjalan terlebih dahulu. Sedangkan di sisi lain Mbah Utap perlahan melihat siapa itu. Ternyata itu adalah salah satu pengikut setia Tituba, Morai.

Popi juga mengenal Morai. Dulu mereka sahabat dekat namun karena Morai malah menjadi pengikut si penyihir tua, akhirnya persahabatan mereka berakhir. Tidak seperti film jaman dulu Naruto dan Sasuke, mungkin mereka tidak akan bersama lagi. Kini Popi menyebut Morai dengan sebutan "si ketawa rusak". Karena di setiap saat ia sedih maupun senang pasti tidak pernah melewatkan tertawanya yang seperti cicak kekekekekekek.

NEW WORLD ON THE EARTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang