16°

2.5K 249 31
                                    

- We would be together and have our books. And at night, be warm in bed together. With the windows open and stars bright -

---------------------------------Yuk ramein

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

---------------------------------
Yuk ramein

"Selimutnya dililit yang bener dong sayang."

Felix sedikit meringis waktu Changbin mengangkat tubuhnya ke atas pangkuan pemuda tersebut.

Bagian bawahnya masih sakit, bekas permainan mereka tadi. Pipi Felix bersemu merah saat kilasan kejadian Changbin menghabisinya terbayang di kepala.

"Kak, dingin."

Tangan Felix memeluk erat bisep Changbin.

"Makanya selimut dipake yang bener lil cat."

Sehabis permainan selesai, keduanya sama-sama beranjak duduk di balkon kamar guna menikmati pemandangan malam. Kebetulan malam ini bintang sedang banyak-banyaknya berserak di langit. Changbin menghela nafas, telusupkan kepalanya pada perpotongan leher Felix.

"Masih kerasa sakitnya?"

"Masih kak, tapi asal gak banyak gerak ya gak bakal sakit banget."

"Kalo gitu, tetap disini aja."

"Eung?"

"Semalaman, tidur di pelukan aku. Mau?"

Felix memerah, kedua tangannya menutup wajah. Dibelakang Felix, Changbin tersenyum. Kecup leher telanjang Felix hingga meninggalkan jejak basah.

"Jangan ngomong yang aneh-aneh, ntar masuk angin!"

Tidak ada jawaban. Changbin fokus mengecupi lehernya. Tangan kekar yang lebih tua memeluk posesif Felix. Sesekali mengusap permukaan perut Felix dari balik selimut.

"Cantik." Cup. "Tercantik yang pernah aku liat setelah mama sama kakak."

"Kak! Udah dong, geli." Felix merengek.

Changbin terkekeh, kecupan terakhir mendarat. Lalu dia mengangkat kepala, menatap Felix dari samping dengan tatapan penuh puja.

"Ish, jangan diliatin!"

"Kenapa emang hm?"

"Felix malu."

Selimut semakin ditarik Felix ke atas guna menutupi wajahnya yang total memerah.

"Cantik begini apa yang harus dimaluin?" Changbin mengusak poni Felix.

Angin berhembus lembut di balkon. Keduanya terpejam, menyamankan diri atas hawa panas dari tubuh masing-masing. Kepala Felix menyender di dada bidang Changbin.

Nyaman, rasanya nyaman sekali.

Sampai Felix teringat percakapannya dengan Jisung beberapa waktu yang lalu.

Mood- nya memburuk. Ingin bertanya ke Changbin secara langsung, tapi Felix takut Changbin marah.

Tubuh Felix bergerak gelisah. Hal itu menarik atensi Changbin.

"Kenapa sayang?" Tanyanya.

Felix tergagap, buang pandangan asal tidak menatap mata Changbin.

Tapi percuma, jari Changbin menahan dagu Felix. Lalu membawa Felix untuk menatapnya.

"Hei, kenapa? Mind to tell me something?"

Akhirnya, Felix mengumpulkan keberanian. Lagipula, jika Felix diam saja, dia tidak akan mendapat jawaban atas pertanyaan yang dia simpan. Setidaknya dia harus bertanya pada Changbin. Dengan begini mungkin saja ketakutannya akan hilang.

Detik berikutnya, Felix ceritakan semua pada Changbin. Tentang Jisung yang bilang Changbin begini, begitu. Tentang keraguan yang mulai muncul dalam diri Felix. Dan tentang pertanyaan-pertanyaan lain yang ada.

Changbin, awalnya agak kaget. Kemudian dia berusaha tenang, menahan amarah untuk menonjok pacar dari temannya itu yang sudah merecoki pikiran Felix dengan berbagai hal negatif tentang dirinya.

Tangan Changbin mengusap surai halus Felix. Menunggu hingga si pirang selesai mengeluarkan keluh kesah.

"Felix jadi takut. Takut kalau suatu saat omongan Jisung terbukti." Ucap Felix dengan nada yang sangat pelan.

Changbin mengetatkan pelukannya. Membawa tubuh Felix agar lebih mendekat.

"Aku udah boleh ngelurusin nggak?"

Felix mengangguk, mengusap sudut matanya yang entah kenapa jadi berair.

"Felix, aku nggak bisa janji bakalan buat kamu seneng terus. Aku nggak bisa janji untuk nggak ngebuat kamu sakit hati. Aku manusia biasa Lix, aku nggak bakal minta kamu supaya percaya sama aku.

Tapi, ada satu hal yang harus kamu tau. Waktu aku minta kamu buat jadi pacarku, aku udah janji sama diri aku sendiri, sebisa mungkin, aku bakal ngejaga apa yang udah aku miliki. Aku nggak mau janji ke kamu karna resikonya berat Lix. Jadi, aku minta ke kamu, jangan percaya ke akunya. Percaya ke hubungan kita. Percaya kalo hubungan ini bukan sekadar bercandaan doang.

Soal omongan Jisung, aku akui, iya aku emang brengsek. Tapi, semua orang brengsek bakal tunduk kalau udah ketemu Tuannya. Dan kamu, kamu aku pilih sebagai Tuan aku Lix."

Changbin terunduk, menyandarkan kepalanya pada punggung rapuh Felix.

Dia takut, takut setelah ini Felix akan pergi.

"Bertahan ya Lix." Lirih Changbin. "Bertahan kalau suatu saat nanti aku kumat."

"J-jadi, yang Jisung bilang itu- benar?"

Kepala Changbin menggeleng, "Aku nggak bisa nyangkal Lix. Tapi aku nggak seburuk itu."

Keadaan hening. Felix sibuk bergelut dengan pikirannya, dan Changbin yang sibuk membayangkan berbagai kemungkinan buruk jika Felix sampai benar-benar pergi.

Tanpa sadar Changbin memeluk Felix terlalu erat.

Felix tercekat, apa Changbin segitu takutnya?

Dan malam itu, malam dimana keduanya saling bertanya dan menjawab tentang hubungan yang membentang menyatukan mereka, harus ditutup.

Ditutup dengan ciuman ringan Felix pada bibir tebal Changbin. Dan bisikan halus dari yang lebih muda, "Gapapa kak, ayo kita jalani aja dulu."

HALCYON

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HALCYON

•_•

TBC
A/N
Ini ngetiknya ngebut banget mamen. Inget belom masak buat bukaan, terus tugas numpuk, terus Halcyon belom apdet wkwkwk

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HALCYON || Changlix√ [DISCONTINUE]Where stories live. Discover now