Pulang Cepat

385 42 14
                                    

Selamat membaca!! 😗

  

Hari ini sekolah Aurora pulang cepat karena guru akan mengadakan rapat dadakan.

Pulang cepat! Murid mana yang tidak senang? Hampir seluruh murid di sekolah itu berteriak senang. Tak terkecuali Aurora dan Mona. Mereka sampai melonjak-lonjak seperti anak kecil, menjerit keras, dan bertepuk tangan saking gembiranya.

Cihuuyy! Seneng bangetlah mereka berdua. Ditambah lagi, guru yang masuk pada pelajaran pertama pagi itu tidak memberi PR. Besok juga tidak ada PR yang harus mereka kerjakan. Jadilah mereka merdeka hari ini!

Selesai melonjak-lonjak dan berseru gembira, Aurora menepuk bahu temannya. "Mon, lo hari ini ada acara?"

Mona menggeleng dengan raut gembira yang masih menghiasi wajahnya. "Nggak ada. Main, yuk!"

"Gue pengen ke toko buku!"

"Ya, ayo! Tapi jangan ke toko buku aja, geh. Jalan-jalan."

"Ke mana?"

"Ya ke mana, aja. Nah, kebetulan motornya Kak Lala ada di rumah karena dia lagi nggak kuliah, soalnya nggak ada kelas hari itu. Jadi, kita bisa boncengan! Tenang! Bensinnya full! Jadi kita nggak perlu sokongan buat beli bensin. Gimana, setuju?"

"Setuju banget!" kata Aurora dengan gembira.

"Sip. Yok, cuss!"

Dua cewek itu lalu membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Aurora tiba-tiba teringat Arif. Ia tadi pagi tidak tidak diantar olehnya karena cowok itu lagi keluar. Belanja barang buat bengkel dan tokonya katanya. Pagi-pagi sekali ia berangkat.

Cowok itu, sepertinya memang benar-benar ingin melindungi Aurora. Ia sampai minta maaf tidak bisa mengantarnya. Ia juga mewanti-wantinya agar hati-hati. Jika ia bertemu

Fajar atau temannya dan ia sedang dalam bahaya, dimohon agar lari, teriak, minta tolong orang di sekitar, atau segera menghubunginya. Arif akan meminta temannya untuk menolongnya. Aurora kalau bisa juga jangan sampai pergi sendiri. Oh, ya, satu lagi. Jangan sampai berada di tempat yang sepi sendirian. Dan di akhir telepon, cowok itu mengatakan maaf lagi. Maaf karena ia tidak bisa selalu menjaganya.

Saat ini, ia harus menelepon cowok itu agar tidak usah menjemputnya. Maka ia meminta Mona agar menunggunya sebentar. Dengan dalih ingin buang air kecil, ia pergi dari hadapan Mona yang tidak menaruh curiga sama sekali padanya. Efek karena sedang gembira mungkin.

"Iya, Au?" tanya Arif begitu Aurora meneleponnya.

"Gue hari ini pulang cepet, Rif. Terus gue mau main sama temen gue—Mona. Jadi, lo nggak usah jemput gue, oke?"

"Oke. Hati-hati ya, Au. Telepon gue kalo ada apa-apa."

"Iya, siap. Udah, ya. Dah!" Cewek itu menutup teleponnya.

Arif sempat gusar. Kemarin malam, ia datangi markas geng Cross bersama teman-temannya. Ia berdiri di depan Fajar. Menatap tepat ke manik mata cowok itu.

"Berhenti ganggu Aurora."

"Oh, itu mah gue nggak mau."

"Banyak cewek di kota ini yang cantik yang mau jadi pacar lo. Dengar, ya, gue bodo amat kalo lo mau macarin seluruh cewek di kota ini! Kecuali Aurora!"

"Cewek itu emang siapa elo? Cewek lo? Bukan, kan?"

"Memang bukan cewek gue. Tapi cewek yang bakal gue lindungi. Dari playboy macem lo."

Storm and Cross (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora