Perang

187 26 11
                                    

Selamat membaca!! 😚😚


Fajar dan kawan-kawannya sampai di markas Geng Storm setengah jam kemudian. Di sana, Arif yang yang lainnya sudah menunggu mereka. Fajar dkk menghampiri Arif dkk. Kedua geng itu kini saling berhadap-hadapan. Angin malam berembus cukup kencang saat itu. Namun, hawa dingin karena angin malam itu telah berganti panas karena hawa yang muncul dari kedua geng yang sebentar lagi akan berbaku hantam.

Semua cowok di sana mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Tanda mereka siap untuk melawan lawan masing-masing. Di kepala mereka, terikat bandana dengan logo yang sama dengan yang ada di jaket yang mereka kenakan.

Geng Storm dengan bandana berwarna merah dengan logo angin di tengahnya. Sedangkan Geng Cross dengan bandana warna biru tua dengan logo silang di tengahnya.

"Tadinya gue sama temen-temen mau ngagetin lo-lo pada. Sayang, kalian malah udah tau duluan," kata Fajar. Ia menghela napas pelan. Pura-pura kecewa.

"Maaf, ya. Kalo gue dan yang lain udah tau duluan sehingga membuat kalian kecewa," sesal Arif sok menyesal. Ia lalu berdehem. "Jadi, mau langsung baku hantam apa ngopi dulu?"

"Ngopinya lebih baik habis kita adu jotos." Setelah mengatakan itu, Fajar dan lainnya menerjang Arif beserta yang lain.

Perang antara dua geng itu pecah. Mereka saling adu tinju dan tendangan.

Fajar merengsek ke arah Arif yang telah siap menghadapinya.

Fajar mengarahkan tinjunya ke wajah Arif yang langsung ditangkis oleh cowok itu. Arif membalasnya dengan mengarahkan tinju ke perut cowok Fajar. Fajar berkelit. Ia berhasil menghindar dari tinju Arif yang mengarah ke perutnya.

"Gue makin nggak suka sama lo!" seru Fajar. Tinjunya berhasil mengenai pipi kanan Arif.

Arif terdorong beberapa langkah ke belakang. Ia maju kemudian membalasnya dengan menendang kaki kanan Fajar dan berhasil membuat cowok itu oleng dan mengaduh. Arif kemudian meninju perut Fajar.

"Kenapa? Gara-gara gue menghalangi jalan lo yang mau ngeganggu Aurora?" desis Arif. Ia meludahkan darah yang keluar dari gusinya karena tonjokan Fajar.

"Ya. Lo sok pahlawan!" Kedua cowok itu saling meninju lagi. Namun, keduanya berhasil menangkis serangan lawan.

"Bukan sok pahlawan! Tapi gue nggak mau ada cewek rusak gara-gara lo!" Arif berhasil meninju rahang bawah Fajar dan membuat darah keluar dari sudut bibirnya.

Fajar terdorong beberapa langkah ke belakang. Setelah mengusap darah di sudut bibirnya, ia kembali maju menyerang Arif. Kali ini ia mengincar perut cowok itu. Kena, tetapi Arif berhasil memukul bahunya dengan sikunya.

Kedua cowok itu sama-sama mundur ke belakang. Napas keduanya berpacu kencang seperti habis berlari mengelilingi lapangan.

Fajar tertawa. Ia mengelap lagi darah di sudut bibirnya dan berkata, "Di pikiran lo, gue mau ngerusak dia, ya?"

"Kalau nggak, pun, lo udah buat dia ketakutan! Kalau gue nggak ngelidungi dia dan lo berhasil nangkep dia, apa yang mau lo lakuin ke dia? Maksa dia buat jadi pacar lo?"

"Mungkin," jawab Fajar enteng. Arif maju dan meninju pipinya. Fajar tidak sempat menghindar. Darah segar keluar lagi dari sudut bibirnya. Kali ini lebih banyak.

"Gue nggak akan ngebiarin lo nyakitin Aurora," tegas Arif padanya.

"Terserah lo aja," kata Fajar. Ia mengusap darah di sudut bibirnya

Arif diam. Fajar juga diam. Dua cowok itu saling pandang dengan sorot tajam dengan deru napas yang memburu.

Teman-temannya sedang saling adu jotos di sekitar mereka.

Storm and Cross (TAMAT)Where stories live. Discover now