06 - Sei zatia

35 16 2
                                    

"TERPILIH TAK SELALU BERARTI ISTIMEWA"

Pengorbanan adalah sesuatu yang memang sudah biasa
Tapi walau sudah sebiasa apapun itu
Tetap saja sakitnya tak pernah biasa

Sehari setelah peristiwa langit kuning berlangsung, semua rakyat menunggu kabar duka yang biasanya akan diumumkan oleh pihak istana.

Tidak ada desas-desus yang terdengar atau teriakan menyedihkan dari suatu keluarga yang kehilangan anggota keluarganya. Belum terdengar dampak yang disebabkan oleh langit kuning yang berlangsung kemarin dan itu membuat mereka tampak gelisah.

Kegelisahan itu bukan mengartikan bahwa mendengar berita duka adalah hal yang menyenangkan bagi mereka melainkan mereka tahu bahwa sesuatu yang tidak biasa selalu memiliki akhir yang mengejutkan.

Adipati dan kapten yang diiringi beberapa prajurit datang ke alun-alun di tengah pemukiman penduduk. Seperti biasa, setelah peristiwa langit kuning maka semua rakyat akan menunggu disana untuk sebuah kabar.

Adipati membuka gulungan kertas pengumuman yang ia bawa dan dengan tegas ia membentangkan itu di hadapan semua rakyat.

"Salam hangat dari King Agor untuk Rakyat Negeri Echanarasia yang damai. Seperti yang kita tahu bahwa peristiwa langit kuning datang tiba-tiba diluar ramalan kemarin dan ajaibnya tidak ada satupun rakyat yang menghilang ataupun mati dengan tragis. Namun ada sesuatu yang akan dijelaskan pada kalian semua mengenai apa yang telah terjadi secara langsung di alun-alun istana pada esok hari tepat saat matahari turun 3/4 ke arah barat. Selain itu, King Agor mengundang pada para wanita hamil yang akan melahirkan para penerus leluhurnya, untuk datang ke istana malam ini bersama suaminya tanpa terkecuali. Demikian pesan Yang Mulia, semoga kita selalu berbahagia" tutup adipati itu kemudian tanpa basa-basi ia meninggalkan lapangan pengumuman dan kembali ke istana.

Rakyat menjadi ricuh dan menebak-nebak kiranya apa yang terjadi, namun daripada berdiskusi tentang sesuatu yang belum jelas, seseorang diantara mereka memilih untuk pergi dari kerumunan orang-orang.

Seseorang itu adalah Arastur Mandarova, putra bangsawan yang di usir dari rumahnya sebab mencintai gadis biasa yang berbeda kasta.

Ya, Negeri Echanarasia adalah negeri yang amat toleransi dimana rakyatnya mencintai perbedaan fisik dan menghargai kepercayaan yang beragam namun beda halnya jika itu menyangkut masalah kasta. Jelas sekali mereka tidak bisa beranggapan bahwa semua orang memiliki kedudukan yang setara.

Arastur terlihat membawa cangkulnya karena setelah mendengar kabar di alun-alun, dirinya berniat untuk langsung kembali bergelut dengan lumpur-lumpur di persawahannya.

Terlahir dan besar dengan kemudahan tak pernah membuatnya manja dan mengeluh tentang betapa beratnya menjadi rakyat jelata.

Siapa yang bisa menebak ukuran dari kekuatan cinta? Bukankah miskinpun akan bahagia jika kita bersama dengan seseorang yang kita dicintai dan mencintai kita?

Sebuah kesalahan besar yang mengatakan pernikahan hanya karena cinta akan kalah dengan kerasnya perjuangan untuk bertahan hidup. Jika memang seperti itulah yang terjadi maka perlu ada pelajaran ulang tentang makna yang benar akan sebuah perasaan.

Jelas ada bedanya antara cinta yang tulus atau hanya sekedar hasrat membara yang bisa dengan mudah padam dikala badai menerjang.

Definisi bertahan hidup memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Sebagian mengatakan bertahan hidup adalah bentuk rasa aman, ada lagi yang bilang bertahan hidup adalah kelayakan sandang, papan dan pangan.

Memang benar seperti itulah spesifiknya namun hal umum yang melingkari semua bentuk definisi bertahan hidup adalah cinta, begitulah menurut Arastur.

Tentu ada banyak kisah yang menceritakan betapa hampanya hidup sendirian tanpa perhatian dan cinta sejati, padahal seseorang itu memiliki pengamanan yang lengkap, kastil yang megah, makanan yang lezat dan sutera yang melindungi kulitnya.

Tetap saja jika ia tidak di cintai maka hidupnya terasa tidaklah berarti.

Di persimpangan jalan itu, Arastur memilih simpang yang tak lagi menjadikan persawahan kecil miliknya sebagai tujuan. Jalan yang ia pilih adalah jalan yang akan mengantarkannya pulang ke rumahnya yang sederhana. Rumah yang ia definisikan sebagai ladang kebahagiaannya yang berbunga dan berbuah setiap hari. Ia bisa saja kekurangan nasi di dapurnya namun ia tidak pernah kekurangan cinta dari istrinya.

Tidak banyak istri di luar sana yang memperlakukan suaminya selembut istrinya memperlakukannya. Bahkan saat mereka kehabisan bahan makanan, istrinya yang baik rela makan sesuap untuk membagi dua suap nasi yang mereka punya tanpa mengeluh tentang betapa tidak adilnya hidup.

Bagi yang melihat mereka hidup seperti itu mungkin saja akan mengatakan betapa menyedihkannya hidup mereka namun bagi keduanya yang merasakan pahit manis hidup bersama seperti itu sepertinya tidak merasa sedih hanya karena mereka tidak bisa memakan hidangan lezat layaknya bangsawan.

Bukankah bahagia itu relatif? setiap orang memiliki hal baik yang harusnya ia syukuri. Semakin banyak bersyukur, semakin banyak pula energi positif yang akan menciptakan rasa bahagia. Arastur masih percaya akan hal itu, bahagia tidak serta merta tentang segala sesuatu yang didapat dengan cara menukarkan beberapa keping emas.

Kebahagiaan untuknya tak pernah bisa dibeli dengan nominal.

......
TBC
Tinggalkan jejakmu ataupun saranmu di kolom komentar. Jangan lupa vote ya, terima kasih.

THE YELLOW SKY (TAMAT)Where stories live. Discover now