25 - Wahi rua tekau ma rima

20 10 0
                                    

---------

Prajurit sudah amat khawatir akan keadaan Lia dan Nena yang tak ditemukan di segala penjuru rumah yang hanya berukuran 2 kali lipat dari kamar Lia di istana. Beruntunglah mereka sampai sebelum ada salah satu dari prajurit pergi menyampaikan apa yang terjadi pada King Agor.

Nena menyampaikan alibi lagi, kali ini ia membohongi prajurit dengan mengatakan bahwa mereka telah bersembunyi di ruang bawah tanah yang bisa di akses melalui ruang penyimpanan rumah ini.

Dengan Tegas Nena meminta prajurit agar tidak menyampaikan apapun pada King Agor dan jikapun di tanya, mereka harus menjawab bahwa selama langit kuning kami bersembunyi di tempat yang aman.

Setelah Langit kuning benar-benar selesai menjajah negeri itu, barulah Lia dan Nena beserta rombongan prajurit kembali ke istana.

Keheningan manyapa Lia dan Nena dalam perjalanan melintasi pemukiman rakyat. Semakin jauh langkah kaki kuda yang membawa keretanya menembus kesunyian malam seakan membawa mereka semakin mendekat dengan suara yang terdengar begitu sayup.

Suara itu dapat di pastikan adalah sebuah tangisan dan teriakan yang memilukan dari seseorang yang mungkin mengalami hal yang sama seperti yang Lia lalui sebulan yang lalu.

Kehilangan sudah menjadi bagian dalam kisah seseorang malam ini. Siapapun itu dan bagaimanapun keadaannya, Lia berharap seseorang itu bisa melewati duka yang dalam itu.

Tangan Lia bergerak menyingkap tirai kereta yang tengah ia tumpangi dan seketika ia merasakan hembusan angin malam menerpa wajahnya dan membelai lembut rambut panjangnya yang indah.

Lia melihat keluar, malam masih sama, masih gelap dan kini langit kuning sudah kembali menjadi pantulan cahaya yang lebih menakutkan daripada malam gelap yang tak memiliki cahaya barang setitikpun.

King Agor sudah menunggu kedatangan rombongan putrinya dengan cemas. Peristiwa langit kuning sudah menciptakan memori yang membuat King Agor merasa amat khawatir saat anggota keluarganya tidak dalam perlindungan istana seperti saat ini.

Lia dan Nena yang baru turun dari kereta bergegas mendekati King Agor yang sudah menunggu. King Agor bernafas lega ketika dirinya memeluk putrinya dan Lia bersamaan tentunya, kemudian ia mengecek keduanya untuk memastikan bahwa mereka benar-benar telah kembali dengan selamat.

"Kalian tidak apa-apa? Tidak tersentuh cahaya kuningkan? Dan mengapa baju kalian seperti ini?" King Agor bertanya bertubi-tubi dan pertanyaan terakhir itu membuat keduanya sadar bahwa mereka belum berganti pakaian lagi

"Kami baik-baik saja Ayah, tadi pakaianku terkena kotoran dan aku meminjam pakaian lama Lia agar lebih nyaman sedangkan Lia mengganti pakaiannya juga karena ingin menyamai pakaianku" Ucap Nena memastikan lagi bahwa mereka memang benar-benar tidak mengalami hal yang buruk dalam perjalanan maupun ketika melewati peristiwa langit kuning.

"baiklah kalau begitu, kembalilah ke kamar kalian dan bersihkan tubuh kalian setelah itu baru kita akan makan malam bersama"

"Baiklah Yang Mulia" ucap Lia. Keduanya pun menunduk hormat sebelum pergi ke kamar mereka masing-masing.

Makan malam bersama anggota kerajaan masih menjadi sesuatu yang asing bagi Lia. Dia masih belum terbiasa sama sekali meskipun ini sudah terjadi berkali-kali.

Seperti biasanya, Lia makan dengan tenang, lagipula mereka memang tidak pernah bicara saat menyantap hidangan utama. Pembicaraan biasanya akan dilakukan saat menyantap appetizer dan dessert, itupun selalu mengenai hal yang tidak terlalu serius.

"Nena, Lia, bagaimana dengan perjalanan kalian hari ini? aku yakin, kalian tidak jadi berangkat ke pasar rakyat ataupun berjalan di pemukiman rakyat sebagaimana yang kalian rencanakan"

"iya ayah, kami tidak jadi berjalan-jalan dan bertemu rakyat sebab langit kuning yang tiba-tiba datang membuat kami hanya berakhir sembunyi di dalam rumah Lia"

"Langit kuning kali ini berlangsung hanya 2 jam saja, sangat singkat jika dibanding biasanya namun tetap saja Negeri Yellow berhasil mengambil satu lagi rakyat kita"

"korban lagi? Ayah, apakah sangat tidak mungkin bagi kita untuk menyudahi semua ini? sampai kapan kita diselimuti ketakutan dan kehilangan yang bisa menemui siapa saja di negeri ini?"

"kita sudah melakukannya Nena dan kita sudah sangat berusaha selama ini namun sampai sekarang belum ada yang bisa menemukan solusi yang permanen. 15 tahun yang lalu kita mengorbankan banyak bayi demi mengakhiri semua ini namun tetap saja perjanjian tak terpatahkan tetap memiliki sisi rapuh untuk dipatahkan"

"Kakak, sebagai penerus tahta, apakah kau memiliki pemikiran tentang suatu hal yang kiranya dapat membuat semua ini selesai?"

"Tidak ada" Bigusta menjawab begitu singkat dan tatapannya begitu datar, bahkan setelah itu ia berhenti menyentuh puding buah yang menjadi dessert untuk makan malam kali ini.

Nena menghembuskan nafasnya dengan jengah. Bigusta memang tidak bisa diajak bicara tanpa membuat lawan bicaranya merasa tak dianggap, ya se-acuh itulah dia pada semua orang kecuali pada ayah ibunya dan pengawal pribadinya (Ksatria Richale).

Berkali-kali Nena berusaha mendekatinya namun status sedarah dan sekadung bersama sepertinya tak menjamin bahwa Bigusta akan bersikap lembut padanya. Melihat sikap kakaknya itu, dalam hati Nena menggerutu "entah terbuat dari apa hatinya?"

"Yang Mulia, aku ingin mengucapkan terima kasih sebab hari ini sudah mengizinkan aku mengambil sketsa-sketsaku di rumah dan aku juga ingin minta maaf karena tanpa sengaja telah membuat Putri Nena terjebak di dalam rumahku yang kurang sekali pengamanannya dari langit kuning"

King Agor tersenyum hangat pada Lia, ia sudah mengira bahwa Lia akan merasa tidak enak seperti ini, namun melihat Lia dan putrinya pulang dengan selamat tentu sudah cukup baginya untuk tidak mempersalahkan apa yang sudah terjadi.

"Tidak apa-apa Lia, lalu bagaimana dengan sketsamu? Semuanya masih ada? Jika ada waktu, aku ingin melihat semuanya"

"masih ada yang mulia, aku sudah membawa semuanya, Yang Mulia bisa katakan kapan saja ingin melihatnya, aku akan membawakannya pada Yang Mulia" Lia membalas senyuman King Agor. Dalam hati Lia bersyukur bahwa King Agor tidak murka sebab keinginannya yang sederhana itu sudah membuat Nena ada dalam bahaya.

"oh ya ayah, kata ayah tadi ada satu korban lagi hari ini? Siapa dia?"

Sesaat setelah bertanya tentang hal itu, King Agor mengalihkan pandangannya ke Lia dan itu tentu membuat Lia sedikit heran. Lia rasa bahwa dirinya sudah tidak punya siapapun lagi yang bisa membuatnya merasa kehilangan namun tatapan King Agor yang seperti ini membuatnya teringat dengan tatapan yang sama saat King Agor mengatakan bahwa ayah dan ibunya meninggal.

"seorang remaja berusia 16 tahun, namanya Leonara Mandarova"

........
TBC
Jangan lupa vote dan juga komen ya,
Selamat membaca bagian berikutnya...

THE YELLOW SKY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang