× Group Task ×

158 33 3
                                    

Lonely
PART : 17

•••

Pagi itu datang dipenuhi kehebohan.

Didepan gerbang, beberapa siswi bahkan berkumpul hanya untuk menyaksikan pemandangan ini.

Lelaki China, turun dari mobil sedan hitam dengan seseorang yang tak pernah diduga. Lee Suji, si wakil osis yang menempati gelar sebagai the real definition of ice bear. Ayolah, siapa yang tidak tahu itu? Namun kini dengan mudahnya anak baru itu berhasil mendekatinya?

R u kidding me?

Mereka masuk bersama ke kelas. Suji menuju tempat duduknya, sementara Zeyu langsung duduk di samping Minjae. Temannya itu nampak merenyitkan dahi.

"Apa?" Zeyu menatapnya heran.

Minjae terdiam beberapa saat. "Entahlah. Kau nampak bahagia seksli pagi ini."

Zeyu mengangkat alis, lalu tersenyum. "Nanti kuceritakan di kantin." Matanya mengawasi gadis rambut legam dari belakang.

"Sekalian, aku ingin menanyakan sesuatu."

"Tanya apa?" Minjae penasaran. Dia sudah nampak seperti perempuan tukang gosip.

"Ada, nanti saja. Lihat, Choi ssaem sudah datang."





















__________






















"Zey, kau tidak akan percaya." Well, Minjae terlihat sangat antusias. "Kemarin aku bertanya pada Jimin hyung. Dia bilang, bahkan dia pernah makan daging panggang bersama Suji sekali. Keren 'kan?"

Zeyu mengangkat alis. "Apanya?"

"Jimin hyung, masa dia bisa? Aku saja tak pernah." Curahnya. Minjae meraih sedotan di samping gelas, lalu meminum teh dinginnya. "Omong-omong, kau mau bicara apa?"

Zeyu tersadar. "Tidak, hanya ingin memberi tahu. Tadi pagi, aku berangkat dengan ketua kelas kita."

"Ketua kelas?" Tunggu dulu, Minjae jadi bodoh sesaat. "Oh, Suji. Jadi kau—APA?!"

Zeyu memutar bola mata jengah, Minjae Park ini selalu saja slow respon.

"Jadi itu sebabnya kalian masuk bersama tadi?!"

"Iya, dan tebak? Mungkin aku berdosa karena ini, tapi aku sangat berterima kasih pada Taehyung hyung yang sudah sakit kemarin. Karenanya, aku bisa lebih dekat dengan adiknya." Wajah Zeyu seperti anak kecil kegirangan saat bercerita.

"Benarkah? Bagaimana bisa?"

"Jadi, rencananya kemarin aku akan mengajak Suji pergi. Namun seperti yang kubilang tadi, kakaknya sakit. Suji tak bisa meninggalkan Taehyung hyung sendiri di rumah. Berakhir dengan kami nonton Spidermen bersama di ruang TV. Ah, kau tahu? Aku mencoba menggodanya, dia tersipu dan—"

"Hei, hei, stop it!" Minjae mengangkat tangan tanda berhenti. Berdecak, matanya menyipit. Merasa iri luar biasa. "Wahh, aku tak percaya ini. Bagaimana bisa kau menceritakan hal itu, sedangkan temanmu ini jomblo huh?"

Zeyu terkekeh. "Tapi Jae, apa kau—" Dia meringis pelan. "Tidak apa-apa?"

"Hm?" Minjae menyedot minumannya sekali. "Apanya?"

"Maksudku, yeah kau juga menyukai Suji. Dan aku mendekatinya. Apa kau tidak.. cemburu?"

"Aku?" Minjae menunjuk dirinya. "Tentu saja aku cemburu!"

Mata Zeyu melebar. "J-jadi kau—"

"Ya, tentu." Minjae memperbaiki posisi duduknya. "Seperti yang pernah kubilang. Suji itu cantik, pandai, dan menarik. Hanya lelaki tak normal yang tak suka. Dan kalau kau mau tahu, dia cinta pertamaku."

Zeyu terdiam. Mendadak merasa bersalah. Minjae tertawa lalu menepuk pumdaknya.

"Hei, tak apa. Lagipula aku juga tidak akan mampu mendekatinya. Kurasa hanya kau yang bisa. Mungkin, dia memang ditakdirkan bersamamu. Sudah, itu saja. Buat jadi mudah."

Zeyu tertegun. Minjae baik sekali.

"Thank's Jae."


















__________





















"Ok, untuk kelompok terakhir ada; Lee Suji, Park Minjae, Go Nari, Oh Boram, Gou Mingrui, dan Yu Zeyu. Dari 5 kelompok yang saya bagi tadi, masing-masing harus membuat Mading tentang tema sesuai dengan yang saya jelaskan. Tugas ini harus dikumpulkan minggu depan. Apa semuanya paham?"

"Paham ssaem." Para murid menjawab serentak.

"Baiklah, kelas saya tutup. Semoga hari kalian menyenangkan." Choi ssaem tersenyum, lalu berjalan keluar kelas.

"Wow, kebetulan yang menarik kita sekelompok dengan ketua kelas." Minjae berbisik tepat di dekat telinga Zeyu. Lelaki itu hanya mengangguk pelan.

Para pelajar membereskan alat tulis mereka, sebelum keluar dari kelas satu-persatu. Tak ada yang mau mendiskusikan tugas. Nah, nanti saja. Tapi, berbeda dengan Lee Suji. Dia memanggil nama-nama yang disebut sekelompok dengannya tadi. Mereka berkumpul di depan kelas.

"Baiklah, pertama-tama aku ingin tanya." Minjae yang pertama bersuara. "Siapa ketua kelompoknya?"

Salah satu gadis mendecak, tangannya terlipat di depan dada. Oh Boram. "Kau ini bagaimana, tentu saja Suji. Dia yang paling pandai mengatur segalanya." Omong-omong, Boram itu sekertaris kelas.

Go Nari dan Zeyu mengangguk setuju.

Sementara Gou Mingrui menggaruk tengkuknya dengan tampang malas. "Ayolah, terlalu awal untuk membahas tugas. Lagipula, ini dikumpul minggu depan. Kita masih punya banyak waktu."

Nari mengangguk setuju. "Hum, itu benar!"

Dan Suji berwajah sangat datar. "Pemikiran inilah yang membuktikan kalau pemalas-pemalas seperti kalian tidak akan mencapai kesuksesan kelak."

Sial, itu menyinggung banyak orang.

"Maaf saja, tapi aku bukan orang dengan pola pikir seperti itu." Suji berkata sembari mengikat rambutnya. "Tahu prinsip para pengusaha? Jangan pernah menunda-nunda. Karena suatu yang ditunda, kebanyakan berakhir tidak dikerjakan. Maka ingat ini. Kelompokku, ikuti aturanku. Jika tak terima, maka pergilah. Tak ada pemaksaan, banyak pilihan. Terserah pada kalian."

Kelima orang itu terperangah. Mendadak Suji keren sekali di mata mereka.

"A-aku tidak 'kok. Hehe.." Nari terkekeh garing. "Jadi kapan kita akan mulai?"

Suji berbalik. "Siang ini, di tempatku. Nanti kukabari lewat group."






































































TBC

merasa dejavu? pernah baca sekelebat kata-kata suji sebelumnya? haha, yeah on my first book maybe

yg udh aku unpub sih :)

–V–

Lonely [end•]Where stories live. Discover now