× Broke ×

185 32 3
                                    

Lonely
PART : 22

•••

Ini akhir pekan. Dimana para keluarga biasanya akan keluar menikmati dunia, liburan, atau bahkan mungkin hanya dirumah dan bercengkrama.

Namun pagi itu datang seperti bencana.

"Aku apa?" Suji mengangkat sebelah alis, tangannya bersedekap di depan dada, sementara sorot wajah datar sekali.

Di depannya, Rose dan Taehyung duduk bersampingan.

"Rose bilang kau mengatakan banyak hal tidak pantas padanya." Raut Taehyung tak kalah datar. Rahang pemuda itu mengeras, mata menatap bagai belati. "Apa itu benar?"

Suji tak menyahut. Dia meraih secangkir teh diatas meja, sebelum menyeduh dengan pelan. Rose tercekat atas seberapa tenang gadis itu bertingkah. Sementara di sampingnya, sang kekasih berwajah seolah bisa menguliti seseorang.

Ada hening yang cukup lama. Suji meletakkan cangkir dan piring kecil alasnya kembali ke meja. Dia mengangguk. "Itu benar." Ujarnya begitu saja.

Taehyung mendenguskan tawa. "Begitukah? Apa saja yang kau katakan?"

Suji diam beberapa saat. Rautnya tak menunjukkan apapun, meski jantung berdebar keras di dalam sana. Jujur saja, rasa takut itu ada. Taehyung yang marah adalah mimpi buruk terbesarnya. Namun, bersembunyi dibalik topeng tidak sesulit itu jika kau tahu caranya.

"Entahlah," Suji mengendikkan bahu apatis. Melirik Rose, wanita tersebut sempat menyeringai kecil padanya. Picik. "Aku sudah lupa."

"Apa?" Sorot Taehyung bertambah tajam, kegelapan menelannya semakin dalam. "Kau bilang kau sudah lupa?"

Suji menghela napas. Merasa dia tak perlu membela diri karena ini bukan salahnya. Rose play victim. Bertingkah seolah ia adalah pihak yang tersakiti, dimana kenyataan yang sebenarnya adalah berkebalikan. Jika Suji membela dirinya disini, dia akan terlihat menyedihkan. Sementara harga dirinya setinggi langit.

"Hanya beberapa hal. Dia berkata ini dan itu, hingga aku tersinggung."

Taehyung menarik napas tajam, berusaha mengontrol emosinya. "Jelaskan yang benar Suji, buat aku paham."

"Kenapa tidak tanya pada kekasihmmu?"

"Dia sudah. Rose berkata bahwa kau merendahkannya, dan bicara seolah dia tak pantas untukku." Taehyung memejam sebentar. Ketika kelopaknya terbuka, pandangannya bersibobrok dengan Suji. Keduanya sama-sama diliputi amarah, penuh ego, tak ingin mengalah satu sama lain. "Namun aku menghargaimu disini. Aku meminta kau menjelaskannya dengan versimu."

"Versiku?" Suji tertawa. "Lalu apa? Bagimana caranya kau tahu kalau salah satu diantara kita berbohong? Siapa yang akan kau percaya?"

"Itu tergantung dari bagaimana kau akan menceritakannya."

Suji terdiam. Lucu sekali. Kini ia terpojok, meski kenyataannya dialah korbannya.

"Itu benar." Suji mengangguk tanpa beban. "Aku memang tak begitu menyukainya. Dia bilang aku kekanakan dan egois namun sendirinya tak berkaca. Jadi kuminta dia menyadari dimana posisinya."

Ada keheningan selepas itu.

"Tidak sepatutnya kau berkata seperti itu." Intonasi Taehyung bagai garis lurus, matanya menggelap, gigi bergemelatuk murka. "Dia kekasihku."

Disampingnya, Rose hanya diam. Matanya nampak berkaca-kaca, seolah dia sangat terluka atas seberapa kejam perkataan gadis itu.

Suji mendecih, memuakkan. "Kuakui kekasihmu cantik kak. Tapi kau tak bisa membaca kepribadiannya yang buruk. Ah, atau mungkin dia menyembunyikannya selama ini? Tolong, buka matamu lebar-lebar. Dia sama sekali tak seperti—"

"CUKUP SUJI!"

Kedua perempuan itu tersentak.

"Jaga bicaramu! Fikirmu pantas bicara seperti itu pada Rose?"

Suji diam. Merasa tercekat, tangan meremat ujung hoodienya gemetar di bawah sana. Taehyung— Taehyung tidak pernah membentaknya. "Kak, kau tidak mengerti. Dia—" Melirik Rose sebentar, sebelum kembali pada kakaknya, "Dia yang memulai segalanya."

Taehyung menghela napas berat. Ia menatap adiknya penuh kecewa.

"Aku tak menyangka kau berbuat begini Suji. Mungkin aku paham jika kau tak menyukai Rose. Waktu bersama kita memang terbagi karenanya. Tapi dia kekasihku, seharusnya kau menghargainya."

Suji mengangkat alis. "Jadi menurutmu aku bicara seperti itu padanya, hanya karena masalah yang lalu? Kau kira begitu?"

"Lantas? Apa lagi?"

Suji menggeleng putus asa. Dia tahu, apapun yang akan dia katakan tak akan merubah isi kepala kakaknya. Taehyung terlalu marah saat ini. "Kau tidak mengerti kak. Kekasihmu, dia licik." Desisnya lirih. Napas gadis itu terengah, bergetar, menahan tangis.

"Jadi sekarang kau menyalahkan Rose?" Taehyung mengusap wajahnya kasar, "Aku tidak mengerti bagaimana pola pikirmu berjalan. Namun dari semua yang kudengar tadi, aku tak lagi tahu bagaimana cara memandangmu setelah ini."

Tidak, itu tidak benar.

Suji ingin berteriak, namun suaranya tertahan di ujung jalur. Dadanya dipenuhi rasa sesak, "K-kak, aku—"

Taehyung berdiri, dengan wajah sedingin es pemuda itu meninggalkannya disana. Disusul dengan Rose yang mengikutinya.

Suji terdiam. Sesuatu menghimpit jantungnya di dalam sana. Sakit sekali. Pada akhirnya, semua orang meninggalkannya. Sendirian. Suji selalu sendiri. Lucu, dimana dia pernah berpikir bahwa segalanya akan baik-baik saja.

Satu pesan masuk di ponselnya.

1 Message from : Yu Zeyu

mau bertemu?
































































































TBC

astaga, sya merevisi cukup bnyk disini.

–V–

Lonely [end•]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang