× Last ×

234 34 1
                                    

Lonely
PART : 24

•••

Hari ini, mentari tersenyum menyapa.

"Ge, bagaimana cara menyebut kakak perempuan dalam bahasa Korea?" Zeya berbisik di telinga kakaknya. Mata bocah itu mengawasi Suji yang terlihat santai di sofa kamar. Well, dia belum ngobrol dengan gadis itu sejak kemarin.

Suji tidak banyak bicara. Sedikit senyum, dan rautnya nyaris datar setiap saat. Bikin penasaran saja.

"Kenapa?" Zeyu meliriknya sekilas. "Bukankah kau malas menggunakan Hanguel?" Ujarnya menyindir. Omong-omong, dia kini sedang merapikan ranjangnya.

Yu Zeyu benar-benar lelaki yang rupawan. Mau dari segi fisik, maupun karakter, dia sempurna luar dalam. Ibunya mendidik agar Zeyu tidak merepotkan orang lain, rajin, dan disiplin. Meski pelayan yang bekerja di rumahnya banyak, namun Zeyu selalu merapikan kamarnya sendiri. Lagipula, dia tidak suka ada sembarang orang masuk ke ruang privacynya.

"Ya, itukan dulu." Zeya mencebikkan bibir. "Sekarang aku mau kenalan dengan teman-ah, maksudku—pacarmu." Alisnya naik-turun jahil.

Zeyu memutar bola mata jengah, malas meladeni. "Noona. Panggil dia noona."

Adiknya diam sesaat. Kedua mata mengerjap, "Noona? Wah, kedengarannya lucu!"

Zeyu merenyit keheranan. Lucu? Apanya? Bocah itu melantur apa bagaimana?

"Suji noonaa!" Dengan suara sedikit keras, nada Zeya manja. Dia melangkah mendekat, lalu duduk di depan gadis itu. "Noona." Panggilnya sekali lagi. Terlihat sangat senang saat menyebut kakak perempuan dalam bahasa Korea tersebut.

Suji mengalihkan pandangan dari ponsel sesaat. "Hm?"

Omong-omong, gadis itu sudah bersih dan rapi. Dia mengenakan celana pendek putih, masih yang kemarin, dan Zeyu meminjaminya hoodie biru tua dengan merek Supreme. Rambutnya yang hitam legam dibiarkan terurai indah.

"Ah, aku.." Mendadak, Zeya separuh linglung. Suji cantik sekali pikirnya. "Oh, apa kita sudah berkenalan?"

Zeyu melirik interaksi itu lalu mendengus. Cih, basa-basi murahan.

"Kurasa tidak perlu." Suji berkata sembari sedikit mengacak poninya, sorot wajah datar sekali. "Bukankah kita sudah saling kenal?"

Anak itu mengerjap. Tunggu, itu benar.

"Maksudku—" Otaknya berputar. Mencari topik menyenangkan apapun yang pantas untuk di bahas. "Oh, setelah ini kita mau beli manga. Noona mau ikut?"

"Ah, benar." Zeyu mengangguk antusias. Berjalan mendekat, lelaki itu duduk di samping adiknya. "Kau boleh ikut, maksudku—yeah," Dia menggaruk tengkuk canggung. "Itupun jika kau mau."

Ada hening yang cukup lama. Suji terdiam dengan raut datar. Selepas ini? Tidak, dia harus pulang. Bukankah sangat tak pantas jika dia pergi semalaman tanpa memberi kabar? Bukankah seseorang mungkin saja.. khawatir? Alis Suji tertekuk. Opsi terakhir terdengar bagai omong kosong. Sebab nyatanya dia tidak mendapatkan satupun pesan dan panggilan dari Taehyung sejak semalam.

"Kurasa—" Matanya menatap Zeyu. "Ya, aku ikut."

Zeya tersenyum main-main. "Noona, kau cantik sekali. Kalau sudah bosan dengan Zeyu gege, jadi pacarku saja ya?"

APA?!














__________
















Lonely [end•]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora