d u a p u l u h [Ending]

790 44 9
                                    

Desta,Bimo,Renata,Dara,Dewa,Lea,Rosela dan suami Rosela sekarang berada di depan sebuah ruangan yang dipenuhi alat-alat medis. Dua insan di dalam sana sedang mengalami kritis karena kecelakaan mobil. Siapa lagi kalau bukan Queen dan King. Keadaan King lebih membaik daripada Queen. Diano—Papa King dirawat di ruang inap. Diano sudah mengetahui bahwa anaknya kecelakaan. Tetapi dokter melarangnya untuk keluar dari ruang inap.

Sedari tadi Sadewa mondar-mandir resah karena takut adiknya kenapa-kenapa. Berbeda dengan Lea yang tertunduk lesu sambil terisak. Dara memeluk Lea erat. Ikut merasakan kekhawatiran mereka berdua. Desta mengusap punggung Renata yang naik turun. Dan Bimo menggigit jarinya ketika ketakutan.

"Dok, bagaimana keadaan mereka dok?" tanya Sadewa panik menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan. Semua ikut menoleh ke arah dokter. Ingin mendengar berita yang semoga saja baik.

"Begini Pak,Bu, adik-adik sekalian. Kedua pasien mengalami benturan yang cukup kuat di kepalanya. Tetapi itu tidak akan membuat mereka amnesia. Tetapi, pasien perempuan mengalami koma."

Deg.

"Maksud dokter adik saya koma?" tanya Sadewa tidak percaya. Dokter mengangguk. Tangisan Lea menjadi-jadi.

"Lea udah Lea," ucap Sadewa menenangkan Lea. Sadewa mengusap punggung adiknya agar lebih tenang.

"Bang, Queen adik Lea. Lea gak kuat lihat Queen kayak gitu," Isak Lea.

"Queen adik gue juga Le. Kalau lo nangis nggak bakalan bikin Queen langsung sadar," ujar Sadewa diangguki yang lain kecuali Lea pastinya.

———

King membuka matanya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya meringis pelan. King memiringkan kepalanya. Mata terbuka lebar menatap Queen yang masih menutup matanya di brankar sebelah.

Ceklek. Desta, Sadewa, dan Lea masuk. Bimo dan lainnya masih di depan ruangan karena yang boleh masuk hanya tiga orang saja. King menatap mereka dengan sendu.

"King, lo udah sadar?" tanya Desta khawatir. King mengangguk lemah. King menatap Queen yang terbaring.

"Queen kenapa belum sadar?"

Desta dan Sadewa saling pandang. Desta menatap King dengan rasa ragu. Jika dia mengatakan Queen koma, apakah King tidak kaget?

"Queen—koma King."

Deg.
King diam terpaku di tempat. Jika saja King tidak ceroboh, mungkin Queen tidak akan koma seperti ini. Papanya...

"Papa mana?" tanya King heboh,"Papa gue mana?"

"Papa lo udah mendingan King. Sekarang lo istirahat aja. Keadaan lo belum membaik sempurna," pesan Sadewa.

"Gue mau ke sana Bang," lirih King menunjuk brankar tempat Queen berbaring di sana. Sadewa mengangguk. Sadewa memerintahkan Desta untuk mengambilkan kursi roda.

Kini King berada di samping Queen yang terbaring. King meraih tangan Queen dan digenggamnya sangat kuat.

"Bangun sayang. Maafin aku," lirih King pelan. Yang melihat itu hanya bisa menatap miris kesedihan King.

"Kalian bisa keluar dulu?" pinta King memohon. Sadewa, Desta, dan Lea mengangguk lalu keluar dari ruangan.

King mencoba berdiri dengan susah payah. Ia memandangi wajah Queen yang terlihat bekas luka di sana. Tangan King bergerak mengusap kening Queen dengan lembut.

"Queen bangun ya? Aku nggak nyangka semua bakalan kayak gini. Ayo bangun! Temenin aku. Nanti kalau kamu bangun aku beliin es krim deh. Segerobak es krimnya juga aku beliin buat kamu," King meneteskan air matanya. Merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi.

"Queen," lemah King. Air mata King jatuh tepat di mata Queen yang sedang menutup, tetapi pemuda itu tidak menyadarinya. Tangannya terus menggenggam tangan Queen. Memberi kehangatan untuk perempuan yang sangat ia sayangi setelah ibunya.

Tit.....

Dada King sesak. Air mata King kembali menetes. Seperti mimpi yang ia lihat. Monitor itu menandakan bahwa jantung Queen sudah tidak berdetak lagi. King segera duduk di kursi roda dan bersiap memanggil dokter. Siapa tahu alat monitor itu rusak.

END SAYANG ( ^ _^ )
Mau extra part gak? Vote dulu dan komen yang banyak. Komen mau di sini sebanyak-banyaknya!!! Serbu!!

KING VS QUEEN [COMPLETED]Where stories live. Discover now