You... again?

265 24 20
                                    

"Namanya Dave Sillas, 35 Tahun. Baru pulang dari Hooker menuju penjara," Jelas Liam meletakkan berkas file ke atas meja Hank. Hank melirik dari laporan autopsi yang dipegang kearah dokumen bersampul coklat diatas meja.

menurunkan kakinya dari atas meja dan mulai membaca file tersebut.

"Kenapa dia bermalam di hotel tercinta kita?" tanya Hank mengendik dengan dagu kearah foto pria itu.

"Pria itu baru saja kembali dari negara lumbung padi."

"Wow... Mengesankan sekali," Hank mengangguk. "Apakah dia sukarela menuju kesini?"

"Polantas mengabari menemukan orang yang kau cari berkendara, biar ku kutip untukmu; 'berkendara dalam keadaan mabuk.'"

Hank berdecak senang, berjalan meraih foto dan memandangnya lekat-lekat. "Aku mendapatkan mu."

"Bukan hanya itu, pria ini pastilah sangat sibuk."

"Apalagi yang dilakukannya?" Hank nampak tertarik.

"Pria ini sangat sibuk, bepergian ke Filipina, dan kau pasti terkejut mendengarnya... Pria ini menjual obat bius kepada Tersangka kita Rob Weston."

"APA?!" Hank membelalak kaget, berdiri di tempatnya.

"Ah... tapi bukan itu kejutan yang kumaksud," Decak Liam. "Labfor mengadakan pemeriksaan pada mobil yang digunakan dan menemukan residu darah. Apa kau bisa menyimpulkan darah siapa itu?"

"Kau mau bermain Are You Smarter Than a 5th Grader?" Hank menaikan satu alisnya.

"Tidak asyik sama sekali," Liam berujar yang mendapat pelototan tajam dari sang Letnan. "Oke... Oke..." Liam meringis. "Pada bemper mobil terdapat residu darah Mrs. Heath. Setelah dikonfirmasi ternyata betul dialah pelaku tabrak lari dan... Hank kau mau kemana?" Liam cepat-cepat mengikuti Hank yang sudah menghilang dari ruangan.

"Dimana cacing itu? Masih di ruang interogasi?" Hank terus melangkahkan kaki besarnya disepanjang koridor, membuat bangunan bergoyang.

"Apa yang mau kau lakukan?"

"Oh... menyapa teman lama," Jawab Hank dengan nada sesantai mungkin yang sudah dihapal Liam, bahwa itu kebalikan dari suasana hatinya.

"Kau bercanda, kan?"

Hank berbalik, menatap keras pada juniornya itu. "Aku orang yang paling serius yang pernah kau temui." Lalu merampas hasil penyidikan dari tangan Liam dan berbalik membuka pintu ruang interogasi, membanting keras sebelum Liam bisa menyela.

"Aku mendoakan keselamatanmu bung," Ucap Liam meringis ketika mendengar bunyi meja di balik.



Rumah sakit selalu menawarkan perasaan dingin yang tidak pernah disukai Hank Sommers. Suara tangisan, derap langkah perawat, dan suara bip dari mesin penunjang kehidupan selalu membuat Hank merinding. Dia memang lelaki yang kuat tapi tetap saja berada dilingkungan ini membuat bulu kuduknya merinding.

Mungkin itulah yang dirasakan wanita itu – Helena Weston. Punggungnya sekaku tiang besi dengan aura yang mengalahkan aura pencabut nyawa sekalipun. Helena Weston – wanita itu gabungan dari dinginnya antartika dan sepanas lava gunung krakatau. Tatapannya selalu dingin dengan mulut setajam pisau bedah.

"Kau baik-baik saja Miss Weston?" Hank bertanya selembut yang dia bisa.

Wanita itu tersenyum kecut, "Helena saja."

"Baiklah, Helena bagaimana keadaanmu? Kau terlihat pucat."

"Aku baik-baik saja Letnan, ada berita apa?"

Only You're MineWhere stories live. Discover now