Outta My Head

252 22 5
                                    

Yeayy... i'm back :) ada yang merindukanku? hehehhee

sebelumnya aku mau mengucapkan Selamat Hari Merdeka, Nusa dan Bangsa! Hari Lahirnya Bangsa Indonesia.... MER-DE-KA

Maaf lama gak muncul, kuharap kalian masih menanti cerita ini. mau curhat sedikit, aku baru UP karena aku di pindah tugaskan ke divisi, posisi, dan daerah baru jadi perlu adaptasi dan belajar lagi. Doakan selalu amanah dalam mengemban pekerjaan ini, amin.

Daripada kelamaan, silahkan baca bab terbaru ku ini. semoga sesuai dan mengobati kerinduan kalian dengan Letnan Badboy dan koki clumsy..

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Selamat datang di Leia's." Rowenna berkata ketika mendengar pintu ditarik terbuka. Letnan besar itu masuk ke dalam toko kue membuat bayangan gelap menyelimuti depan toko.

"Apa yang kau lakukan disini?" Rowenna mengerjap sebelum mengernyit bingung.

Hank menatap ke sekeliling, tidak ada pelanggan di tempat itu. Hanya music manis dan aroma roti segar yang mengalun di ruangan itu. "Aku ingin bertemu dengan Miss Bennett."

"Dia masih di kampus," Jawabnya lugas.

"Aku memiliki janji dengannya jam segini," Ungkap Hank melihat kearah jam tangannya. Dan Rowenna menelan ludah melihat kekasaran bulu dan otot di lengan pria itu.

"Mungkin sedang dijalan," Rowenna berhasil berkata.

Hank mengangguk, "Apakah selalu sesepi ini?" Hank berjalan mengitari estalase yang menjual aneka kue.

"Kau datang hanya untuk mengomentari?"

"Aku Cuma bertanya? Mana Ibu mu yang penuh semangat?"

"Menjemput Leia," Jawab Rowenna.

"Leia?"

"Anakku."

Hank mengangguk, berdiri menjulang dihadapan Rowenna. meja counter lah yang menghalangi kedekatan mereka berdua. Namun dirinya bisa menghirup aroma manis kue dan sesuatu yang feminism dari perempuan itu. "Aku akan menunggunya, aku tidak punya waktu untuk membuat janji lain," Hank berkata.

"Kau bisa duduk di meja itu," Rowenna menunjuk dengan dagunya. Hank mengangguk namun tidak bergerak dari tempatnya.

"Kau mau makan sesuatu? Minum kopi?" Rowenna berusaha bersikap santai di bawah tatapan tajam pria besar itu.

"Kopi hitam saja."

"Gula?" Tawar Rowenna. Hank menggeleng. "Susu?" Tanya Rowenna lagi dan Hank kembali menggeleng. "Baiklah..." Rowenna bergerak kesamping untuk membuatkan kopi dari mesin ekspresso.

"Setelah kupikir-pikir sebaiknya tidak usah," Kata Hank.

"Dimana sopan santunku?" Rowenna berkata.

"Aku akan membuatnya sendiri," Hank mengangguk dan berjalan menuju pintu bar setinggi pahanya, yang memisahkan area depan dan area kasir.

"Kau... tidak perlu melakukan itu," Rowenna memberengut ketika Hank mengambil alih pekerjaannya.

"Tentu saja ini perlu, apa kau lupa semua kejadian yang melibatkan kopi dan dirimu? Kau melempar kopi ke badanku? Atau menyiram selangkanganku?"

Rowenna terlihat shock mendengar pernyataan itu. Ia buru-buru mengoreksi, "Sebagai pembelaan itu semua adalah suatu kecelakaan."

"Yayaya... Dan aku melindungi milikku, selangkanganku, jadi aku akan membuat kopiku sendiri."

Only You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang