What's wrong with me?!

241 156 59
                                    

Mulmed: Ersya

Hai jantung, bisahkah kau bersikap normal saat dia menatapku? Aku bingung kenapa kau begitu girang?
-Ersya



HAPPY ENJOY READING, SOBAT BACA!
DO NOT FORGET TO VOTE AND COMMENT THIS PART!!!

***

Tidak biasanya Ersya susah tidur, malam ini sudah pukul 10 malam tetapi matanya susah sekali terpejam. Padahal, bisa dikatakan ia cukup lelah sehabis pulang bekerja. Ia pun memutuskan untuk ke dapur mengambil beberapa cemilan untuk dimakan. Di bukanya kulkas, dan ia pun mengambil beberapa cemilan dan air untuk dibawa ke kamarnya.
Baru saja selesai mengambil segala yang dibutuhkannya, Ersya mendengar seseorang membuka pintu. Terlihat lah sang ibu yang sedang menyeret koper besarnya. Ia tampak Lelah, terlihat dari ekspresi yang mamanya tunjukkan. Bagaimana pun, Ersya tersenyum melihat kepulangan mamanya karena sudah 2 minggu tidak bertemu.
“Mama sudah pulang, sini ma aku bantuin bawa kopernya.”
Tanpa menjawab, ibunya menyerahkan koper kepada Ersya.  Ersya pun meletakkan cemilannya ke atas meja lalu menerima koper tersebut.

“ Di mana papa kamu?”

“ Papa belum pulang ma,” jawab Ersya.

Ersya mendengar mamanya menghembuskan napasnya dengan kasar. Tidak tahu apa yang sedang dipikirkan mamanya itu. Ersya pun tidak berani bertanya. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya setelah pamit kepada mamanya.

***

“Pokoknya kamu harus pulang temani aku ke acara itu!”

“ Tapi, aku sibuk, pa.”

“ Kamu mikir dong, ma. Selama ini papa malu karena selalu sendirian ke acara bisnis seperti ini!”

“ Aku kan sudah bilang, pa! Kalau aku sibuk!”

“ Kalau begitu berhenti aja kamu jadi sekretaris bos mu itu!”

Kuping Ersya panas mendengar perdebatan yang hampir setiap hari disuguhkan ayah dan ibunya untuk ia dengar. Ersya tidak suka orang tuanya bertengkar. Namun, di sisi lain ia tidak berani berbicara dengan orang tuanya yang sering mengabaikannya. Setelah selesai memakai sepatunya, ia pun segera meninggalkan rumah dan berangkat ke sekolah.
Di sepanjang jalan ia hanya merenungi jalan hidupnya yang cukup rumit ini. Ia ingat ketika dirinya harus terus menerus ke rumah sakit guna menyembuhkan penyakitnya yang sangat membuat pusing keluarga.

Flasback on

“Ma, dingin,” kata gadis berumur 7 tahun yang sedari tadi memeluk mamanya, mencari kehangatan.

Kala itu, ia dibawa ke rumah sakit karena mengeluh sakit di bagian leher belakangnya. Ia pun menggigil karena kedinginan. Seketika membuat panik seluruh keluarga.

“ Iya, sayang. Sebentar lagi sampai ya.” Jawab sang mama yang khawatir dengan kondisi anaknya.

“ iya, dek. Kamu yang sabar, ya. Bentar lagi sampai,” kata sang kakak menenangkan.

Ketika sampai di rumah sakit, dan menjalani beberapa pengecekan di laboratorium, maka hasilnya adalah gadis kecil ini menderita penyakit kanker. Dokter menjelaskan bahwa tonjolan yang berada di belakang lehernya dulu adalah sebuah tumor yang lama- kelamaan ganas sehingga menyebar menjadi kanker.
Gadis kecil nan polos ini pun menjalani perawatan selama kurang lebih dua tahun untuk menyembuhkan penyakitnya. Setiap bulan ia harus menjalani kemotrapi yang sangat menyakitkan.

Walaupun demikian, gadis ini tetap menjalani kehidupan seperti orang normal walaupun ia harus menutupi kepalanya yang tidak memiliki rambut akibat kemoterapi.
Namun, hal ini tidak menjadikan teman-teman di sekolah simpati terhadapnya. Ia pun di sekolah sering kena bully oleh teman-temannya. Tidak ada yang mau menemaninya, hanya sang kakaklah yang setia menemaninya.
Setelah menjalani perawatan yang sangat intensif, akhirnya gadis ini dinyatakan sembuh dari kankernya.

Flashback off


Ya, begitulah hidup Ersya. Sejak kecil ia sudah merasakan bagaimana menjalani perawatan akibat penyakitnya. Ditambah lagi kakak yang disayanginya pergi meninggalkannya akibat kecelakaan sehingga tidak ada lagi orang yang dekat dengannya dan yang perhatian dengannya karena orang tuanya menjadi super sibuk menambah kekayaan. Sebenarnya, Ketika Ersya masih kecil, orang tuanya tidak terlalu sibuk dan masih mau menyempatkan waktu untuk kedua anaknya. Tetapi, ketika Ersya divonis memiliki kanker, kedua orang tuanya menjadi semakin bekerja keras untuk membiayai anaknya yang sakit dan memerlukan biaya yang tidak bisa dibilang murah. Ketika Ersya sembuh dari penyakitnya dulu, orang tuanya pun semakin tergila-gila untuk bekerja. Melupakan anak yang membutuhkan perhatian dari orang tuanya.
Ersya pun menjadi sedih akan kenyataan ini, dan hal ini lah yang merupakan alasan baginya tidak memberitahukan kedua orang tuanya tentang penyakit yang sedang ia alami sekarang.
“Apakah aku harus sakit untuk meminta perhatian dari kalian?” ucapnya dengan sedih.

Di sekolah, Ersya merasa gelisah. Ia tidak tahu kenapa. Bahkan, ia sudah sarapan tadi di kantin bersama Axel. Ia pun juga sudah meminum obatnya dengan tepat waktu. Tetapi, pusing dan rasa gelisah menghantui perasaan dan fisiknya.
Sampai-sampai Carlos yang sedari tadi merocos dengan si Karin terdiam memperhatikan Ersya yang menampilkan wajah pusat pasi. Ya, sekarang Ersya, Karin, Rava, Axel, Rara, dan beberapa temannya yang lain sedang makan bersama di kantin karena ini adalah waktu istirahat.

“sya, lu nimbrung kek. Dari tadi diem mulu, ada batu ya di mulut elu?”

“ Eh, enggak kok, los. Maaf ya, gue cuma nyimak,’” jawab Ersya tidak enak.

“Emangnya kita ngomong apaan, hayo?” tanya Axel.

“ eum, itu an..u. Sorry,” jawab Ersya gagu.

“ Yaelah, sya. Mulut gue dah berbuih nih nyerocos tapi gak lu denger. Ah, sedih hati abang, dek!” cerca Carlos dengan lebay.

“ Ih, kalo lu yang ngomong gue males dengerinnya , los!” kata Karin

“ Tau gue mah. Lu kan ke sini mau deket-deket Rava! Ngaku lo!” ledek Carlos.

Sontak Axel, Rara, dan beberapa temannya yang lain tertawa akibat perkataan Carlos yang terlampau jujur untuk mempermalukan Karin. Berbeda dengan Ersya yang tersenyum tipis mendengarnya, sedangkan yang dibicarakan memasang muka jutek.

Tiba-tiba Rava berdiri lalu mengambil tangan Ersya dan membawanya pergi bersamanya. Hal ini sontak meninggalkan kebingungan di wajah teman-temannya. Apalagi Axel yang saat ini menampilkan wajah seperti jeruk purut yang sudah tua.

“ngapain si Rava bawa Ersya pergi?” tanyanya dalam hati.

Ersya yang sedari bingung akan dibawa ke mana hanya diam tidak berontak karena sejak pertama bertemu dirinya Ersya sedikit takut melihat pria ini. Tidak lama kemudian, Rava memberhentikan langkahnya. Ternyata, Rava membawa Ersya ke UKS.

“ Lo, gak papa kan? Muka lo pucet tadi gue liat,” tanya Rava

“ emm, umm. Gue gak papa kok, Rava” jawab Ersya dengan gugupnya.

“ jujur, sya!”

“ Gu-e, mm. Iya tadi gue sedikit pusing, tapi sekarang gak papa” Ersya menundukkan kepalanya tidak berani melihat Rava.

“ yang bener?” tanya Rava memastikan sambal menarik dagu Ersya agar dapat menatapnya.

“ umm, i-ya” jawab Ersya dengan gugup.

what’s wrong with me?” tanya Ersya dalam batinnya.

Merasa tidak yakin atas pengakuan Ersya, Rava pun mengecek dengan meletakkan tangannya ke jidat Ersya.

“Astaga, sya. Lo demam!”



TBC



HAYOOOOOO!!!
Wkwkwkw
Thanks for reading sobat baca!!
Dan maap keun kalo ada typo yak hehe.

Entah kenapa di akhir part ini author baper sendiri sama Rava hehehe.

Oke sekiann, ditunggu ya next partnya.

Salam,
itsersaersa

Deal With HURTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang