chapter 2 - prinsip terbaik

185 88 5
                                    

Aku sejatinya tidak berubah. Sama sekali tidak. Namun, prinsip terbaik milikku lah yang membuktikan bahwa kebenaran yang bisa mengubah banyak hal.

Saat itu, kembali lagi ke 3 tahun silam.

Aku baru saja pulang sekolah dengan senyum riang, membawa nilai ulanganku – 100. Aku pikir, Mamaku pasti sangat bangga.

“Aku pulang!” teriakku diambang pintu. Tidak ada yang membalas.  Mama kemana?

Tiba-tiba, aku mendengar suara isakkan tangis. Itu pasti Mama! Aku langsung berlari mengikuti suara isakan tangis tersebut, yang mengarahkan aku kekamar Mama.

“Kenapa Ma?” aku spontan bertanya dengan jantung yang berdebar cepat, takut mendengar apapun itu jawaban Mama.

“Claren, maafin Mama ya, selama ini ga bisa jadi Mama yang baik untuk kamu dan adik-adikmu, ga bisa juga jadi istri yang baik untuk Papamu, sampai Papa selingkuh.” Balas Mamaku yang masih menangis tersedu-sedu.

Apa? Aku hanya bisa berharap aku salah dengar. Tapi telingaku tidak keliru sedikitpun. Papa selingkuh? Rasanya seketika tubuhku ambruk ke tanah. Ingin sekali aku menangis. Tetapi aku tahu, jika aku menangis, Mama pasti tambah sedih.

Aku berjalan masuk kekamarku dengan tubuh terseok-seok. Membanting tubuhku diatas tempat tidur. Aku tidak kuat lagi. Sungguh. Mengapa semua ini terjadi kepadaku? Entah itu aku selalu diejek dan dibully disekolah. Entah itu orang tuaku yang selalu bertengkar dihadapanku. Bolehkah aku bertanya mengapa Tuhan mengizinkan aku tahu Papaku selingkuh? Mengapa dari sekian banyak laki-laki didunia ini, aku mendapatkan seorang ayah yang hanya bisa menyakiti perasaanku dan Mama? Apalah arti hidupku ini tanpa kasih sayang dan kedamaian dari keluarga dan teman-temanku? Ingin sekali rasanya aku menyerah akan segalanya – mungkin itu terdengar lebih baik – dibandingkan harus menghadapi segalanya.

         ***

Keesokan harinya, aku berangkat sekolah seperti biasa, langsung menuju kelas. Sesampaiku dikelas, aku melihat Bella, salah seorang geng famouschic, sedang menangis sendirian.

Tidak menunggu lama, aku langsung menghampirinya.

“Bel, kamu kenapa?”

“Gw pusing banget Claren. Ortu gw berantem terus setiap hari tanpa henti. Udah gitu ribut minta cerai lagi. Menurut lu, gw harus gimana Clar?”

Sekejab, aku bingung. Akupun brokenhome, sama seperti Bella, tetapi urusan memberi saran aku sangat bingung, belum lagi ditambah takut salah. Tapi akhirnya pun, aku berusaha sebisaku.

“Kalau aku jadi kamu, aku sih bakal pertama-tama fokus ke pembelajaran. Jadi walaupun Mama Papamu berantem tapi bisa jadi mereka mengurungkan niatnya bercerai kan, kalau nilai kamu bagus-bagus? Bisa jadi itu membuat mereka berpikir kalau mereka tetap bersikeras bercerai, ya itu artinya mereka menyia-nyiakan anak kaya kamu. Selain itupun mereka pasti jadi bangga. Tapi, kamu juga bisa mengajak mereka berdua berbicara baik-baik, kamu jadi mediator, biar mereka ga salah paham. Karena setahuku sih banyak perceraian karena salah paham juga. Boleh dicoba kan tuh saranku, Bel ?”

“Iya, lu bener juga Clar. Thankyou banget ya udah mau bantuin gw. Padahal gw selama ini kan ngebully lu bareng geng gw.”

“Gapapa Bel, gausah dipikirin. Toh aku juga udah maafin kalian semua sih.”

“Pokoknya gw janji, geng gw ga akan bully lu lagi Clar. Sekali lagi makasih banyak lho, Clar,”  ucap Bella sambil mengusap wajahnya.

Mungkin terlihat simple, mungkin terlihat tidak mungkin. Tetapi inilah yang terjadi. Sejak saat itu sampai sekarang, aku percaya, tidak ada niat baik yang sia-sia, meskipun orang yang menerima kebaikan tersebut tadinya mungkin menyia-nyiakan kita. Bukan hanya itu, akupun percaya, dari hal-hal buruk, terdapat hal-hal baik yang menyertai darinya. Seperti sekarang, tentu kalian tahu aku sangat kecewa akan Papaku yang selingkuh. Tapi, dari semua ini, aku percaya Tuhan menginginkanku untuk membantu anak brokenhome lain agar merekapun tidak larut dalam kesedihan. Sebab menurutku tidak sepantasnya seorang anak merusak diri hingga menjadi tidak punya masa depan hanya karena kesalahan orang tuanya.

God Sees My StrengthWhere stories live. Discover now