Beberapa bulan setelah masuk SMA.
"Gimana wawancara OSISnya, Clar?" tanya Kennard sambil menghirup kopi yang baru saja dipesannya.
"Ya, sebenernya aku bisa sih jawab pertanyaan-pertanyaannya. tapi grogi juga, banyak yang daftar jadi sekretaris soalnya," kataku sambil lalu sembari aku makan.
Ya, kami berada di cafe dimana Kennard membawaku disaat aku baru putus dengan Alex beberapa bulan yang lalu.
"Yaudah, kalo gitu gausa terlalu dipikirin ya, Clar. Diterima atau engga di OSIS, aku bakal tetep dukung kamu kok," kata Kennard sambil memegang tangan kananku.
Akupun refleks menatap kearah wajahnya. Aku bisa melihat senyum khas yang sudah tersungging rapi di bibirnya.
"Makasih ya, Ken. Udah selalu mau dukung aku dan dengerin curhatan aku setiap hari. Ga kebayang kalau gada kamu, aku jadi gimana," balasku kepadanya.
"Ya iyalah, masa curhatan pacar sendiri ga didengerin sih," balas Kennard lagi sambil tersenyum jail.
Iya, kalian benar. Kami sudah resmi berpacaran selama satu bulan dari sekarang.
***
satu bulan yang lalu.
"Inget ga Clar, ini tempat apa?" tanya Kennard sambil membawaku masuk ke cafe yang kami kunjungi setelah aku putus dengan Alex.
"Inget lah, ini cafe yang kita datengin pas gw putus sama Alex, kan?" balasku kepadanya sambil tertawa.
Kami pun duduk di salah satu meja di cafe tersebut yang dekat dengan kaca sehingga bisa melihat pemandangan banyaknya mobil lewat di jalan raya yang lebar dan gedung-gedung tinggi yang menjalar ke langit khas ibukota.
"Jadi, alesan gw ajak lu ketemuan karena gw mau ngomong sesuatu nih, Clar," kata Kennard dengan gugup dihadapanku.
"Tentang apa, Ken?" tanyaku penasaran kepadanya.
"Status kita. Jujur aja, gw kepikiran mulu akhir-akhir ini," kata Kennard.
"Gw juga, Ken. Gw pun udah siap buat jawab lu," kataku sambil melihatnya dengan senyum yang lembut.
"Will you be mine?" tanyanya langsung kepadaku
"Definitely," balasku tanpa sedikitpun keraguan.
YOU ARE READING
God Sees My Strength
Teen FictionJika aku memiliki satu kesempatan untuk kembali ke masa lalu, aku akan menggunakan kesempatan itu bukan untuk memperbaiki kesalahanku, melainkan untuk memberitahu diriku di masa itu bahwa dia bisa lebih kuat daripadaku, menghadapi semuanya dengan be...
