9. Berubah

952 113 18
                                    

Rara pun kini telah berada di depan rumah Airin, rumah yang berdinding kayu, dengan seng yang terlihat sudah berkarat, dan juga kayu pondasi yang mulai lapuk di makani rayap.

Dengan baju yang basah kuyup Rara menatap Airin yang terlihat kedinginan saat masuk ke rumahnya, sambil membawa koper baju milik Rara.

"Kak Rara, ayo masuk," ajak Airin.

Rara pun hanya mengangguk, terlihat mata Rara sangat merah, mungkin karena menangis tadi, lalu ia segera masuk mengikuti Airin dari belakang.

"Kakak punya baju ganti?" tanya Airin saat berada di dalam rumah.

"Gue gak punya, yang didalam koper semua perlengkapan sekolah," jawab Rara.

Untung saja koper yang digunakan untuk perlengkapan sekolah Rara anti air, kalo tidak semua buku-buku dan baju pasti sudah basah semua.

"Yaudah pake baju Emak aja dulu."

Saat Airin ingin mengambil baju milik Emaknya, Rara pun memberi pertanyaan untuk Airin, sehingga Airin pun berhenti. "Lo tinggal sama siapa disini?"

"Aku tinggal sama adik aku, Emak sama Abah udah meninggal setahun yang lalu," balas Airin.

"Sorry."

"Gakpapa, aku juga mau ganti baju ya kak."

Rara pun memakai baju yang diberikan Airin tadi didalam kamar mandi, Rara pun memandangi kamar mandi yang ada dirumah Airin, bila dibandingkan dengan di rumahnya, kamar mandi pembantu pun, akan lebih mewah dari ini.

Rara pun teringat kembali dengan masalah nya, tanpa dinginkan sebulir air mata pun membasahi pipinya, Rara pun menghapus air mata itu kasar."Lo harus terima Ra, mungkin ini yang dinamakan takdir," gumam Rara.

Rara pun keluar dari kamar mandi, memperhatikan seluruh bagian rumah Airin, terdapat dapur, kamar mandi, satu kamar, dan satu ruang depan.

"Udah siap kak?" tanya Airin, yang tiba-tiba muncul.

"Udah, Airin gue pengen ngomong sama lo."

"Ayo, duduk di tikar depan aja," ajak Airin.

"Ehmm, Airin boleh gak kalo gue nginap disini, sehari aja besok gue langsung pergi kok," mohon Rara, yang membuat Airin mengernyit bingung.

"Emang nanti orangtua kakak gak nyariin?"

"Ceritanya panjang."

Rara pun mulai menjelaskan peristiwa yang baru saja terjadi padanya, kenyataan yang membuat hidupnya berbalik 180 derajat.

"Aku turut prihatin ya kak, kakak boleh kok nginap disini, tinggal juga boleh," usul Airin.

"Beneran boleh? makasih ya Airin pokoknya aku bakal cari kerja mulai besok," balas Rara.

"Teteh udah pulang," timpal seorang anak laki-laki, yang terlihat menguap karena terbangun dari tidurnya.

"Eh Niko, kenalin ini kak Rara," ujar Airin pada Niko.

"Niko Fazuqqi," ucap Niko, sambil menjabat tangan Rara."Boleh panggil teteh gak?"

"Boleh," ucap Rara ramah.

"Teh Airin, Teteh Rara pakek bajunya Emak ya?" tanya Niko.

"Iya."

"Niko jadi ingat Emak deh," ucap Niko dengan raut kesedihan.

"Niko, gak boleh sedih ya, kan masih ada teteh," respon Airin, yang berusaha menghibur Niko.

"Udah mending Niko tidur, besok kan sekolah," pinta Airin.

Anggara (End)Where stories live. Discover now