19. 180°

788 95 3
                                    

Seorang perempuan dengan rambut yang terurai, kini sedang berjalan santai, sambil mengunyah permen karet, dengan menyandang satu lengan tasnya,  membuat ia terlihat seperti seorang badgirl.

Dengan semua perlengkapan serba baru, membuat ia semakin menarik perhatian, tanpa ada niatan ingin menegur sapa semua orang yang takjub melihatnya.

Rara, kini gadis itu bertekad akan menjadi penghancur, tanpa butuh waktu lama, kini Rara sudah memasuki kelas, tanpa ada salam ia langsung masuk lalu duduk di sebelah Vina.

"Assalamualaikum Rara," sapa Vina ramah.

"Hm." Rara hanya berdehem.

Ia tak peduli bahwa kini seisi kelas memperhatikannya aneh, tak ada niatan untuk melirik atau hanya memberi senyuman kepada Vina, Rara hanya mengambilnya hpnya dari dalam tas.

Gadis itu telah menjadi seorang badgirl, si Tomboy yang patuh dengan peraturan itu, kini menjadi Tomboy yang urakan, terbukti jika di perhatikan lebih teliti, ada dua tindik di satu telinga Rara, sedangkan di telinga kanan terdapat tiga tindik.

"Ra lo kemana aja?" tanya Lola, perempuan yang duduk di depan Rara.

"Gak tau."

"Masa gak tau sih Ra," balas Lola.

Rara pun hanya sibuk dengan hpnya.

"Ra lo tau nggak?" tanya Titi, perempuan gendut yang duduk sebangku bersama Lola.

"Gak tau."

"SETAN LO!" teriak Titi.

Rara pun menghentikan jarinya yang sedari tadi sibuk mengusap layar ponsel, lalu ia beralih menatap Titi tajam. Titi pun seketika menundukkan kepalanya.

Ia pun berdiri dari tempat duduknya, lalu menuju ke meja Titi, iris hitam itu menatap Titi seperti hendak memangsa.

Rara pun memegang kerah baju Titi, membuat tubuh Titi bergetar hebat karena ketakutan, namun sebelum ia bertindak, seseorang memegang bahunya dari belakang.

Orang itu adalah Arif, salah satu pasukan inti Raxic, tanpa Rara sadari ternyata Arif satu kelas dengannya.

"Udah Ra, manusia lemah gak usah di ladeni," ujarnya, Rara pun memutuskan untuk berjalan menuju meja Arif.

Dan di saat, itu jugalah matanya bertemu dengan mata Angga, tanpa ingin menyapa Rara langsung membuang mukanya.

Rara pun duduk di samping Arif, dengan wajah yang di tekuk. "Rif, gue tuh pengen ngasih pelajaran tadi, sama tuh orang."

"Yaelah, kaum lemah kaya gitu di ladenin."

Kring ... Kring ... Kring

Bel masuk pun berbunyi, dan di saat itu juga guru matematika masuk tepat waktu, membuat semua orang di sana menatap guru itu kecewa.

"Nih guru sok rajin amat." Rara mengumpat dalam hati.

••••

Bel keluar main sedari tadi telah berbunyi, tiga orang kini tengah asik bermain game di kantin, orang itu adalah Rara, Arif, dan Arfhan, yang merupakan pasukan inti Raxic, dan ia merupakan murid kelas XII IPS 2.

"Waduh, gila, gila, lindungi gue Ra," heboh Arif, membuat keriuhan di kantin.

"Anjir kagak seru lo, main kalah terus," sambung Rara.

"Ah! Mati deh kagak bagus gamenya," seru Arfhan, dan langsung melemparkan ponselnya ke dalam semangkuk bakso. Karena game gak bagus, hp langsung di buang, oh my God!

"Udah deh, pada makan dulu," ujar Arfhan lalu mengambil mi ayam milik Rara, lalu langsung melahapnya.

"Aaa, Arfhan suapin gue," suruh Rara, yang masih sibuk bermain game bersama Arif.

Tanpa basa-basi Arfhan langsung menyuapi mi ayam, yang telah ia makan terlebih dahulu.

Melihat interaksi antara tiga orang ini, membuat seseorang bersama dua orang temannya memperhatikan mereka dengan seksama.

Siapa lagi kalo bukan, Angga, Randy, dan Unyil. Angga sedari tadi menatap Rara, tanpa ingin mengalihkan sedikit pun pandangannya, lalu rahangnya mengeras, saat melihat Rara di suapin oleh Arfhan.

"Mampos lo, makanya ada yang aduhai, malah lo sia-siain," hina Unyil.

"Bener banget, emang apasih alasannya Ngga? Entah apa yang merasuki mu, wahai sahabatku," gerutu Randy.

"Gue tau Ren, pasti dia kerasukan arwah kakek Sugiono, tapi versi dingin dan kalem," balas Unyil.

"Eh, satu dunia juga tau kali kakek Sugiono itu agresif, gak ada kalem-kalemnya," cibir Randy.

"Emang siapa kakek Sugiono?" tanya Angga datar.

Unyil dan Randy pun saling menatap satu sama lain, sambil mencoba menahan tawanya, detik berikutnya Unyil angkat bicara.

"Sok gak tau lo, perlu gue sebutin nih?" tanya Randy dengan tatapan menggoda.

"Gak usah di sebutin Ran, Angga nih pura-pura gak tau. Ck sok polos! lihat aja dia punya bulu mata lentik, artinya dia itu sok polos."

Seketika tangan Randy terangkat untuk menjitak kepala Unyil, "Apa hubungannya goblok."

Satu mangkok mi ayam itu sudah ludes tak tersisa, Arfhan terus menatap Rara geli. "Btw lo gak jijik dengan bekas yang gue makan."

"Maksud lo?"

"Itu mi ayam udah gue makan."

Seketika Rara mencampakkan ponselnya asal, lalu tiba-tiba merasa mual di detik itu juga.

Rara pun tak henti-hentinya ingin muntah, membuat semua murid yang ada di kantin menatap Rara jijik, seketika tak ada yang berselera makan di sana.

"Biasa aja kali Ra, tadi aja lo makan sampai habis," cerca Arfhan.

"Aduh tiba-tiba kepala gue pusing nih," tukas Rara sambil memegangi kepalanya.

"Lo kira bekas gue beracun!"

Rara pun mengambil es yang ada di atas meja, lalu meminumnya sampai tak tersisa.

"Itu juga bekas gue Ra."

Detik itu juga Rara mengeluarkan semua isi perutnya, membuat semua murid di kantin jijik, bahkan ada yang
muntah, dan terjadilah muntah massal di kantin.

••••

Jam sudah menunjukkan pukul 14:00, semua murid berhamburan keluar dari kelas saat mengetahui bel pulang sekolah sudah berbunyi, begitu juga dengan Rara ia berjalan keluar dari kelas, sambil mengunyah permen karet.

Sepertinya mengunyah permen karet akan menjadi kebiasaan nya, Rara yang berniat ingin menunggu jemputan dari mobil Andra, mengeryit bingung saat sebuah mobil hitam telah datang, dan menyuruhnya masuk.

Tanpa ada keraguan, ia langsung masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu, dengan sang pengendara yang memakai baju serba hitam lengkap dengan topi dan masker.

"Pak nanti tolong mampir ke konter hp," suruh Rara, yang hanya di balas anggukan oleh orang itu.

Namun perintah Rara tidak di lakukan oleh orang itu, ia semakin menancap gas mobil itu. Rara mulai curiga dengan orang yang membawa mobil ini?

"Pak konter nya udah lewat," protes Rara, yang mulai gelisah.

Pengendara yang di duga supir itu hanya diam. Rara pun semakin khawatir, ia hendak membuka pintu mobil, namun terlambat sudah pintu itu telah di kunci otomatis oleh sang penyetir itu.

"Lo siapa!?" tanya Rara penuh peringatan.

"Lepas gue! Gue mau turun! LEPAS!!!

.📖📖📖📖

Hello everyone

Gimana kabar kalian?
Hehe gantung ya
Maaf ya author suka ngegantung
Part selanjutnya mau di up kapan?
Jangan lupa dukungannya guys

Salam

Lyra

Next....





Anggara (End)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt