30. Apa Yang Terjadi?

824 80 12
                                    

Mungkin ini awal dari keseriusan Rara untuk bekerja, sejak pulang sekolah ia telah berada di toko kue ini. Toko kue milik Bunda Angga, tentunya ia di tawari oleh Angga.

Kakinya sedari tadi tak berhenti bergerak. Pasalnya pengunjung toko kue ini sangat ramai, tak ada waktu bagi Rara untuk istirahat.

"Ra udah mending istirahat aja dulu," suruh karyawan yang ada di sana. Baru beberapa jam Rara di toko itu, mereka telah sangat terbantu, karena Rara sangat rajin.

Rara tersenyum simpul. "Enggak Mbak aku belum capek." Lalu Rara pergi ke depan untuk mengantar pesanan pelanggan.

"Huhhh," helaan nafas panjang Rara saat semuanya sudah selesai, dan ini sudah jam istirahat bagi karyawan. Rara meneguk segelas air putih, lalu mengipasi dirinya sendiri.

"Capek ya?" tanya salah satu karyawati di sana, karyawati itu lalu memilih duduk di sebelah Rara.

Rara mengangguk sekilas, lalu kembali mengipasi dirinya sendiri dengan tangannya. Sedangkan karyawati yang ada di sebelah Rara terus memandanginya.

Ia tampak berpikir sejenak. "Kamu ini beneran orang miskin ya? Kok mukanya kaya muka orang kaya," heran karyawati bernama Arma.

"Iya Mbak Arma aku ini orang miskin. Hidup penuh ketidakjelasan, serta melarat." Rara berusaha tersenyum.

"Hm, yaudah deh. Kamu gak pulang?"

"Hah."Rara tampak bingung. "Bukannya toko buka sampai malam ya?"

Arma tersenyum sekilas, "kan ada yang jaga malam, dan kamu itu jaga siang sampai sore."

Wajah Rara tampak girang, lalu ia pergi ke WC untuk mengganti bajunya. Baju karyawan berwarna biru itu kini telah ia ganti menjadi baju santai, berwarna biru.

"Mbak aku pamit dulu," pamit Rara yang di balas anggukan oleh Arma.

Rara berjalan lesu, kali ini ia harus berjalan kaki untuk balik ke kostnya. Apalah daya uang yang di berikan oleh Dafi dan Fathan harus bisa di gunakan seirit mungkin.

Dirinya berjalan melewati kerumunan anak-anak kecil yang sedang melihat pameran. Matanya tertuju ke satu arah, ada Niko di sana. Kalau kalian lupa Niko adalah adik Airin.

Rara mendekat lalu menyentuh pundak Niko. Niko sontak menoleh, "Teh Rara."

Niko sontak memeluk Rara erat. "Teh Rara kemana aja? Niko kangen, kenapa pergi dari rumah Teh?"

"Maaf ya," balas Rara singkat. "Niko ngapain di sini?"

Niko melepas pelukannya, "cuma ngeliat-liat doang."

Rara berjongkok untuk menyesuaikan tingginya dengan Niko, lalu ia mengelus rambut Niko lembut. "Kamu ada sesuatu yang mau dibeli?"

Niko menundukkan kepalanya, lalu kembali menatap Rara. Ia menggeleng menandakan bahwa tak ada yang mau dia beli. Rara tau sebenarnya ada yang ingin Niko beli.

Rara berdiri lalu menggenggam tangan Niko. "Niko mau apa? Biar Teteh beli."

Niko menatap sebuah stand yang menjual berbagai macam cemilan, lalu Niko menunjuk ke arah sana. "Teh yang kaya kapas itu bisa di makan?" tanya Niko polos.

Yang pastinya ia tidak tau itu, malang sekali nasib Niko, pasti ia tak pernah membeli jajanan sebelumnya. Anak-anak seperti Niko seharusnya mendapatkan suatu hal yang mampu memberikan kebahagiaan di masa kecilnya. Namun apa boleh buat semua kembali kepada ekonomi.

Rara pergi menuju stand itu bersama Niko, lalu ia menarik salah satu gula kapas, lalu memberikannya pada Niko. "Mas ini bera..."

Rara menghentikan omongannya saat melihat orang yang menjaga stand itu. Rara mendadak cengo sendiri, "Fathan lo ngapain jualan," heran Rara.

Anggara (End)Where stories live. Discover now