23. Latihan di Rumah Mantan

776 87 8
                                    

"PAGI ANGGA, MAIN YUK!" ajak seseorang layaknya seperti anak kecil, sambil terus mengetuk-ngetuk pintu rumah Angga.

"ANGGA! ANGGA!" panggilnya lebih keras lagi.

Saat ia ingin mengetuk lagi, tiba-tiba pintu itu terbuka, dan menampilkan sosok wanita parubaya dengan potongan rambut pendek.

"Eh kamu nyari siapa?" tanya orang itu.

"Saya Rara Tante, temannya Angga?" jelas Rara.

Wanita parubaya yang tak lain adalah Bundanya Angga, memandang Rara dari ujung kaki sampai atas kepala. Cantik satu kata yang ada dipikiran Ranty, Bunda Angga.

"Kamu beneran teman Angga? Atau pacar?" tanya Ranty.

"Beneran teman kok Tante," balas Rara sambil tersenyum kikuk, lalu ia pun dipersilahkan masuk oleh Ranty.

Rara memandang seluruh penjuru rumah itu, mewah dan juga sangat luas, dilihat dari luar rumah saja sudah tampak mewah jika dilihat dari gerbang luar, dan untungnya gerbang rumah Angga tadi tidak dikunci sehingga Rara mudah saja untuk masuk.

"Rara mau minum apa?"

"Eh nggak usah tante, Rara nggak haus," jawab Rara sopan, "Angganya mana tante?"

"Angga di kamar, kamu langsung aja ke kamarnya," suruh Ranty.

"Eh, hm gak enaklah tante, aku tunggu di sini aja," balas Rara gugup.

"Enggak papa, Angga di kamar juga dengan perempuan," jelas Ranty, sambil membersihkan sofa yang ada di ruang tamu itu.

"Hah ada perempuan tante? Kamar Angga di mana tan?" tanya Rara panik, sambil terus menggigit bawah bibirnya.

"Di paling ujung," jawab Ranty sambil menunjuk lorong besar yang ada disudut rumah.

Tanpa basa-basi lagi Rara langsung berjalan dengan tergesa-gesa. Dasar anak muda.

Kini Rara telah berdiri di depan pintu berwarna hitam, mungkin ini kamar Angga pasalnya hanya ada satu kamar di situ. Dengan segala keyakinan Rara mengetuk pintu itu.

Dan muncullah Angga dengan rambut yang berantakan, dan hanya memakai celana pendek serta kaus hitam polos, namun dapat terlihat dengan jelas lekukan otot perut Angga.

Angga tertegun saat melihat betapa cantiknya Rara sekarang, poni yang tak biasa ia kedepankan kini ada di depan, dan baju lengan panjang berwarna putihdan celana panjang berwarna hitam.

"Ngapai lo?" tanyanya sambil mengacak-ngacak rambutnya, dan bersender pada pintu.

"Lo lupa kita kan satu kelompok untuk buat puisi," jawab Rara sambil sesekali mencoba melihat ke dalam kamar Angga.

"Lihat apa lo!"

"Hm... habis ngapai lo? Tadi kata Tante ada perempuan juga di kamar lo, astaga!" tuduh Rara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue baru bangun tidur, dan gak ada perempuan di kamar gue, kalo lo masih berdiri di situ lo yang bisa gue apa-apain," ancam Angga panjang lebar, setelah sekian lama akhirnya Angga bisa berbicara panjang lebar.

Rara pun pergi tanpa ada bantahan, meninggalkan Angga yang menatapnya geli.

Rara berjalan dan sampailah ia di ruang tamu yang menampakkan Ranty sedang duduk santai di sofa sambil menonton televisi.

"Tante."

"Eh Rara udah siap belajarnya? Cepat banget," tanya Ranty.

"Aku pulang aja deh, Angga belum mandi," jawab Rara yang hendak menyalam tangan Ranty.

Anggara (End)Where stories live. Discover now