26. Dia Kembali

843 94 2
                                    

Rara tersungkur ke lantai, karena pria yang ada dihadapannya ini. Ia memandang pria itu penuh ketakutan, berharap tak akan terjadi apa-apa.

Saat Rara telah pulang bersamaan dengan Randy, tiba-tiba pria itu menarik Rara paksa masuk ke dalam mobil. Dan berakhirlah Rara di sini.

Pria itu mengunci pintu itu dengan cepat, lalu berbalik menatap Rara yang menangis dalam diam. Nafasnya kian memburu, lalu ia menarik Rara paksa dan mengunci pergerakannya di tembok ruangan itu.

Rara menutup matanya kala pria itu semakin mendekatkan wajahnya.

"Lo itu ternyata murahan!" Pria itu tersulut emosi, dengan kedua tangannya yang masih menahan di samping Rara.

"Apa salah gue?" Rara berupaya kuat untuk menatap pria itu.

"Dihadapan gue lo seakan-akan emang gue orang yang lo suka. Tapi dibelakang gue, lo berdua sama cowok lain!"

"Enggak dia sahabat gue!" kekang Rara, sambil mencoba memberontak pada genggaman pria itu, "Dan dia juga sahabat lo," lanjutnya.

Pria itu menyatukan dahinya dengan Rara, menatap tajam dengan alis yang menekuk. "Hari ini lo bakal menjadi milik gue seutuhnya. Dan setelahnya gue bakal membuang lo!"

Tatapan penuh amarah terus terpancar, sedangkan Rara terus menangis saat pria itu membuka jaketnya paksa. Tangan Rara tak berhenti-hentinya memberontak. Semakin dia memberontak semakin kuat tangan itu memegang.

"LO JAHAT!" Rara memejamkan matanya, dan berteriak parau. "GUE BENCI LO ANGGA!!!"

Saat itulah tangan pria yang tak lain adalah Angga itu, semakin melonggar. Tangannya terhenti untuk membuka baju Rara, dengan bagian kancing atas yang telah terbuka.

Dia menunduk tak ada suara tak ada gerakan, melepaskan tangannya dari Rara. Tubuh Rara meringkuk, menutupi wajahnya. Isak tangis Rara terdengar sangat parau.

Suasana ruangan yang gelap ini sangat hening. Ruangan itu adalah kamar Angga sendiri. Rara menengadahkan kepalanya menatap Angga yang masih menunduk. Lalu detik berikutnya badannya bergetar, seperti sedang menangis.

Rara pun menggambil jaket hitamnya, dan langsung memakainya. Ia berdiri sambil terus senggukan. Ia tak ingin lagi melihat pria yang ada dihadapannya ini. Ia memilih berjalan menuju pintu kamar itu.

"Ma-af." Satu kata itu keluar dari mulut Angga, membuat langkah Rara terhenti seketika, bahkan tangannya yang ingin membuka knop pintu itu meluruh.

Tubuh Angga kembali bergetar, lalu ia berbalik menatap Rara yang berada di dekat pintu. Saat itulah tatapan mereka bertemu, ruangan yang hanya dengan pencahayaan rembulan, menjadi hening.

Butiran kristal itu kembali meluncur, Rara menghapusnya kasar. Begitu juga dengan Angga. Beberapa detik tubuh mereka membeku tanpa ada pergerakan. Detik berikutnya Angga berjalan cepat menuju Rara, memeluk erat tubuh Rara.

Pelukan yang ia berikan sangat erat bahkan tubuh Rara sedikit terangkat. Angga menenggelamkan kepalanya ke ceruk leher Rara.

Menumpahkan segala kerinduan, dengan tangisan dan pelukan. Angga memegang erat kedua bahu Rara. Rara menengadahkan kepalanya menatap wajah Angga yang masih tetap tampan, walaupun saat menangis.

Angga mengusap pipi Rara dengan punggung tangannya. Menatap iris mata hitam itu dalam. Ia mensejajarkan wajahnya dengan Rara, kembali memeluknya, dan menyatukan pipinya dengan pipi Rara.

"Gue pengen kita bersama lagi." Angga berujar tulus, dengan pipinya yang masih mengelus pipi Rara. Biarkan rembulan menjadi saksi bahwa mereka akan kembali bersama, dan hanya menjadi rahasia.

Anggara (End)Where stories live. Discover now