Sedang Berandai-Andai

60 8 0
                                    


Pertemuan itu masih menjadi bayang yang tak mampu ku tangkap dengan jelas. Ia berlari-lari sesuka hati. Ia tak lagi mampu membedakan antara kenyataan dan keputusasaan. Ia lebih suka berandai-andai dengan bagaimana jika sebagai kalimat andalannya. Mungkin ia sedang bahagia, atau bisa saja ia sedang belajar percaya.

Meski belum sepenuhnya yakin akan apa yang aku rasa, namun diri ini ingin sekali menaruh harap pada sosok yang baru saja ditemuinya. Mencoba kembali memperbaiki kisah cinta, yang dulu tak sempat bahagia, yang dulu berlumuran luka. Meski hari itu pertama kali ku melihatnya, meski aku tak pernah tahu nama indahnya, aku ingin mencobanya.


Tak ingin secepat ini.

Tapi, bukankah hati tidak mampu berkompromi?


Hari-hari teramat panjang, kala pertanyaan tentang dirimu tak juga menemukan jawaban. Tentang apa, siapa, dan bagaimana hati ini bisa lagi kembali tercuri, akupun tak tahu pasti. Yang aku mengerti, kini aku hanya harus belajar untuk sadar diri. Meski tak bisa dipungkiri bahwa hadirmu mampu memberikan warna yang berbeda, aku hanya tak siap untuk menerima kenyataan bahwa mungkin aku akan terluka; lagi dan lagi.

Aku rupanya masih takut. Aku takut akan jatuhnya cinta yang lagi-lagi mengingatkan luka. Aku takut akan janji-janji palsunya yang kian memperpanjang rentetan derita. Aku takut akan utuhnya percaya yang mungkin akan dibuatnya runtuh tak berdaya. Terlebih dari itu, aku hanya tak yakin bahwa bahagia ini akan menjadi selamanya. Seperti mimpi yang bersifat sementara, yang harus hilang di kala pagi selalu berhasil membuat mataku terbuka.

Malam ini, ku duduk di tempat dimana ku pertama kali menemukanmu. Setelah hari itu, berdiam diri ditempat ini menjadi kebiasaan yang selalu mampu menenangkan hati. Kamu tak mungkin sadari, akupun tak ingin dirimu tahu tentang jati diri pecundang ini. Bunga-bunga dihatiku tak sanggup aku tunjukkan, apalagi untuk ku berikan. Tak mungkin. Mengganggu hari indahmu dengan kehitaman diriku, sungguh bukan yang selama ini aku bayangkan.


Aku hanya ingin menikmatimu dalam diam,

Dalam indah kesepian,

Dalam hening keramaian.


Setia, begitu kata mereka. Adalah caraku untuk membuatmu tetap bisa ku jaga. Percaya, begitu kata mereka. Adalah punyamu untuk membuatku tak lagi menderita. Cinta, begitu kata mereka. Adalah kata yang paling pantas mendeskripsikan apa yang sekarang sedang aku rasa.


Setia, percaya, cinta menjadi apa yang dulu selalu aku beri,

lalu akhirnya hanya membawaku pada perihnya patah hati.


Tak pernah ada satu detikpun dalam waktuku untuk menganggu senyummu, harimu, dan impimu. Melihatmu dari kejauhan sudah mampu membuat hariku kian baikan, lalu apalagi yang aku butuhkan? Meski terkadang hati tak selalu satu tuju, tapi biarkanlah dirimu menjadi apa yang selalu aku tunggu.

Keindahanmu hanya harus aku nikmati, bukan aku perani. Aku tak ingin masuk terlalu dalam untuk membiarkan hati ini kamu hancurkan. Anggaplah, aku hanya sekadar lewat dalam waktu yang terbilang singkat. Biarlah rasaku memendam dirinya sendirian, meski harus ku rasakan heningnya kesepian. Aku menyukai diriku saat ini. Aku lebih nyaman dengan diam sebagai caraku mengagumimu. Aku lebih nyaman dengan kesepian sebagai caraku menjagamu. Aku lebih nyaman dengan mencintai tanpa harus sama-sama khawatir tentang bagaimana cara saling membalas perasaan.

Kamu memang selalu berhasil menjelaskan bagaimana tanya dan jawab tak selalu penting untuk ku dapat. Kamu memang selalu berhasil mendeskripsikan bagaimana hari dan hati diciptakan untuk saling melengkapi.

Hadirnya dirimu rupanya mampu merobohkan dinding hati yang tak ingin lagi di curi. Entah bagaimana caranya, aku pun tak pernah menyadarinya. Kau hanya datang, dan sesingkat itu ku putuskan untuk tak inginkan kau hilang;

Hari ini,

Esok,

Selamanya.



----------------------------------------------

Dan tak ada lagi kata

yang bisa mendeskripsikan

begitu sulitnya mengagumi sendiri.


Namun,


hadirmu adalah dimensi yang sulit kuprediksi.

datang dan pergi,

hingga membuat hati tak sadarkan diri

----------------------------------------------

Kata KamuWhere stories live. Discover now