Jangan buat dia pergi, Waktu.

20 3 1
                                    


Hari yang terlewati, tak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan membawamu pergi. Sebaliknya, kisah yang kita pertukarkan semakin ramai dan terasa hangat bagiku. Mungkin, kita sama-sama ingin disini lebih lama. Dalam waktu yang tak ingin membawa kita pergi, dalam cerita yang tak lagi dibiarkan lari. Keberhasilanmu menghujam seluruh raguku mungkin menjadi alasan di balik banyaknya kisah-kisah yang tak habis kita perbincangkan. Obrolan hingga tengah malam yang terkadang tak lagi menentu, candaan yang selalu berhasil membuat kita merona malu adalah penghias hari yang kelak suatu saat nanti akan menjadi rindu.

Hempasan sunyi yang menggembala sepi hanya semakin membuat kita menikmati hari. Saling menari dalam jari jemari yang lagi-lagi mencoba menipu diri. Membahagiakan apa yang sama-sama kita sebut dengan nyatanya sebuah perasaan. Menenangkan apa yang sama-sama kita sebut dengan sulitnya memberikan kepercayaan. Aku harap ini bukan hanya pradugaku semata. Semoga kau juga punya rasa yang sama. Semoga.


Tak salah jika kali ini aku berharap seperti itu, bukan?


Mungkin kau pikir sangat aneh rasanya kala aku dengan begitu cepat menebar suka. Mungkin janggal rasanya, jika kau pikir aku dengan begitu cepat menaruh percaya. Tapi, pahamilah perihal rasa tak melulu soal waktu, tak melulu soal siapa dan dimana kita bertemu. Ini lebih seperti bagaimana seseorang dapat membuat hati kita berdegup kencang sehingga akhirnya membuat kita yakin tuk menitipkan seluruhnya raga. Ini lebih seperti bagaimana senyuman seseorang dapat meruntuhkan seluruhnya duka, menjadi seutuhnya suka yang luar biasa. Ini lebih seperti bagaimana sosok seseorang dapat menyembuhkan pahitnya lara dan menjadikannya sekumpulan tawa.


Kini.

Esok.

Bahkan, Selamanya...


Tanya-tanya yang kau lontarkan dalam penasarannya matamu, sudah ku jawab dengan hangatnya hatiku. Pejamkan matamu, lalu rasakanlah. Mungkin kau akan merasakannya, mungkin juga tidak. Lagi-lagi, lelaki yang di hadapmu kini tak juga bisa dengan benar mengutarakan rasa. Ia hanya bisa menahannya dan berharap kau bisa membacanya dari mata yang sedang berbicara. Ia lagi-lagi berpikir bahwa ketika mulut tak mampu mengungkapkan seluruh rasa yang ia punya, maka hati yang saling terkoneksi bisa saling mengerti kumpulan aksara yang tak bersuara. Begitu naif, bukan?

Hari demi hari adalah waktu yang lebih berarti; setidaknya untukku. Aku yang tak juga mengerti mengapa kau begitu mudah membuatku jatuh hati, dan kamu yang tak juga memberi apa yang sebenarnya hati aku ingini. Banyak tulisan-tulisan pujangga yang ku baca dari buku yang ku punya memberi tahu bahwa hal seperti ini hanya bisa dilakukan oleh bidadari yang diutus Tuhan ke bumi. Namun, kamu menolaknya. Kamu uraikan dengan jelas bahwa kau hanyalah manusia dari bumi bagian utara.

Aku tak juga mengerti mengapa kau begitu membuatku sulit untuk melangkahkan kaki dan memutuskan pergi. Keadaan-keadaan patah hati yang pernah ku rasakan mengajarkanku bahwa hal yang indah pada mulanya akan menjadi sakit hati yang luar biasa di akhir cerita. Namun, kamu kembali membantahnya. Kamu deskripsikan dengan jelas bahwa kamu akan membawaku pada tempat dimana kita bisa saling menghapuskan ragu yang sama-sama kita rasakan dengan hangatnya perasaan.


Begitu tak berdaya ku di buatmu,

begitu tak juga peka kau akan perasaanku.


Hari ini, kita berbincang pada suatu malam yang panjang. Saling bercerita mengapa aku dan kamu tidak juga saling membuka hati. Pembelaan kitapun sama, ada sisa-sisa kenangan pahit yang buat kita sulit lupa akan omong kosong nya cinta. Pembelaan kitapun sama, ada jejak-jejak kaki yang belum sepenuhnya bisa kita hapuskan. Bukan karena kita masih mencintainya, namun lebih tepatnya karena kita begitu membencinya. Masing-masing dari kita hanya tak ingin lagi merasakaan lelahnya masuk ke dalam jurang yang sama. Hasilnya mungkin tak jauh beda, kumpulan derita yang hanya meninggalkan kenang yang tak juga bisa terlupa. Alasan itu yang membuatmu bertahan untuk tidak membukakan pintu hatimu untukku. Meski hanya sedikit, kamu tetap tak mau.

Senyum tipisku membalas segala pembelaanmu. Meskipun pada hari itu belum juga ku akui betapa ku sudah terperangkap dalam hatimu. Mendengarkan segala cerita masa lalumu membuatku sadar, bahwa cinta memang butuh waktu. Terutama untuk kita yang sama-sama merasakan arti sebenarnya dari sebuah luka. Kamu butuh ruang, kamu butuh rasa, kamu butuh percaya yang tumbuh dengan sendirinya. Bukan karena di paksa. Kamu butuh merasakan apa yang sebenarnya aku inginkan. Dan aku hanya butuh bersabar sedikit lebih lama, berharap bahwa penantian yang sekarang sedang ku lakukan tak akan kau sia-siakan.

Kau mentertawai segala kenangan buruk tentangnya, lelaki yang meninggalkanmu hanya karena wanita yang menurutku kalah segalanya darimu. Kau begitu ceria, untuk seseorang yang pernah terluka begitu hebatnya. Aku hanya bisa mendengarkanmu dalam damai, tak bisa memberi pembenaran, maupun pembelaan. Padahal ku tahu, bahwa ada ingin itu dalam lubuk hatimu. Aku yang sampai hari ini belum tahu caranya mengutarakan segala bentuk rasa jika dihadapanmu, hanya bisa tertenduk lesu. Namun, senyum yang kau berikan lagi-lagi berhasil meyakinkan bahwa kau akan tetap disini dan percaya jika suatu hari kita bisa saling memahami dan berjanji bersama-sama untuk menertawai hari. Senyummu yang selalu menguatkanku bahwa suatu saat nanti akan ada aku dalam duniamu, menjadi penawar terhebat untuk menghapus segala air matamu

Banyak hal baru yang aku dapatkan dari ruang sendirimu malam ini. Banyak kisah-kisah yang membuka sudut pandangku terhadap lugu dan cerianya dirimu. Bagaimana bisa, wanita dengan tiga tahun lebih muda dariku ini, terlihat lebih dewasa dalam segala hal. Ketika luka datang menghampirimu, kau tetap terlihat tegar seolah semua itu tak pernah ada. Ketika lara mampir di dalam harimu, kau tetap terlihat ceria seolah itu semua hanyalah mimpi semata. Aku banyak belajar darimu hari ini, walaupun terkadang kau membuatku merasa gagal sebagai laki-laki. Hahaha.


Selamat tidur. Aku dan diriku masih tetap ingin bersamamu. Maka istirahatlah, dalam mimpi-mimpi yang tak pernah membuatmu lelah, yang jika kau izinkan suatu hari nanti akan ada aku disana;


           mewarnai hari,

           menemani sepi.



----------------------------------------------

Malam

adalah milik kita.


Saat aku dan kamu mencoba berani untuk saling terbuka.

Saat aku dan kamu percaya bahwa kita bisa saling mengobati luka.

Saat aku dan kamu yakin bahwa kita mampu membuat semuanya nyata.

----------------------------------------------

Kata KamuWhere stories live. Discover now