3

404 75 40
                                    

Happy reading..

Rangga menghempaskan tubuhnya yang kaku ke atas ranjang. Bertemu gadis pujaan menjadi obat stamina baru. Avril, gadis berambut panjang sebahu dengan lesung pipi.

Pikirannya masih di penuhi wajah gadisnya. Tersenyum sendiri mengingat pertemuan tadi sore. Di kamar yang bercahaya minim dan suasana temaram, sayup-sayup terdengar suara nyanyian dari seseorang yang begitu di kenalnya.

Livia. Gadis itu menyanyi dengan begitu indah dan merdu. Tanpa musik dan tanpa iringan nada. Rangga berjalan pelan ke pintu kamarnya yang langsung kearah balkon.

Balkon kamar Livia dan balkon kamar Rangga berhadapan. Dari balik tirai, netra Rangga melihat Livia duduk di kursi malasnya. Mengenakan piyama tidur dan earphone menancap di kedua telinganya.

Suaranya yang merdu menyanyikan lagu dari Taylor Swift ' you belong to me'.
Rangga begitu menikmati suara Livia.

Suara yang indah, sayang suaranya selalu berisi makian kasar kalau ketemu denganku..keluh Rangga dalam hati.

Panggilan suara dari Mamanya membuyarkan lamunan dan perhatiannya ke sebelah rumah.

"Ayo, makan dulu. Papa udah nunggu tuh."
Rangga hanya mengiyakan saja ajakan Mamanya.

"Kenapa? Terpesona dengan gadis sebelah yang berkawat biru?" goda Mamanya sambil cengar-cengir.

Rangga segera mendorong Mamanya untuk menuruni tangga menuju meja makan.

"Udah Bu Trisna, jangan ganggu aku ." omel Rangga.

Duduk di meja makan, Bu Trisna masih tersenyum setiap netranya beradu dengan netra Rangga. Tapi putranya itu mengacuhkannya.

Rangga segera mengambil nasi dan sayur yang masih mengeluarkan asap dan perkedel kentang.

"Wah, ini sih kesukaan Rangga dan perkedel kentangnya, hmm...kelihatan enak tuh." kata Rangga seraya mengambil sebuah perkedel kentang dan melahapnya dengan ekspresi puas.

"Ini Livia yang bikin." celetuk Bu Trisna.

"Uhuk...uhuk..." Entah mengapa perkedel kentang itu nyangkut di leher Rangga.

Bu Trisna langsung mengulurkan segelas air minum pada Rangga yang tersedak.

"Pelan-pelan." ucap Bu Trisna.

"Kesedak perkedel buatan Livia?" tanya Pak Arya seraya tersenyum geli.

Rangga menghempaskan sendok yang sedari tadi di pegangnya. Wajah kesalnya mulai nampak.

"Rangga mau tidur." dengus Rangga seraya beranjak.

"Duduk!" bentak Pak Arya sambil melotot pada Rangga.

"Papa belum selesai makan, duduk dulu Rangga." kata Bu Trisna pelan.
Dengan terpaksa Rangga kembali duduk.

Pak Arya selalu ingin waktu makan malam sebagai waktu berkumpul. Pak Arya orang yang tidak suka makan sendirian.

"Anak itu pinter masak juga ya." puji Pak Arya.

Bu Trisna tersenyum sembari memberikan anggukan kepala.

"Iya, sayangnya banyak cowok yang enggan dekat dengannya. Dia seorang yang menutup diri." jawab Bu Trisna.

"Mungkin dia trauma sama lelaki. Apa lagi kalau lelakinya bad boy kayak Rangga." sindir Pak Arya sambil ekod matanya melirik ke arah Rangga.

Rangga segera mengangkat wajahnya.

"Aku gak pernah gangguin dia. Dia juteknya setengah mati. Semua nama binatang keluar dari mulutnya kalau sudah emosi." seloroh Rangga.

My Neighbour My Enemy (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now