16

248 49 7
                                    

Happy reading...

Livia berjalan pelan menusuri tangga, mencium aroma lezat membuat perutnya menggeliat minta hak-nya untuk diisi.

"Ehm, baunya enak Ma. Masak apa?" tanya Livia.

Mamanya menoleh sekilas dan kembali mengaduk sayur bening bayam. Menyedok sayur untuk di pindah ke mangkuk kaca yang besar dan segera menghidangkan di atas meja.

"Mama masak ayam balado dan sayur bening bayam. Udah mandi Liv?"

"Udah Ma." Livia menempati meja makan dan mulai menyendok nasi dan sayur.

Kenapa enak sekali rasanya? Makan sayur sederhana tapi dalam keadaan lapar tuh benar-benar nikmat...

"Kepalanya masih pusing? Dan kakimu gimana?"

"Pusing sudah enggak dan kakiku juga sudah mendingan. Seharian istirahat biar besok bisa sekolah lagi."

"Pagi sayang." sapa Pak Satya pada Livia yang langsung mendaratkan ciuman di pucuk kepala putrinya.

Livia menoleh sekilas ke Papanya yang berdiri di dekatnya.

"Papa bau, badannya lengket..iihh." Livia mendorong perut Pak Satya untuk sedikit mundur.

"Papa habis treadmill, emang kamu udah mandi?" Kembali Pak Satya mengendus pipi Livia dengan jahil.

"Livia dah mandi." jawab Livia sambil nyengir. Mendorong kembali perut Papanya untuk sedikit menjauh.

"Oke lah. Liv, lihat." Pak Satya menarik ke atas kaos oblongnya yang bermandi peluh dan menunjukkan perut six pack-nya yang terbentuk sempurna.

Mata Livia melotot dan bibirnya membentuk huruf O. Papa Livia berumur empat puluhan tapi bentuk tubuhnya tetap terjaga dengan olaraga di fitness center dan kadang mengundang instruktur dari fitness center tempat biasa beliau nge-gym.

"Wah...perut Papa keren. Perut Rangga kayak gitu juga nggak ya?" Livia mengelus perut Papa nya pelan.

"Apa Rangga...Rangga."
Livia segera menoleh ke asal suara. Rangga datang dengan sebuah piring yang di tutupi tisue.

"Apa itu, Ngga?" Tanya Livia penasaran.

Rangga membuka tisue. Sepiring brownies dengan topping almond dan keju. Mata Livia berbinar cerah.

"Buat aku, kan?" Tanya Livia.
Saat tangan Livia akan meraih sepotong brownies, Rangga memundurkan piringnya dengan cepat.

"Ini buat Tante Diza dan Om Satya." jawab Rangga yang langsung mengulurkan sepiring brownies ke arah Pak Satya yang masih mematung di samping Livia.

Tertegun dengan sikap Livia dan Rangga yang kali ini tak terlibat pertengkaran. Pak Satya segera meraih satu potong brownies dan memasukkan ke mulut Livia yang langsung mengunyah dengan semangat. Jempolnya terangkat satu pada Papanya.

"Makasih Papaku sayang." puji Livia yang langsung memeluk Pak Satya mesra. Bu Diza dan Rangga hanya bisa tersenyum.

"Kau bilang Papa bau tapi main peluk." protes Pak Satya. Tangannya memencet hidung Livia dengan gemas.

"Eh Rangga..coba lihat perut Papa ku, kamu punya kayak gini?" Livia menaikkan kaos oblong Papa nya.

"Wah..." mata Rangga terbelalak lebar melihat six pack perut Pak Satya.
Tapi kemudian Rangga menarik kaos nya keatas.

"Aku juga punya." kata Rangga dengan senyum lengkungnya.

"Aku mau sama Rangga aja." Livia berganti mendekat ke Rangga.

My Neighbour My Enemy (SUDAH TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora