14

267 50 9
                                    

Happy reading guy...

"Ya ilah...kita biasa gini kali, Ti." sahut Rangga.

Dirangkulnya pundak Livia. Memandang gadisnya yang asyik meminggirkan snack di meja dan mulai mengeluarkan buku pelajaran Bahasa Inggris.

Cup..

Livia kaget dengan serangan bibir Rangga ke pipinya. Livia melirik Rangga yang tersenyum puas setelah mendaratkan kecupan.

Livia meraih buku paket Bahasa Inggris yang tebal dan...

Plak...

Melayang tepat ke kepala Rangga. Tatapan tajam Cowok berambut ikal itu langsung tertuju pada Livia.

Terdengar cekikian Asti yang menertawakan sikap Rangga.

"Mampus lo. Pake maen cium segala." ejek Asti yang segera meninggalkan Rangga sebelum cowok itu meledak karena marah.

Rangga mengusap kepalanya pelan. Rangga memindahkan tangannya dari bahu Livia dengan cepat. Livia menatap Rangga seolah tak terjadi apa-apa.

"Liv, masih aja main kasar sama pacar sendiri." sindir Rangga.

Livia membuka snack kentang di depannya.

"Buka mulutmu!"

Dengan enggan Rangga membuka mulutnya. Dua keping snack kentang masuk dengan mulus ke mulutnya.

"Jangan sembarangan cium. Ingat kita baru jadian. Apa kamu juga gitu sama cewek kamu sebelumnya?" tanya Livia seraya memasukkan lagi beberapa buah lembaran kentang renyah ke mulut Rangga.

"Baru sama kamu. Tanya Avril kalau nggak percaya." jawab Rangga dengan mulut penuh kentang.

"Ehmm...aku percaya. Aku masih risih mungkin karena kita terbiasa bertengkar dan sekarang harus bersikap mesra tuh susah."

Benar juga kata Livia..semua butuh proses..batin Rangga.

"Jangan tidur di jam pelajaran Bu Titiek. Ingat!" titah Livia.

...

"Selamat siang anak-anak." sapa Bu Titiek dengan senyum khas juteknya.
Netranya mengedar ke seluruh kelas. Beberapa detik terkunci pada sosok Rangga.

Senyumnya mengembang kala Rangga mau duduk tegak dan menatap dirinya.
Walaupun wajahnya terlihat lesu tapi Rangga berusaha mengikuti pelajarannya, itu sebuah keajaiban.

"Selamat siang, Buuu." jawab anak satu kelas. Serempak.

"Ehm...Rangga gak ngantuk, kan? Gak mau pindah bangku lagi?" tanya Bu Titiek memprovokasi.

Rangga menatap gurunya dengan tatapan malas.

"Saya pasrah salah...saya berontak salah...emang ya, Bu guru selalu menang." jawab Rangga yang di sambut tawa teman sekelasnya.

"Bu, Livia dan Rangga jadian." adu Asti dari bangku depan.

"Oh ya, lalu?" tanya Bu Titiek dengan ekpresi datar. Seolah dirinya sudah mengetahui sebelumnya. Matanya tak menoleh sama sekali ke arah Asti.

"Pisahin dari Livia, Bu. Keenakan dia nanti nyontek terus. Apalagi curi kesempatan kiss kan gak lucu. Itu pengaruh buruk bagi kelas dan reputasi ibu sebagai wali kelas."

Rangga menundukkan kepalanya dengan cepat. Tangannya menompang wajah malunya.

Duh..mulut Asti terlalu polos..minta digampar tuh anak..umpat Rangga dalam hati.

Livia berdiri.

"Gak usah pisahin Bu. Saya takut kalau Rangga dipindah, dia akan bikin ulah. Saya pawangnya, kalau dia bandel, saya tau ancaman buat dia." kata Livia seraya menepuk-nepuk pundak Rangga.

My Neighbour My Enemy (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now