12

287 55 15
                                    

Happy reading...

Setelah melakukan pemotretan yang melelahkan siang tadi, membuat Livia lebih banyak di kamar sore ini.

Rebahan dengan santai dan mendengarkan musik lewat earphone nya. Ingatannya kembali pada Bintang. Cowok itu selalu menunggunya walaupun Livia berpenampilan jelek sekalipun.

Tapi kenapa hatinya masih terpaut pada Rangga? Cowok menyebalkan dengan segudang kenakalan dan kelakuan yang minus parah.

Sebuah chat masuk ke ponsel Livia, membuyarkan lamunannya. Livia tersenyum kala tau siapa yang mengirim chat.

Enemy : Lagi ngapain? Ngorok atau lagi nangis?

Livia: Apa? Lagi menjauh darimu.

Enemy: Ikut aku sebentar.

Livia mengerutkan dahinya. Bukankah ponsel Rangga di sita Bu Titiek? Livia melemparkan ponselnya ke ranjang.

"Katanya mau menjauh dariku tapi tetep aja deket terus." gumam Livia.

Pintu kamar di ketuk dari luar. Bergegas Livia masuk ke dalam selimut dan berpura-pura tertidur.

"Liv." panggil Bu Trisna pelan yang membuat hati Livia lega.

"Iya, Tante." jawab Livia seraya membuka selimutnya. Bu Trisna tersenyum di depan pintu.
Eh...di belakang Bu Trisna ada wajah yang juga tersenyum kearahnya.

Rangga, ngapain dia ngikut ke kamar?

"Ketauan. Livia masih bau iler ya." seloroh Rangga yang langsung di sambut cubitan Bu Trisna di pinggangnya.

"Biarin. Dari pada kamu bau bunga Rafflesia Arnoldi." jawab Livia dengan kesal.

Rangga segera menerobos masuk dan mendekat kearah Livia. Mendekatkan wajahnya dan mengibaskan rambutnya yang basah. Percikan air seketika membasahi wajah Livia dan aroma shampo yang maskulin menguar ke hidungnya.

"Heh! Basah tau." protes Livia seraya mendorong kepala Rangga sedikit menjauh.

"Sekarang kau bisa mencium, kan? Betapa wanginya diriku?" sahut Rangga yang kembali mundur ke dekat Bu Trisna.

"Dasar pengerat Capibara." sentak Livia dengan muka juteknya.
Rangga hanya menjulurkan lidahnya.

Hewan apalagi tuh? Capibara?sepertinya harus mencari di mbah google..CAPIBARA...pikir Rangga.

"Mamamu telfon, katanya kamu jadi pindah ke kota Malang." kata Bu Trisna yang kali ini mengedipkan sebelah mata nya pada Livia.

Livia tau bahwa itu taktik Bu Trisna yang sedang menggoda Rangga.

"Apa?" Rangga langsung melotot ke arah Bu Trisna.

Sip...Rangga memakan umpan Mama nya.

Bu Trisna mengangguk pelan.
"Ngapain ke sana, kayak di sini gak ada sekolah aja." sahut Rangga dengan sedikit marah.

"Disini sekolah banyak cuma Livia nyari yang gak ada Rangga. Bete liat cowok kayak kamu." jawab Bu Trisna setengah emosi.

"Eh...Mama kok malah hancurin reputasi Rangga di depan Livia sih? Kita kan udah tetanggaan lama, Livia udah paham dan gak terganggu sama kelakuan minus Rangga kok." Rangga mengedikkan bahunya.

Livia mengernyitkan alisnya.
Nih..anak pede banget ya?

"Kamu bilang mau menjauh dariku tapi malah mau ngajak keluar." kata Livia.

"Menjauh satu meter maksudnya, ntar terlalu jauh juga kamu kangen sama aku." alis Rangga di naik turunkan pada Livia.

"Ehm." Bu Trisna berdehem untuk meredakan perdebatan.

My Neighbour My Enemy (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now