6

380 67 11
                                    

Happy reading guys...

Bimo merangkul pundak Livia begitu gadis itu masuk ke kelas.
Sejenak Livia kikuk, baru kali ini dia merasakan ada tangan seorang cowok lain dibahunya. Biasanya hanya tangan Rangga yang sering mampir ke bahunya.

Saat akan melangkah ke bangku belakang, dengan cepat tangan Lutfi mencekal tangan Livia.

"Livia, kamu duduk sama aku." kata Lutfi mengingatkan.

"Ah ya, aku lupa."

Livia menghempaskan tasnya di atas meja, di samping meja Lutfi.

Rangga datang dengan wajah masam karena melihat tas Livia bertengger di atas meja dekat Lutfi.

Dengan segera Rangga menyambar tas Livia dan membawanya ke bangku  belakang, tempat Livia semula.
Tatapan protes bukan hanya dari mata Livia. Bimo dan Lutfi langsung menatap tajam penuh heran.

Livia berjalan mendekat kearah Rangga yang masih berdiri dengan tangan bersendekap di dada, seolah sedang menunggunya.

"Sejak kapan kau menjadi seperti Bu Titiek?" tanya Livia dengan tangan yang dilipat di depan dada pula.

Wajah seriusnya mengundang decakan sebal Rangga.

"Barusan. Emang Bu Titiek aja yang bisa pindahin murid seenaknya? Aku juga bisa." jawab Rangga dengan menarik tangan Livia untuk mendekat ke arahnya.

Livia mengibaskan tangan Rangga tapi cekalan tangan Rangga terlalu kuat untuk tenaga Livia.

"Diam di tempatmu Bimo!!" bentak Rangga ketika melihat Bimo yang akan membela Livia.

Bimo hanya bisa mundur satu langkah.

Jarak yang sangat dekat dengan Rangga, sedikit membuat Livia kewalahan dengan jantungnya.

"Aku sudah tidak tertarik untuk bermain-main lagi denganmu. Aku ingin berdamai denganmu. Setelah kau meminta maaf kemarin, membuatku sadar bahwa sepuluh tahun adalah waktu yang cukup untuk mengganggumu bukan? Jadi jaga jarak denganku. Jangan sampai virus jelekku menularimu." ucap Livia dengan ketusnya.

Rangga hanya bisa terdiam mendengar ucapan Livia. Di biarkan saja kala gadis itu menyambar kembali tasnya yang tergeletak di mejanya. Dengan cepat Rangga melepaskan cekalan tangannya.

Bel masuk belum berbunyi tapi kehadiran Bu Titiek yang tiba-tiba menyita perhatian seisi kelas.

"Rangga. Ibu mau rubah denah kelas. Jadi kamu mau duduk di mana dan dengan siapa? Hemm?" tanya Bu Titiek dengan wajah berbinar.

Semua mata terkesiap melihat guru yang terkenal jutek tujuh turunan menjadi mozarella kali ini. Sikapnya melting pada Rangga.

Rangga melihat suatu kesempatan untuk kembali berulah. Direbutnya tas Livia dengan cepat dan dilemparkan ke bangku belakang. Tak dihiraukan teriakan Livia yang protes.

"Rangga, dasar kecebong raksasa!" teriak Livia.

Bu Titiek terkekeh melihat Rangga dan Livia yang mulai saling tatap dengan tajamnya.

"Deal." sahut Bu Titiek.

Rangga mengangkat jempol kanannya pada guru killer itu. Livia menoleh dengan cepat ke arah Bu Titiek, dan wali kelasnya itu hanya mengendikkan bahunya.

Terlihat Bimo yang kecewa akan keputusan plin plan wali kelasnya tapi dia bisa apa?

Bu Titiek tersenyum puas dan ketika akan meninggalkan kelas, dia menghentikan langkahnya. Pandangannya terkunci pada Rangga dan Livia.

My Neighbour My Enemy (SUDAH TERBIT)Onde histórias criam vida. Descubra agora