PART 3 - INEFFABLE

121 33 50
                                    

"HOAAM..."

Kelsie menguap lebar seusai memasukkan gulungan-gulungan pemetaan pemasaran produk perusahaan tempatnya bekerja ke dalam sebuah kotak kardus. Dia harus membawa isi kardus itu ke ruang kerjanya untuk kemudian dianalisis. Sepertinya, bekerja di bagian pemasaran sebagai junior staf analis membuat oksigen di otaknya surut sehingga membuatnya sering menguap. Atau, mungkin juga karena pekerjaan yang diberikan oleh para seniornya terlalu banyak sehingga membuatnya sering bekerja lembur.

Meski yang dibawa itu hanyalah sebuah gulungan kertas, ternyata berat bebannya lumayan juga. Belum lagi ditambah dokumen-dokumen review produk yang juga harus dibawa serta, membuat Kelsie harus mengeluarkan tenaga ekstra dan harus berhati-hati dengan langkahnya jika tidak ingin membuat kekacauan lagi.

Kelsie mengerang sebal. Menekan tombol lift rupanya bisa juga sesulit ini. Kelsie sedang mencoba menekan tombol lift menggunakan sikunya, namun nampaknya tombol itu terlalu keras sehingga butuh usaha penekanan yang kuat. Untunglah ada seorang pria baik hati yang membantunya menekan tombol lift, sekaligus mengambil alih kardus dokumen itu dari kedua tangannya.

"Bukankah pekerjaan ini terlalu berat untuk seorang wanita mungil sepertimu?"

Kelsie menoleh secepat kilat ke arah malaikat yang membantunya itu dengan sorot mata berbinar. "Ehh, kau lagi? Kenapa kau selalu saja membantuku tepat pada waktunya?" ungkap Kelsie dengan wajah yang tampak gembira karena bertemu lagi dengan pria yang saat itu memberitahunya cara menggunakan lift kantor, dan juga menahan tubuhnya dengan siaga agar tidak jatuh terjerumus keluar lift tempo hari.

"Apa kau juga karyawan baru di perusahaan ini?" tanya Kelsie sesaat kemudian setelah berada di dalam lift bersama dengan pria tadi.

Kedua tangannya sibuk mendekap erat beberapa jilid dokumen. Si pria yang ditanya seperti itu oleh Kelsie tampak tersenyum ragu, sebelum kemudian mengiyakannya.

"Benarkah? Apa kau sudah tahu mengenai rumor yang beredar mengenai CEO kita?" tanya Kelsie sembari menurunkan nada suaranya, setengah berbisik.

"Rumor?"

Kelsie mengangguk yakin. Dia lalu mencondongkan kepalanya mendekat ke arah telinga pria itu. Pria itu tampak kikuk karena jarak yang begitu dekat.

"Kabarnya CEO kita itu gay!"

Si pria yang mendengar pernyataan itu kontan langsung menoleh dan menatap Kelsie dengan tatapan terkejut.

"Kau tahu kan, apa yang biasa terjadi dengan kebanyakan pria-pria bertubuh atletis di kota metropolitan ini? Kemungkinan besar dia itu gay! Dan kata para senior yang telah lama bekerja di sini, mereka belum pernah sekalipun melihat sang CEO berkencan dengan wanita manapun, bahkan lebih terkesan enggan terlibat suatu hubungan serius."

Entah apa yang membuat pria itu mendadak terbatuk. Pandangannya sekilas merujuk pada tubuhnya sendiri yang juga bisa dibilang memiliki otot lengan dan dada yang juga terbentuk karena rutin berolahraga. Gelagatnya seketika berubah menjadi seperti orang yang tidak percaya diri karena menganggap bahwa memiliki tubuh berotot adalah sebuah kesalahan. Namun Kelsie sama sekali tidak menyadari hal ini karena sibuk berceloteh.

Tidak lama kemudian, pintu lift terbuka. Kelsie dan pria itu melangkah keluar sambil berbincang-bincang dengan santai layaknya sesama rekan kerja sepantaran.

"Tampaknya kau baru mendengarnya, ya? Kau terkejut?" tanya Kelsie seraya menahan tawanya. Pria itu tertawa, garis-garis di wajahnya membuatnya terlihat lebih tampan, jantung Kelsie jadi berdegup kencang.

"Entahlah... Tapi yang jelas kurasakan adalah, dia sangat membenciku. Bahkan terkadang, dia meludahiku lewat tatapannya."

Kelsie menelengkan kepalanya. "Yah, aku rasa, dia memang membenci semua orang. Tatapannya yang menyeramkan itu selalu berhasil membuat orang ingin mengutuknya, bukan?" ujar Kelsie seraya menirukan bagaimana cara sang CEO biasanya menatap seseorang. Membuat pria itu kembali larut dalam tawa.

THAT CRAZY CLUMSY MESSY GIRLWhere stories live. Discover now