PART 4 - THE DEVIL'S CHARM

102 26 48
                                    

"Huft."

Kelsie menghela napas berat. Nyatanya semesta senang sekali mempermainkan perasaannya. Baru saja tadi dia merasa bahagia karena tidak jadi dipecat, tapi sekarang seakan perasaanya dijungkir-balikkan karena hujan turun sangat lebat. Seperti sedang menumpahkan amarah yang membara, disertai kilatan petir yang menyala dan menyambar. Membuat Kelsie harus menahan langkahnya di tempat, di teras gedung kantor yang sudah mulai sunyi.

Dia tidak membawa payungnya, lebih tepatnya, ketinggalan.

Kelsie bekerja lembur lagi hari ini. Kerjaannya terlalu menumpuk, jadi mau tidak mau harus dicicil. Rasa-rasanya, waktu dua puluh empat jam, ditambah tujuh hari kerja sekalipun, masih kurang untuk menyelesaikan perkerjaan-pekerjaannya yang ter-pending.

Tiga puluh menit berlalu, hujan masih menunjukkan kegarangannya. Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Harus menunggu berapa lama lagi? Kelsie jalan mondar-mandir. Mulai merasa cemas. Kebiasaan buruknya saat kecemasan melanda adalah menggigiti kuku jemarinya sendiri. Alasannya, katanya hal itu sangat membantunya untuk fokus berpikir.

Tentu saja dia bisa memanggil taksi, tapi ongkosnya pasti akan sangat mahal karena terkena tarif high demand, sedangkan dia harus berhemat. Hidup di zaman serba sulit seperti sekarang ini, apalagi dia seorang perempuan mandiri yang mencoba peruntungan nasib di ibukota, membuatnya harus lebih selektif soal pengeluaran.

Kepalanya tertunduk, menyusuri lantai mengikuti pergerakan langkahnya yang berjalan mondar-mandir, sampai kemudian langkahnya terhenti--terpaksa berhenti--ketika tubuhnya tidak sengaja menyeruduk pundak seseorang saat dirinya hendak berbalik ke arah yang berlawanan.

"Akh, ma—"

Suaranya mendadak lenyap saat kedua matanya menangkap sosok Dio berdiri di hadapannya dengan tatapan tidak senang. Seolah Kelsie adalah sebuah hama yang sangat mengganggu dan harus segera dibasmi.

Rupanya Dio sedang menunggu mobil yang disupiri oleh Matheo meluncur keluar dari dalam basement. Keadaan terasa sangat canggung dan menyesakkan ketika hanya ada mereka berdua di teras ini. Dengan hujan yang selebat ini. Dengan petir yang—

DUARRRR!

Kedua mata Dio menjegil tidak percaya. Lebih-lebih Kelsie, dia lebih tidak percaya lagi dengan apa yang baru saja dia perbuat. Memeluk dada bidang Si Pangeran Iblis dengan erat seperti ini berarti Kelsie sedang menginginkan kematiannya.

Kelsie membenci dirinya sendiri yang selalu tidak bisa menahan diri ketika ada suara terlalu keras yang mengagetkan, seperti suara petir yang begitu menggelegar tadi. Suara gemuruhnya hampir terasa seperti digaungkan langsung di sebelah gendang telinganya.

Sebenarnya Kelsie adalah tipe orang yang sangat mudah terkejut, tapi dia sama sekali bukan tipe yang langsung memeluk seseorang ketika dia kaget.

"Enyahlah," ucap Dio singkat, tapi terasa menghujam sampai ke jantung.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
THAT CRAZY CLUMSY MESSY GIRLWhere stories live. Discover now