Ijin

302 40 3
                                    

2 days ago....

Hal yang Kina tidak sadari adalah Saka sudah mengenalnya dari lama. Dari jaman Kina masih hobby main lari-larian di masjid saat waktunya mengaji. Saka dan Kina satu TPA, dan hanya Saka yang ingat hal itu. Kina adalah cinta pertama Saka, rencananya Saka ingin mengajak Kina berkenalan tapi sayang Saka belum punya cukup nyali pada waktu itu.

Dimasa kecilnya, Saka tidak setampan sekarang ini. Saka tumbuh menjadi tampan baru saat ia menginjak SMP, sisanya Saka masih biasa saja. Kata orang biasanya anak laki-laki akan berubah drastis saat sudah disunat, dan hal itu terjadi pada Saka. Hingga kadang Saka mengomel, 'Lah anjir, kenapa ga dari dulu aja gue sunat.' Wafiq yang mendengar itu hanya bisa geleng kepala.

Seperti saat ini, lagi-lagi Wafiq dibuat geleng kepala oleh Saka. Pasalnya cowok itu terus-menerus menanyai Wafiq hal-hal yang tidak penting. Dan parahnya lagi, Saka juga membawa-bawa Jaehyun oppa didalam pertanyaannya.

"Fiq, kalo semisal nih Jaehyun oppa ngajak lo jalanㅡ"

Wafiq memutar bola matanya, "Ga mungkin, halu lo."

"Kan semisal. Makanya dengerin dulu."

"Mending ga usah bawa-bawa Jaehyun oppa, bilang aja kali kalo lo yang mau nanya."

"Iya deh, iya. Gue mau nanya nih kalo misalnya lo diajak jalan sama cowok lo paling ga suka ngapain?" Tanya Saka berterus terang.

"Apa ya? Ga tau deh."

"Jawab dong Fiq, jangan bikin kakak tercinta lo ini keliatan GAK BANGET didepan calon istri."

"Calon istri? Lo punya calon istri? Berarti gue punya kakak ipar dong? Sumpah lo?" Wafiq tersenyum senang, baru kali ini ia terlihat segirang itu.

"Iya, makanya bantuin gue." Saka mengangguk. "Gue mesti gimana ini?"

"Jadi diri sendiri aja, kalo gue pribadi ga suka sama cowok yang suka show off. Jijik."

"Oke, noted. Terus?"

"Ajakin ngobrol ringan aja calon lo, jangan langsung diajak ngomong mau anak berapa. Awas aja kalo lo gagal, ga gue kasih tiket konser online Jaehyun oppa." Ancam Wafiq sambil mengibas-ngibaskan dua tiket konser online miliknyaㅡyang entah kapan sudah ia pegang.

"Doain gue ya~"

"Good luck, Saka." Wafiq melambaikan tangannya sesaat sebelum Saka hilang dibalik pintu kamarnya.

--

Kahfi baru pulang dari sholat dzuhur, cerita tentang tertukarnya sepatu milik Saka masih jelas ditelinganya. Berulang kali Kahfi berusaha menahan tawa, namun tentu saja ia gagal. Kahfi sedang di ruang tengahㅡsambil berbaring di sofaㅡia sibuk dengan grup chatnya.

Umi Kahfiㅡyang baru saja selesai melaksanakan sholat dzuhurㅡbergabung diruang tengah untuk menonton sinetron indosiar. Kegiatan menonton Umi harus terhenti sejenak saat melihat Kahfi yang kadang-kadang tertawa didepan ponselnya. Umi mengernyit, curiga akan sesuatu.

"Chatan sama pacar ya, Fi?"

Kahfi terkejut, "Pacar? Kahfi? Punya pacar?"

"Iya, lagi chatan sama pacar ya? Santai aja kali mukanya ga usah kaget gitu, Umi ga marah kok." Umi terkekeh melihat wajah terkejut milik Kahfi.

"Jangankan pacar Mi, yang mau sama Kahfi aja ga ada." Ejek Airyn yang baru saja ikut bergabung diruang tengah. Gadis itu membawa sekeranjang pakaian yang baru saja ia angkat dari jemuran.

"Bener kata kakakmu, Fi?"

Kahfi menggeleng, "Kahfi ga tau Mi, kan Kahfi ga pernah nanya orang-orang mereka suka Kahfi apa engga."

"Ya Allah, polosnya anak bungsuku." Umi menatap Kahfi nanar, seperti putus asa melihat kepolosan putranya.

Airyn hanya bisa tertawa, entah mengapa ia selalu gemas pada Kahfi jika sudah bicara soal hati. Kahfi masih saja seperti bocah 5 tahun yang dulu sering Airyn ejek cengeng. Airyn kemudian mulai melipat baju, karena hari ini adalah tugasnya melipat baju.

"Tapi Fi, Umi ada nemu calon buat kamu. Jadi mending Umi wanti-wanti dari sekarang aja."

"Calon? Calon apa, Mi?" Tanya Kahfi kebingungan.

"Calon istri lah, Umi mau kamu sama dia taaruf aja mendingan. Nanti Umi ada arisan dirumahnya, Umi mau ngajak mamanya ngobrol banyak. Kan kali aja cocok kalian." Umi tersenyum, menatap Kahfi penuh harap.

Kahfi mengangguk, "Kahfi serahkan semuanya ke Umi, Kahfi ngikut aja."

"Cie...dijodohin." ejek Airyn sambil menaik turunkan alisnya pada Kahfi.

"Iri bilang bos. Umiii.....ini kak Airyn mau dijodohin jugaaa....." Kahfi kini mengeluarkan the power of anak bungsu miliknya.

"Iri apaan, ngada-ngada lo."

"Iya ih, kan artinya CIE 'Cause I Envy'." Jelas Kahfi.

Airyn mengelengkan kepala, "Lo diajarin siapa lagi? Teori macam apa itu, ga ada nyambung-nyambungnya."

"Diajarin Fadil. Keren kan?"

"Keren your head."

--

Sisa 2 bulan lagi untuk kelas 12 menghadapi UN. Zach sekarang sedang sibuk mengatur bagaimana cara agar ia bisa memanfaatkan waktu belajarnya dengan maksimal dan seimbang dengan waktu mainnya. Zach kembali mencoret rencana awalnya, ia menatap langit-langit kamar seolah-olah sedang mencari inspirasi dari sana.

Namun nihil, Zach malah tidak fokus. Kepalanya sibuk memikirkan hal lain yang terus saja mengganggunya sejak pekan olahraga waktu itu. Aura, gadis itu selalu hadir dalam pikiran Zach. Terlebih lagi ketika Zach sudah ingin memejamkan mata untuk tidur, Aura terus hadir dengan gaya savage milik gadis itu.

Meskipun savage dan terkadang cuek, entah kenapa Zach malah suka dengan pembawaan gadis itu. Ia tidak bisa membencinya padahal Zach sudah pernah mengutuk gadis itu menjadi katak. Zach pikir mungkin ini karma karena ia terlalu kesal dengan Aura waktu itu sehingga membuat ia jadi kepikiran terus. Entahlah, Zach juga bingung.

--

Saka sudah sampai didepan rumah Kina, ia turun dari mobil dan disambut gadis itu didepan rumahnya. "Masuk, Sak."

Saka mengangguk, dan mengikuti Kina untuk masuk kerumah gadis itu. Begitu masuk ke ruang tamu, Saka langsung bertemu dengan Papa Kina. Ada rasa dagdigdug yang hadir dijantung Saka saat menatap calon bapak mertuanya, tapi rasa itu ia tepis. Ia harus berani.

"Sore Om, saya Saka temannya Kina. Mau izin Om buat ngajak Kina keluar." Ucap Saka yakin, dengan senyum indahnya. Sementara Kina, gadis itu tengah bersiap dikamarnya.

"Teman apa teman?" Saka pikir Papa Kina akan tegas padanya, namun tidak. Papa Kina malah mengajak bercanda, rasa takut Saka seketika hilang begitu saja.

"Teman yang bakal jadi pacar, Om. Terus rencananya mau lanjut jadi suami."

"Lama ga jalannya? Kalo lama, Om suruh Kina bawa kunci rumah takutnya kita udah pada tidur."

Saka menggeleng, "Engga Om, ga lama. Pulangnya habis maghrib kok."

"Ya udah, jagain ya anak Om. Om keatas dulu mau panggilin Kina, good luck." Papa Kina berjalan meninggalkan Saka yang tengah berusaha mengontrol senyum diwajahnya.

Geruchtted✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang