Hamil

347 28 8
                                    

Hujan lagi-lagi membasahi bumi, Ratu melipat tangannya didepan dada. Ia menyesal tidak membawa payung saat berangkat tadi alhasil ia harus menunggu hujan reda untuk pulang kerumah. Kelasnya sudah selesai sejak 45 menit yang lalu, tapi Ratu belum juga bisa kembali kerumahnya.

Awalnya Ratu berniat untuk nekat pulang dengan gojek, tapi ia urungkan. Ia takut Raja akan mengomel panjang saat mendapatinya hujan-hujanan hanya untuk pulang kerumah. Ratu juga sempat berniat untuk meminta Raja agar pulang bersama, tapi Ratu urungkan lagi karena ia tidak mau Raja kerepotan. Dan disinilah ia, meratapi satu persatu bulir hujan yang membasahi bumi.

Setelah melamun panjang, Ratu tersadarkan akibat suara decitan ban mobil yang berhenti tepat didepan fakultasnya. Sejenak ia mengernyit untuk mengingat mobil milik siapa yang parkir didepannya, namun gagal karena tiba-tiba saja Raja menyampirkan jaket miliknya ketubuh gadis itu.

"Ayo naik, pulang bareng aku." Kata Raja lantas memayungi Ratu yang berjalan pelan kearah mobil miliknya.

Setelah masuk dimobil pun Ratu masih diam, berusaha mencari-cari alasan yang tepat untuk Raja. Ia tidak mau merepotkan Raja, sangat tidak mau. "Aku tadi sengaja nunggu hujan reda, soalnya ga mau bajuku basah.."

"Boong apa bener nih?" Tanya Raja sambil mengemudikan mobilnya untuk keluar dari area kampus.

"Beneran sumpah."

"Boong dosa loh..."

Ratu menghembuskan nafasnya, "Iya deh, aku bohong."

"Kalo ada apa-apa itu ngomong, apa gunanya punya pacar kalo ga digunakan?"

"Nanti kamu repot, aku ga suka."

"Tapi aku suka."

Ratu berpikir sejenak, "Aku kira kamu masih ada kelas, jadinya aku ga telpon."

"Telpon aja mending, kalo pun aku ada kelas seenggaknya aku bisa hubungin supirku buat jemput. Pokoknya kalo ada apa-apa itu bilang, biar aku juga paham kamu maunya apa, perlu apa, oke?"

"Tapi aku ngga mau ngerepotin..."

Raja tersenyum lantas menggenggam tangan Ratu, "Tapi aku ga merasa direpotin,"

"Iya deh, maaf. Lain kali ga ngulangin." Ratu mengalah, tidak ada gunanya berdebat dengan Raja. Karena sudah jelas cowok itulah pemenangnya.

"Beneran?"

"Iya, bener."

"Kamu udah makan belum?" Raja bertanya sambil memarkir mobilnya diparkiran sebuah mall.

"Ngapain nanya, orang kamu udah parkir gini. Ga jelas ih."

Raja terkekeh, "Kan basa-basi. Ayo turun kita mukbang dilantai tiga, kata Saka ada restoran baru buka."

"Ayo deh."

Ratu tersenyum sembari menggenggam tangan kiri Raja. Ia bersyukur bisa bertemu dengan Raja dihidupnya. Ratu sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana masa kuliahnya jika Raja tidak ada, pasti akan hambar. Meskipun Raja sangat setia pada Eltazafer, tapi hal itu tidak mengurangi kesempatan untuk Raja dan Ratu bertemu. Dan Ratu sangat terkesan akan hal itu.

Ratu tidak mau kegeeran, hanya saja memang benar adanya. Apapun yang terjadi, Ratu adalah prioritas bagi Raja. Kedua belah pihak keluarga juga sudah mengenal satu sama lain, tinggal menunggu saat yang tepat saja hingga Raja bisa mengajak perempuan yang paling dicintainya itu ke pelaminan. Raja tidak ingin menuntut banyak, ia akan menunggu Ratu hingga gadis itu siap menikah dengannya. Tidak harus sekarang, nanti pun Raja iyakan.

Setidaknya untuk sekarang ini, Raja bersyukur bisa menghabiskan waktunya yang berharga bersama Ratu dan itu sudah cukup. Dan bila dibandingkan dengan teman-temannya yang lain, Raja lah yang paling bucin setelah Saka. Ia akan selalu siap sedia ketika Ratu meneleponnya untuk bercerita. Raja akan rela meninggalkan mabarnya bersama Eltazafer saat Ratu memang membutuhkan sosoknya. Just Raja being Raja.

"HAH?? SUMPAH LO???" Suara teriakan yang tentu saja milik Yashi itu terdengar sangat nyaring ditelinga teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HAH?? SUMPAH LO???" Suara teriakan yang tentu saja milik Yashi itu terdengar sangat nyaring ditelinga teman-temannya. Gadis itu kelewat kaget mendengar cerita dari Audy.

"Iya beneran, ngapain gue bohong coba?"

"Gila inimah, auto party lo pas malam pertama Dy." Ejek Ratu.

"HAHAAHAHAHAHAHAHAH BENTAR LAGI ADA YANG NYUSUL ZARA NIH JADI ISTRI SHOLEHAH." Tawa Kina sambil berusaha mengatur nafasnya.

"Zar, gimana nanti kalo lo sama Audy hamilnya barengan aja? Kan lucu tuh kalo ada dua bumil..." Saran Ratu, yang sudah pasti mendapat penolakan dari Audy dan Zara.

"Lo kira hamil gampang? Gue aja belum pernah ngapa-ngapain." Cecar Zara.

"Ya udah Zar, mending ngapa-ngapain nya sekarang. Mumpung Kak Fadli belum sibuk kan? Entar kalo Kak Fadli KKN, mampus lo ditinggal sendiri dirumah..."

"HEH, KALO NGOMONG GA DIFILTER. UNTUNG GUE LAGI GA BARENG A FADLI.....EMANG BENER-BENER OTAK LO SEMUA..."

"Maaf kan diriku wahai sahabat, soalnya gemes liat lo sama Kak Fadli. Berarti bentar lagi Audy nyusul dong? Asik...." Kina bertanya, membuat mau tidak mau Audy mengiyakan.

"Iya kali, gue juga ga tau. Tapi beneran ya gue kaget banget pas ngeliat Kahfi duduk di sofa ruang tamu rumah gue. Rasanya tuh kayak jantung gue meleleh, gila sih."

"Terus terus? Lo ada telponan ga habis itu? Kan kali aja Kahfi basa-basi..."

"Ga ada, dia mah kaku. Gue juga ga berani nelpon duluan, gila aja kalo pas gue nelpon malah dicuekin kan..."

"Gue nunggu lo sebar undangan aja deh, Dy. Akhirnya lo ga sad girl lagi ya.." Yashi tertawa diakhir kalimatnya, membuat Audy harus menghembuskan nafasnya kasar.

"Yang sad girl sekarang gue, gais." Kina buka suara.

"Kenapa lagi lo?"

"Bella ngegodain Saka terus, bingung gue."

Geruchtted✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang