10. TIDAK SAKIT

23.1K 2.7K 10.9K
                                    

Ada yang kangen? Aku update lagi nih. Ada yang laporan katanya ga bisa dibuka ya, kemarin? Pas aku lihat emang ke unpub, terus keinget ada jadwal GA, jadi sekalian aja nanti update nya haha

Jam berapa kalian baca cerita ini?

Jangan lupa ikutan GIVE AWAY ya, buat syaratnya, bisa lihat pengumuman di bawah.

Jangan lupa spam komen, jangan lupa vote juga ya.

Aku update lagi setelah 1.500 komentar.

Kalau ada typo kasih tahu🙏

Happy reading...

Aku memiliki trauma pada orang baik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku memiliki trauma pada orang baik. Ya, aku pikir Ayahku adalah pria paling baik diseluruh dunia, yang selalu menyayangiku, melindungiku dengan segenap kasihnya, nyatanya? Tidak.

Dia adalah cinta pertamaku, dan dia juga adalah orang yang menghancurkan cintaku, sampai terkoyak, sampai sulit untuk kembali pulih.

Yang paling menyebalkan adalah, disaat aku harus pura-pura tersenyum di depan semua orang. Menyembunyikan rasa sakitku seorang diri. Dan menujukan sisi lain dari diriku.

Kadang... drama ini sangat melelahkan.

Aku terdiam sejenak, lalu kembali mendengar suara cowok yang kini menghadangku.

"Kamu nggak papa?" aku tercekat saat mendengar suaranya, dia... Renaldy, teman sekelasku yang paling aku hindari saat ini. Kenapa dia tahu rumah ini? Lalu... bagaimana wajahku sekarang? Apakah dia melihat wajahku yang hancur? Memalukan!

"Pergi."

Aku merunduk, tidak mungkin aku mengangkat wajahku di depannya. Aku adalah Ekep, orang yang selalu lincah dan atraktif sekarang.

"Huh?" tanyanya tidak jelas, membuatku mengepalkan tangaku.

"Apanya?"

Ya, Tuhan. Aku sedang tidak ingin marah-marah. Suasana hatiku sedang kacau saat ini.

"Pergi! Sekali bilang juga pasti ngerti." aku langsung menatapnya dengan tajam.

"AWAS!"

"Tapi—"

"Gimana, sih? Kamu jadi cowok bener-bener nggak peka? Atau emang nggak bisa mikir? Kalau aku nggak mau di ganggu, cukup diem!"

Aku langsung menabrak bahunya dan pergi meninggalkannya. Tapi, saat itu juga aku menghentikan langkah kakiku. Pertama, dari mana dia tahu rumah ini? Kedua, kenapa tatapannya malah seperti anak anjing yang sakit hati karena sudah dibentak?

Aku mengembuskan napas panjang lalu berjalan menuju depan rumahku, aku membuka pintu lebar-lebar.

"Masuk!"

"Aku?"

"Lah, iya!" jawabku dengan nada tinggi, tapi dia menggelengkan kepalanya, dia tersenyum—senyum kaku yang baru pertama kali ku lihat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 14, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DANDELIONWhere stories live. Discover now