42

11.9K 876 45
                                    

"Kandidatnya aja belom ada, lo dulu dong kan lo lebih tua dari gue." Rara melihat kesal pada Radit. Padahal radit tau bahwa tidak ada laki laki yang pernah dekat dengan Rara selain dirinya. Selain karena ibu yang melarang Rara memiliki pacar semasa belajar, Rara juga ingin fokus pada karirnya.

"Apa Radit bisa menikah?"

"Kenapa engga? Lo juga sama Dit kaya orang normal yang lain, bahkan lo lebih sukses dari gue. Semua orang berhak hidup bahagia dan menjalin sebuah keluarga.

Memang bener kalo pernikahan itu ngga gampang, banyak susah senangnya. Apalagi buat cowo kaya lo, banyak tanggung jawab yang nantinya harus lo tanggung. Penghasilan lo ngga cuma lo pake sendiri, tapi juga buat keluarga lo.

Baik cowo dan cewe yang udah terikat dalam kata pernikahan, dua duanya harus dewasa, bisa nyelesein masalah sendiri, ngalah aja deh kalo lagi berantem. Karena dikeluarga itu bukan menang dan kalah, tapi gimana caranya supaya masalah selesai dengan damai." Radit mendengarkan petuah Rara dengan seksama. Yang dikatakan sahabatnya itu ada benarnya, tapi ia masih merasa khawatir jika ingin mulai membangun keluarga. Banyak yang Radit khawatirkan, ia takut akan mempermalukan keluarganya suatu saat nanti.

"Kalo gitu... Rara mau menikah sama Radit?" Rara terkejut dengan ucapan Radit. Ia bertanya tapi seolah mengatakan pernyataan, lagi pula jika ini cara Radit melamar, bukankah sangat tidak romantis? Begitulah pikir Rara.

"Ngigo lo? Udah yuk ah pulang aja, lagian udah sore nih." Nada suara Rara terdengar canggung. Sebenarnya gadis itu ingin menghindari pertanyaan Radit. Rara berjalan keluar menuju mobil Radit yang terparkir di halaman depan galerinya.

Radit terdiam memandangi punggung Rara yang kian menjauh darinya. Bagaimana Radit memikirkan pernikahan jika gadis yang selama ini dekat dengannya bahkan enggan menikah dengannya? Memikirkan itu Radit merasa terluka, sepertinya Radit tidak akan merasakan hangatnya sebuah keluarga dimana ia adalah sang kepala keluarga.

Setelah lama terdiam, Radit beranjak dan menuju ke mobilnya. Sebelum itu ia meminta kepada satpam yang berjaga di galeri untuk mengunci ruangan kerja miliknya, lalu mengunci galeri ketika petugas selesai berjaga. Kedua satpam menganggukan kepalanya tanda mengiyakan perintah atasannya itu, lalu Radit segera masuk ke dalam mobilnya.

Dalam perjalanan pulang, baik Rara dan Radit saling diam. Seolah keduanya sibuk dengan pemikirannya masing masing. Tingkah kedua sahabat itu membuat mas Danang terheran, mereka tak seperti biasanya dimana Rara terus bercerita dan Radit hanya menanggapinya sesekali.

Sudah kurang lebih tujuh tahun mas Danang bekerja pada Radit, selama itu pula tak pernah melihat mereka bertengkar sampai saling diam seperti ini. Jika salah satu diantara mereka marah, yang satunya akan terus berusaha agar dimaafkan, kecuali Rara yang sama sekali tak bisa kesal sungguhan pada Radit. Tapi ada apa ini? Mereka tampak berbeda hari ini.

Sesampainya di rumah Radit pun Rara langsung melangkah ke rumahnya tanpa sepatah kata. Dan Radit hanya dapat melihat kepergian Rara dengan diam seribu bahasa. Sedangkan mas Danang terdiam dengan rasa penasaran di kepala.

Radit nampak terus terdiam sampai waktunya makan malam. Tante Vaida tau ada sesuatu yang Radit sembunyikan darinya, karena Radit terlihat berbeda hari ini. Makan malam mereka berdua hanya ditemani saling diam antara keduanya.

"Mah." Tante Vaida mengalihkan tatapannya pada Radit yang tengah menatap makanannya dengan malas.

"Kenapa sayang?" Radit terlihat ragu dengan apa yang ingin ia katakan kepada ibundanya.

"Kayanya... Radit...." pria itu menggantung kalimatnya, membuat tante Vaida kian penasaran namun masih sabar untuk menunggu kelanjutan cerita Radit.

My Idiot Best Friend (END)✅Where stories live. Discover now