kapilawastu

3.7K 618 22
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

































Setelah semalam suntuk Jaemin menghabiskan waktunya bersama Jeno di kaki gunung Merapi, dirinya akhirnya pulang ke istana tempatnya tinggal. Sejujurnya dirinya agak merasa ragu untuk menghadap penduduk istana, karena keadaannya yang kurang pantas sebab kain batik beserta selendang sutra yang sebelumnya apik membalut tubuhnya kini kusut dan setengah basah. Rambut hitam panjangnya yang kemarin diikat rapi sudah tergerai tidak beraturan, sulit untuk dirapikan lagi mengingat tali kulit kesayangannya hilang terhanyut air sungai.

"Baginda Pangeran Dahayu! Anda baik-baik saja? Saya mohon izin untuk membawa anda ke hadapan Yang Mulia Sri Maharaja Samaratungga."

Jenderal kepercayaan ayah Jaemin menangkap basah si bungsu yang mengendap-endap di kandang kuda. Laki-laki yang baru saja pulang setelah semalam menghilang itu awalnya berniat untuk mengembalikan kuda cantiknya, Rahwani ke tempat dimana ia berasal dan akan menyusup diam-diam sampai ke kamarnya melalui pintu tersembunyi di dekat kandang.

"Jenderal Podhang, anda mengagetkan saya. Hm, bagaimana jika saya sendiri yang akan menghadap Ayah? Jadi anda tidak harus mengantarkan saya.", rayu Jaemin pada laki-laki paruh baya di hadapannya. Pimpinan divisi militer satu ini adalah salah satu dari sekian banyak orang yang protektif dan sangat sulit untuk dikelabui. Perlu energi serta taktik yang tepat untuk Jaemin bisa lepas dari banyak tuduhannya.

"Tidak bisa Pangeran, saya yang berwajib atas keselamatan serta ketertiban yang ada dan kemarin malam pangeran hilang tanpa izin kepada raja sedikitpun. Oleh karena itu, mari saya antarkan anda menghadap ayah anda."

Jaemin akhirnya pasrah saja ketika orang kepercayaan ayahnya itu membawanya masuk ke istana, dengan keadaan tubuh yang basah dan menyedihkan seperti ini tidak memungkinkan dirinya bisa mendebat apa yang keluar dari mulut si Jenderal. Sudah dia tidak tahu lagi hukuman apa yang bakal diberikan ayahnya jika melihat putranya hilang dan kembali ke rumah dengan dicekal oleh seorang pimpinan divisi. Hancur sudah wajah anak baik Jaemin di depan Jongin.

Sepanjang dia dibawa oleh Jenderal Podhang, para dayang istana menatap heran pada anak bungsu Samaratungga itu. Dalam kesehariannya Jaemin itu adalah pribadi yang perfeksionis akan tampilan dan etiket, anak dari istri ketiga Jongin itu adalah buah cinta yang paling berkilau daripada kedua saudara lainnya. Seolah memang terlahir atas izin surga dan tangan Buddha. Namanya juga manusia, sempurna boleh dilihat dari luar, tetapi jauh dalam lubuk hati dan jiwanya itu pasti ada banyak cacat yang mendera. Seperti Jaemin sekarang ini.

Kali ini rupanya seluruh anggota keluarga sudah menunggu kehadiran yang termuda. Jongin sudah duduk tenang di atas singgasana batunya, menatap tajam si anak bungsu yang mendekat kearahnya, sedangkan kedua istrinya masing-masing duduk di bawah pada bagian kanan dan kiri kaki si raja. "Dahayu kemana saja? Semalam menghilang dan pakaian sudah seperti gelandangan. Kamu berniat membuat Ayah malu?"

Buntara Asmara | Nomin☆Where stories live. Discover now