buntarayudha II

3K 518 155
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalau cinta boleh berkata, maka Jeno dan Jaemin adalah sepasang manusia paling tulus seluruh dunia.























Kalau takdir yang berkata, maka semua itu harus ada pengorbanannya.


























Jaemin terbangun di sebuah hutan yang asri, dimana sinar matahari masih sanggup menembus rimbunnya pepohonan yang ada. Manik gelapnya memandangi sekitar dan tidak menemukan tanda kehidupan dimana-mana. Pemuda berambut panjang itu memilih untuk berdiri dan mencoba mencari lokasi sebenarnya dari tempat ini. Kaki telanjangnya melangkah dan menapaki tanah hutan yang subur dan terasa agak lembap, setidaknya dirinya mengenali ini sebagai salah satu ciri khas dari bentang alam Jawa.

Pangeran yang diusir keluarganya itu berjalan lurus ke arah selatan, memilih untuk mengikuti insting dan perasaannya saja karena merasa terlalu asing dengan semua ketenangan ini. Mata besarnya menyipit saat mendengar suara seperti air terjun di depan sana. Jujur saja biasanya Jaemin bukan tipikal orang yang terlalu ingin tahu dan terlalu ingin memastikan sesuatu, tapi baru kali ini rasanya hati dan pikirannya sama-sama memerintah raganya untuk melangkah mendekati sumber suara.

Tiba-tiba kepala Jaemin pening rasanya, seperti ada sesuatu yang memberontak ingin keluar. Namun jauh di lubuk hati dirinya seperti merasa dekat dengan sesuatu yang membuatnya bahagia, Jaemin tidak tahu apa artinya.

Langkahnya berhenti ketika ternyata dirinya benar sampai di sebuah air terjun yang baginya adalah perairan paling indah dan murni yang pernah dia lihat. Tanahnya tiada dua gemburnya, airnya jernih biru warnanya, dan udara yang dihirup begitulah segarnya. Jaemin terkesan, apalagi pada sudut matanya dirinya melihat ada sepasang kekasih berpelukan di tepian air terjun.

"Itu adalah kalian, kehidupan pertamamu dan Agastya."

Hyunjin datang dari arah kanan tubuh Jaemin, sahabat Jeno itu datang sambil mengenakan zirah perak yang melingkupi tubuh tingginya. "Jika kamu pernah berpikir kalian adalah dua manusia yang baru saja dipertemukan oleh bumi, maka semuanya salah."

"Aku tidak mengerti apa maksudmu.", Jaemin menyelipkan rambutnya yang menutupi wajah rupawannya pada telinga kiri.

Hyunjin terkekeh dan menggelengkan kepalanya, pemuda buta itu mendekat ke arah Jaemin dan menyentuh pipi halus si pemuda Budha. "Baginda Dahayu, ruhmu tidak pernah beristirahat selama ini. Ragamu memang selalu hancur di setiap zaman, tapi Arumbi yang berada dalam dirimu selalu mencari keberadaan kekasihnya yang meninggal karena kesalahannya. Tubuhmu menyimpan dua jiwa, satu adalah milikmu sendiri dan yang satunya adalah Arumbi yang selama ini melindungimu. Menuntunmu untuk bertemu dengan Agastya dan berusaha untuk tidak lagi mengulangi kesalahannya yang lalu."

Jaemin mengernyitkan dahinya bingung dan mengalihkan pandangannya ke arah sepasang kekasih yang tadi bermesraan di tepian air terjun. Hilang, kedua makhluk rupawan yang romantis tadi sudah tidak terlihat mata. "Gardapati, sepasang kekasih tadi kemana perginya?"

Buntara Asmara | Nomin☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang