anggarbini

5.3K 532 97
                                    

Ati Suci Marganing Rahayu

- Hati yang suci menjadi jalan keselamatan jiwa dan raga.



























Bagaimana kabar kerajaan Mataram Budha? Maka jawabannya, seorang raja baru telah memerintahnya.

Pasca hadirnya kembali sang pangeran Budha ke hadapan publik, tetua dari kedua belah pihak kerajaan Mataram memutuskan sebuah kebijakan baru yang kontroversial. Mereka menyatukan kedua kubu yang sebelumnya saling menyerang. Pada awalnya jelas hal ini mendapat kecaman dari beberapa pihak khususnya para dewan yang menganut paham konservatif, tetapi keadaan Jaemin membuat mereka mau tidak mau menyetujui putusan tetua.

Jaemin mengandung anak Maharaja Mataram Hindu, siapapun jelas tidak berhak menolaknya. Calon ibu dari benih yang ditanamkan sang Maharaja harus diperlakukan istimewa, bukannya dibuang semena-mena.

Lambat laun kedua kubu telah terbiasa untuk hidup berdampingan, Jeno sebagai pemimpin dari dua kaum memberikan segala pikiran dan kerja kerasnya untuk membentuk tatanan pemerintahan yang adil dan terstruktur. Usianya yang masih muda tidak menghalangi dirinya dalam mengembangkan cakar Mataram ke kancah luar, memperluas cakupan kerajaannya hingga ke Malaka.

Namun kesibukannya membuatnya kehilangan satu hal yang begitu Jeno dambakan. Dahulu, saat Mataram masih dipegang oleh sang ayah, Jeno bebas berkeliaran dan menunda beberapa pekerjaan untuk bertemu dengan pemuda yang dia cinta tetapi kini sempat melihat Jaemin saja Jeno sudah sangat bahagia.

"Paduka Maharaja, maafkan atas kelancangan saya. Namun dokumen ini harus segera diselesaikan, pihak Negeri Gujarat bukan jajaran orang yang sabar" ujar Rahanta, Menteri Urusan Diplomasi kerajaan Mataram.

Jeno yang sebelumnya termenung mengusap wajahnya, menundukkan sedikit kepalanya untuk menunjukkan rasa bersalah dan permintaan maafnya pada sang Menteri yang pasti juga memiliki segudang kesibukan yang lain.

"Maafkan saya Menteri Rahanta, dokumen ini akan saya berikan kepada anda nanti jika memang telah saya selesaikan, anda tidak perlu khawatir"

Sebuah senyum simpul terulas dari kedua belah bibir laki-laki bangsawan, jemarinya menerima uluran lontar yang diberikan oleh si menteri yang kira-kira berusia pertengahan empat puluh tahun.

"Kalau begitu, izinkan saya meninggalkan ruangan Paduka"

Sang Maharaja menganggukkan kepalanya, memberi izin kepada bawahannya untuk pergi dari ruangannya dan menyelesaikan setumpuk tugas yang masih menanti.

Keheningan melanda si raja muda, matanya bergulir melihat satu per satu kalimat pada dokumen yang diberikan oleh Rahanta. Jujur saja kepala tampannya pening tidak terkira, dirinya baru dapat beristirahat saat pagi menjelang dan kini ia harus kembali bergulat dengan segunung urusan negara.

"Agastya..."

Mata Jeno melebar, suara lembut mendayu kekasihnya memenuhi ruangan kerjanya. Laki-laki cantik yang tengah hamil besar tersebut mengenakan kemben jarik bermotif parang klithik yang dikombinasikan dengan sebuah kain sutra untuk menutupi bahunya.









Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Buntara Asmara | Nomin☆Where stories live. Discover now