kirana

3.5K 654 134
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
























Mungkin sebagian orang akan iri dengan apa yang dimiliki dua anak adam yang disatukan oleh keadaan karena mereka punya tahta dan kejayaan. Namun apa orang akan berpikir sulitnya jadi mereka yang dilahirkan dari dua dinasti yang hidupnya bagai air dan api, rasa sayang yang mereka bina pasti tidak mudah dikembangkan.

Jeno dan Jaemin sadar akan rasa yang terus membesar di dalam dada, sebuah perasaan yang sialnya terus menghujam erat hati serta pikiran mereka. Cinta yang dengan beraninya mencekal apa yang seharusnya tidak boleh bersatu.

Perjamuan makan malam itu dilaksanakan dengan begitu lancarnya, masing-masing dari Jeno maupun Jaemin adalah pelakon drama yang sangat mumpuni. Mata adalah sesuatu yang jujur sedang mulut adalah sumber kebohongan yang ada. Kedua sejoli itu melempar rindu lewat tatapan mata, mengagumi satu sama lain yang begitu berkilau di tengah malam rembulan. Sang putera Hindu begitu tersiksa ketika melihat cantiknya yang dicinta tetapi tangan serta tubuhnya tidak bisa dirinya genggam.

"Agastya, apakah kamu ingat denganku?"

Satu dari banyak rentetan adegan yang sudah berjalan, maka ini adalah yang paling Jeno benci. Kali ini para penerus dengan orang tuanya terpisah duduk, semua raja sedang berkumpul dan menikmati tarian dari banyak wanita di pelataran kerajaan dengan api unggun yang hangatnya membara. Sedangkan Jeno, Jaemin, serta anak-anak dari raja Singasari masih berada dalam ruang perjamuan.

"Lupa-lupa ingat, tapi saya ingat jika kita adalah teman.", Jeno menjawab dengan senyuman seadanya. Dia diapit oleh kedua bersaudara anak Raja Anusapati, Anasya serta Damanwitah. Sumber dari segala kesialan yang dimilikinya.

Anasya itu dulunya teman satu pendidikan kitab kuno Jeno, mereka yang adalah darah biru sengaja dididik secara bersamaan dalam satu waktu dan tempat, menjaga agar kemurnian dan kesucian dari ilmu yang didapat hanya bisa diajarkan kepada mereka yang berada dalam puncak ekosistem peradaban. Manusia kaum rendahan tidak boleh mendapatkan pendidikan ekslusif.

Oleh karena kaum bangsawan tidak banyak anggotanya, maka mereka yang dikumpulkan dalam satu kamp jumlahnya hanya sedikit. Hal ini yang membuat Anasya berpikir bahwa Jeno punya segudang rasa khusus untuknya, padahal sejujurnya itu hanya perlakuan biasa seorang teman pada umumnya. Sedangkan Damanwitah adalah kakak laki-laki Anasya yang begitu terobsesi atas kebahagiaan adiknya, dia yang akan memaksa Jeno untuk terpikat pada pesona saudari cantiknya.

"Kalau Agastya sudah ingat aku, maka akan lebih cepat bagi kita untuk menjadi dekat. Benar kan Kangmas Witah?", ujar Anasya dengan lembut. Jemarinya bergerilya di paha kencang milik Jeno, menyentuhnya dalam gerakan melingkar, berpikir jika pria dewasa seperti anak Chanyeol itu mudah untuk digoda.

"Benar adikku."

Damanwitah sebagai pendukung usaha kotor Anasya melingkarkan tangannya pada bahu telanjang Jeno, mencengkeramnya agak kuat untuk memberi sinyal pemaksaan pada yang bersangkutan. Persetan dengan Anasya beserta kakaknya, tapi Jeno sudah berjanji pada alam semesta kalau dirinya hanya mau tunduk kepada yang sekarang duduk di seberang sana.

Buntara Asmara | Nomin☆Where stories live. Discover now