janaloka

3.3K 567 144
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

























Tubuh ramping berbalut kain beludru merah serta jarik katun berdiri tegap di suatu tanah lapang. Kedua mata bulatnya fokus melihat ke arah kendi-kendi tanah liat pada jarak lebih dari sepuluh meter di depannya. Sebuah busur panah digenggam di tangan kirinya, lalu jemari kanannya dengan lihai menarik senar lentur dengan anak panah yang siap dijatuhkan.

Jaemin menutup salah satu matanya, mencari titik terlemah kendi yang jika terkena anak panahnya nanti bisa pecah berkeping-keping. Satu bagian sudah ditemukan sang anak raja, diambilnya napas dalam sebentar dan mengembuskannya untuk mempersiapkan diri.

Satu anak panah dilayangkan, meluncur dengan pasti ke arah kendi pertama. Membuat gerabah berwarna coklat itu hancur.

Secara cepat pandangan Jaemin terfokus pada kendi kedua, mengambil anak panah di punggungnya dan kembali menembakkannya menggunakan busur yang digenggamnya.

Setelah dua target di hancurkan, kini giliran yang ketiga. Sebuah kendi yang paling tebal dan paling jauh diantara yang lain, perlu taktik dan kemampuan khusus bagi seorang pemanah agar bisa menghancurkan target bagaimanapun itu kondisinya. Jaemin sedikit ragu sebenarnya, melihat jarak serta ketahanan dari yang terakhir ini, tapi dia harus berkembang agar bisa mempertahankan diri.

Jaemin merapalkan doa ketika busur itu ditariknya dengan mantap, jantungnya berdegup sangat cepat tatkala dengan perlahan jemarinya melepas pegangan pada senar lentur tersebut. Getaran dari bergeseknya dua permukaan kayu sangat terasa di wajah Jaemin, detik-detik meluncurnya anak panah di udara mencekik seluruh tubuh si bungsu dinasti Budha.






























"Bagus! Pangeran sekarang lulus dalam ujian tertinggi. Kemarilah, kita evaluasi kemampuanmu selama sebulan ini."

Si manis itu mengembuskan napasnya dengan sangat lega, target terakhir berhasil dihancurkan dan itu berarti Jaemin telah mencapai tingkat mahir dalam kemampuan memanah. Dia adalah anak Jongin yang pertama yang mampu menyabet prestasi ini.

Kedua lelaki berbeda usia itu duduk di rerumputan tanpa alas apapun, sengaja agar mendapatkan aura lebih dari tanah yang mereka injak. Sang Guru menatap bangga anak didiknya yang sekarang menunggu kalimat evaluasi dari dirinya.

"Sewaktu awal bulan, jujur saya kecewa dengan hasil latihanmu. Pangeran itu adalah yang terbaik dari segi pertarungan jarak jauh tapi jika dihadapkan dalam pertarungan jarak dekat, saya rasa kamu sangat kurang. Namun entah apa yang kamu lakukan dua minggu ini, kemampuan berpedangmu meningkat pesat, sudah setara dengan Pangeran Balaputradewa.", jelas Guru Janitra.

Jaemin yang mendengar kalimat positif dari gurunya tersenyum lebar, rasanya tidak pernah selega ini selama dirinya hidup. Besar terima kasih dia ucapkan kepada kekasih hati yang sudah mau mengajarkannya berpedang selama mereka menjalin hubungan diam-diam.

Buntara Asmara | Nomin☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang