━━02.

75 13 54
                                    

“Udah naro bukunya?” Tanya Nasya saat Lana baru saja datang dan duduk di seberang Nasya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Udah naro bukunya?” Tanya Nasya saat Lana baru saja datang dan duduk di seberang Nasya

“Eum udah. Tapi kamu tau nggak sih?”

Nasya menyedot jus mangga nya terlebih dahulu, begitu minuman berwarna oranye kekuningan itu sampai pada tenggorokan nya, ia kembali berujar. “Kenapa?”

“Tadi buku yang aku bawa ada yang jatuh satu. Terus jatuhnya deket cowok yang lagi duduk sambil baca buku disana, karena aku juga lagi bawa buku banyak susah kalau aku ambil sendiri jadi aku minta tolong ke dia buat ambilin.”

“Terus-terus?”

“Aku panggilin nggak nengok-nengok. Paling cuma ngelirik doang—”

“Kupingnya belum di korek kali tuh cowok,” tiba-tiba Lino datang sambil membawa satu kotak makan dan memberikannya pada Lana. Kemudian lelaki itu duduk di samping Nasya dan langsung menyedot jus mangga milik gadis bergigi kelinci itu tanpa izin.

“KEBIASAAN! Kalau ada orang ngomong tuh gausah nyamber-nyamber kaya bensin! Pake minum jus gue lagi, gue nggak mau ya satu sedotan sama lo. Nanti kalau gue minum lagi gue kena rabies.” Bentak Nasya sambil menepuk bahu Lino dengan kencang.

Alhasil Lino langsung terbatuk-batuk begitu Nasya menepuk bahunya. Tapi beberapa detik kemudian berhenti. “Lagian kan niat gue baik, Lana ke kantin nggak bawa bekal nya. Jadi gue bawain deh. EH ALAN NIH BEKAL LO.”

“Iya No, makasih ya.” Ucap Lana sambil tersenyum.

Alasan Lino memanggil Lana, tidak ada. Memang pada dasarnya lelaki itu gemar membalikkan nama orang lain. Dulu, ketika mereka menginjak kelas 10 ada anak satu angkatan mereka bernama Maya. Dan Lino seenaknya saja memanggil anak itu dengan sebutan Ayam.

Jika nama Lana dibalik memang bukan Alan. Seharusnya Anal. Tapi Nasya melarang Lino memanggil Lana dengan sebutan itu karena memiliki arti vulgar, kira-kira apa artinya hayo.

“Eh ngomong-ngomong lanjutin dong. Terus itu cowok kenapa?” Tanya Nasya.

“Akhirnya tuh dia ngambil bukunya, aku udah seneng terus suruh dia buat taro di tumpukkan paling atas. Eh dia malah taro diatas kepala aku, nyebelin banget. Terus malah pergi gitu aja, untungnya kak Seje dateng terus bantuin aku.”

Kening Nasya mengeryit. “Anak kelas mana emang Na?”

Lana menggeleng sambil membuka kotak bekalnya. “Aku nggak tau Sya, nggak pernah liat.”

“Anak baru yang dibilang kali tuh!” sahut Lino.

Sontak, Nasya langsung menoleh. “Nggak usah sok tau, urusin aja tuh kucing lo.”

“Lo tuh kenapa sih sama gue anjing. Dengki mulu bawaannya.” Ujar Lino sambil menoyor kepala Nasya.

“Eh sorry ya gue bukan dengki sama lo, tapi kalau dekat lo tuh kayak dekat sama setan. Bawaannya pengen marah mulu. Sorry not sorry, ngapain gue dengki sama cowok yang bucin basket sama kucing kaya lo.”  Ujar Nasya sambil mendelik tajam.

𝐋𝐨𝐯𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞Where stories live. Discover now